Selasa, 07 April 2020

BPHP KELAS X ( Mengemas dan Menyimpan Bahan Hasil Pertanian, ARI AYUNANI, SPt)

KELAS DARING

KELAS X  SEMESTER GENAP 2019 / 2020

SMK NEGERI 2 BAGOR


NAMA KELAS : X APHP
NAMA GURU : ARI AYUNANI, SPt

JUDUL MATERI : Mengemas dan Menyimpan Bahan Hasil Pertanian MATERI :

Pengemasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan penanganan dan pengolahan hasil pertanian. Sejak bahan berada di tempat pemanenan hingga sampai ke konsumen memerlukan kegiatan pengemasan. Bahan yang dijual pada umumnya dikemas baik secara keseluruhan atau sebagian sesuai dengan kebutuhan. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 44/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Pedoman Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian Asal Tanaman yang Baik (Good Handling Practices), pengemasan merupakan kegiatan mewadahi danatau membungkus produk dengan memakai media atau bahan tertentu untuk melindungi produk dari gangguan faktor luar yang dapat mempengaruhi daya simpan. 
Pengemasan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai macam bahan pengemas. Bahan kemasan dapat berasal dari berbagai jenis baik alami maupun sintetis seperti daun, kertas, plastik, kayu, karton, kaleng, aluminium foil dan bambu. Pengemasan dapat menggunakan alat danatau mesin dengan jenis dan spesifikasi sesuai sifat dan karakteristik hasil pertanian.Bahan kemasan tidak boleh menimbulkan kerusakan, pencemaran hasil panen yang dikemas dan tidak membawa OPT. Kegiatan pengemasan biasanya berhubungan erat dengan kegiatan pemasaran dan penyimpanan, meskipun dapat pula menjadi bagian tersendiri. Kemampuan mengemas memiliki potensi untuk dihargai secara ekonomi, tentunya harus didukung dengan pola pemasaran produk hasil kemasan yang baik.
Sebelum mengkaji lebih jauh tentang materi pengemasan dan penyimpanan bahan hasil pertanian dan perikanan, mari sejenak kita mengingat beberapa hal yang sering kita alami. Mari kita awali dari mengamati kegiatan pemasaran bahan hasil pertanian dan perikanan yang dilakukan di pasar tradisional dan di pasar modern (super market). Bagaimana cara pedagang menyajikan produk-produk yang dijual dan bagaimana pula layanan yang diberikan kepada pembeli atau konsumen? Apa perbedaan diantara keduanya? Selanjutnya mari kita amati dari sisi bungkus atau kemasan yang digunakan, apa perbedaannya? Dari kedua cara pemasaran produk tersebut, apa kelebihan dan kekuranganya? 
Layanan penjualan di pasar modern secara umum lebih baik dibandingkan dengan layanan di pasar tradisional. Apakah kualitas barang yang dijual di pasar tradisional lebih rendah dibandingkan dengan yang dijual di pasar modern? Pertanyaan ini sering dijawab “benar”, bahwa kualitas barang yang dijual di pasar tradisional biasanya lebih rendah, meskipun belum tentu demikian. Kualitas barang yang ditawarkan di pasar tradisional memang sangat beragam. Keberagaman kualitas barang diperlukan guna memenuhi kebutuhan konsumen baik dari segi kemampuan membeli maupun kebutuhan barang untuk proses berikutnya.  Namun demikian, terlepas dari hal tersebut perlu kita amati lebih mendalam mengapa secara umum barang dengan kualitas yang sama di pasar modern lebih mahal dibandingkan dengan di pasar tradisional? Salah satu hal yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah adanya penyajian dan kemasan yang menarik. Dari pernyataan terbut muncul pertanyaan, apakah kemasan pada bahan bertujuan untuk meningkatkan nilai jual barang?
Atas dasar itu, kompetensi pengemasan dan penyimpanan bahan menjadi sangat penting dipelajari. Kompetensi tersebut mencakup tentang tujuan, prinsip dan teknik-teknik mengemas dan menyimpan bahan hasil pertanian serta praktikpraktik pengemasan yang baik. Mari kita pelajari bersama masalah kemasan ini lebih mendalam agar kita mampu melakukan pengemasan padabahan hasil pertanian dan perikanan dengan baik dan benar.  
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu:
a)       Menjelaskan tujuan, prinsip dan teknik-teknik mengemas dan menyimpan  bahan hasil pertanian dan perikanan.
b)       Melakukan pengemasan dan penyimpanan bahan hasil pertanian dan perikanan.

2. Uraian Materi
Pengemasan berbagai jenis bahan hasil pertanian dilakukan dengan berbagai tujuan, sehingga bahan kemasan, desain kemasan dan berbagai hal terkait dengan kemasan dibuat dengan kriteria tertentu. Apabila Anda perhatikan buah tomat, maka dapat Anda ketahui minimal ada dua jenis kemasan, yaitu kemasan untuk panen biasanya digunakan keranjang atau karung, sedangkan kemasan untuk transportasi digunakan kotak kayu. Bila kita perhatikan lebih jauh lagi, tomat juga dijual dalam kemasan yang lebih kecil dengan menggunakan nampan kecil dari styrofoam yang ditutup dengan plastik. Pernahkah Anda mengamati produk yang lain?
Proses pengemasan bahan hasil pertanian pada prinsipnya dilakukan dengan cara tertentu sesuai tujuan yang diharapkan, namun hendaknya juga memperhatikan aspek efektivitas dan efisiensinya. Prinsip-prinsip dan teknik pengemasan harus diperhatikan agar bahan yang dikemas mendapatkan manfaat optimal dari kemasan yang diberikan.
Kemasan bahan hasil pertanian dan perikanan sangat erat hubungannya dengan transportasi dan penyimpanan bahan tersebut. Teknik penyimpanan bahan hasil pertanian dan perikanan harus memperhatikan karakteristik bahan yang disimpan dan tujuan yang diharapkan. Kegiatan penyimpanan selain dipengaruhi oleh jenis kemasan juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan berbagai faktor lainnya.
Pengetahuan tentang pengemasan dan penyimpanan dapat dipelajari melalui berbagai referensi. Namun jangan pernah lupa untuk mempraktikannya agar pemahaman Anda semakin dalam. Anda dapat melakukan pengayaan terhadap materi praktik yang disajikan dalam buku ini dengan dasar teori yang Anda pelajari hingga memperkuat keilmuan dan keterampilan Anda melakukan pengemasan.

a. Tujuan, Prinsip dan Teknik-Teknik Mengemas dan Menyimpan Bahan Hasil Pertanian dan Perikanan
Pengemasan bahan hasil pertanian sangat erat hubungannya dengan tujuan yang diharapkan atau yang diinginkan. Selain itu pengemasan juga erat hubungannya dengan waktu atau kondisi bahan hasil pertanian yang akan dikemas. Beberapa tujuan pengemasan hasil pertanian antara lain untuk melindungi bahan hasil pertanian dari kerusakan, menangani sementara bahan hasil pertanian, mempermudah proses pemasaran. 
Fungsi sebuah kemasan pada awalnya hanya bertujuan untukmelindungi barang atau mempermudah transportasi barang. Kemasan digunakan lebih berorientasi untuk melindungi barang terhadap pengaruh cuaca atau proses alam lainnya yang dapat merusak barang dan sebagai wadah agar barang mudah dibawa selama dalam perjalanan. Namun, saat ini terjadi perkembangan fungsi dan tujuan pengemasan, diantaranya bertujuan untuk menambahkan nilai-nilai fungsional. Peranan kemasan dalam pemasaran merupakan salah satu kekuatan utama dalam persaingan pasar (Anonim, 2009).
Selain dari segi fungsi, jenis-jenis kemasanjuga mengalami perkembangan, yaitu dari bahan-bahan kemasan yang terbuat dari kulit, kain, kayu, batu, keramik dan kaca hingga bentuk dan model kemasan yang sangat beragam. Hal ini terjadi karena kemasan dirasakan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemasaran. Kemasan dibuat agar mampu menarik perhatian dan dapat menggambarkan keistimewaan suatu produk.
Kegiatan mengemas bahan hasil pertanian dan perikanan perlu memperhatikan beberapa faktor, baik bahan yang akan dikemas, bahan kemasan, serta tujuan pengemasan. Bahan yang akan dikemas perlu dipahami karakteristiknya terlebih dahulu agar dalam menentukan proses pengemasannya mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagai contoh, apabila kita akan mengemas ikan bandeng pasti akan berbeda dengan mengemas tomat. Oleh karena itu perlu ditegaskan lagi bahwa karakteristik bahan atau komoditas yang akan dikemas perlu dipahami dengan baik. Pengetahuan bahan sangat diperlukan dalam memahami pengemasan. Materi ini dapat dipelajari pada modul Penanganan Bahan 1.
Menurut Anonim (2009), terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengemasan dan pembungkusan, yaitu:
a)     Kemasan harus memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan.  Kemasan tidak boleh mengakibatkan kerusakan bahan baik secara fisik, kimia maupun biologis/mikrobiologis. Produk-produk yang dikemas diharapkan mampu mempertahankan dirinya dalam kondisi lebih bersih, menarik dan tahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca. Selain  itu kemasan juga harus mampu melindungi produk dalam perjalanan dari produsen ke konsumen. Oleh karena itu diperlukan bahan kemasan dan desain kemasan sesuai dengan komoditas yang akan dikemas dan tujuan yang diinginkannya. 
b)     Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran. 
Melalui kemasan, identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya dapat mencegahpertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya caraperusahaan membedakan produknya.
c)      Kemasan merupakan suatu cara untuk meningkatkan laba perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus membuat kemasan semenarik mungkin. Dengan kemasan yang sangat menarik diharapkan dapat memikat danmenarik perhatian konsumen.

Menurut Julianti E dan Nurminah M. (2006), fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakankerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. Pendapat tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian RI No 44/Permentan/OT.140/10/2009 bahwa kemasan pengemasan dilakukan untuk melindungi produk dari gangguan faktor luar yang dapat mempengaruhi daya simpan.
Sesuai dengan pernyataan Julianti E dan Nurminah M (2006), fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah:
1.      Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen, agar produk tidak tercecer.
Kegiatan mewadahi dapat dilakukan sejak di lahan pertanian untuk produk hasil tanaman atau dari kapal laut untuk hasil perikanan. Produk berupa cairan, pasta atau butiran sangat besar kemungkinan tercecer, sehingga sejak penanganan awal perlu dilakukan pewadahan dengan menggunakan wadah yang sesuai dengan karakteristik komoditas tersebut.
2.      Melindungi produk
Produk hasil pertanian dan perikanan merupakan bahan bahan yang mudah rusak sehingga sangat perlu dilindungi dari berbagai faktor penyebab kerusakan, seperti seperti sinar ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
             
3.      Sebagai identitas produk
Selain sebagai wadah dan pelindung bahan, kemasan juga berfungsi sebagai alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan. Oleh karena itu desain label pada kemasan perlu diperhatikan agar mampu memberikan informasi kepada konsumen dengan benar. 
4.      Meningkatkan efisiensi
Kemasan juga diharapkan mampu memudahkan penghitungan, memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Oleh karena itu perlu diperhatikan jumlah bahan yang dikemas dalam satu kemasan (berisi 1 lusin, 1 gross dan sebagainya) agar mudah mengidentifikasinya. Kemasan merupakan salah satu cara membedakan suatu produk dari produk lainnya. Hal ini penting dalam pengelolaan persediaan maupun dalam pemasaran produk.
5.      Melindungi pengaruh buruk dari produk itu sendiri 
Seringkali kita menemukan jenis bahan tidak boleh dibawa kedalam kendaraan (pesawat terbang, bus, dll), serta tempat tertentu dikarenakan memiliki karakteristik yang khas yang dapat mengganggu orang lain. Sebagai contoh adalah durian, buah yang nikmat dan memiliki bau atau aroma yang sangat tajam. Contoh yang lain adalah ikan asin/cumi dan berbagai produk perikanan lain yang memiliki bau yang sangat tajam. Kedua contoh tersebut meskipun memiliki harga yang relatif tinggi namun tidak setiap orang menyukainya  sehingga sering dilarang dibawa di tempat tertentu. Oleh karena itu untuk membawa produk tersebut harus dilakukan dengan kemasan yang mampu melindunginya dari bau yang sangat tajam tersebut.
6.      Meningkatkan pemasaran produk
Kemasan dapat berfungsi sebagai identitas produk, sehingga proses identifikasi menjadi lebih efektif dan mencegah pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan yang didesain secara baik diharapkan mampu meningkatkan daya tarik calon pembeli dan sekaligus menjadi sarana informasi dan iklan. Selain itu kemasan diharapkan juga mampu memberi kenyamanan bagi pemakai.

Fungsi pemasaran merupakan fungsi tambahan dari kemasan, akan tetapi dengan semakin meningkatnya persaingan dalam industri hasil pertanian, fungsi ini justru lebih diutamakan. Beberapa cara yang dilakukan untuk meningkatkan penampilan kemasan agar mampu menarik calon pembeli adalah dengan cara membuat kemasan sebagai berikut:
-       dicetak dengan berbagai warna sehingga menarik dan berkesan mewah;
-       dapat mengesankan berisi produk yang bermutu dan mahal;
-       desain teknik dari wadahnya memudahkan pemakai;
-       Desain teknik wadahnya selalu mengikuti teknik mutahir sehingga produk yang dikemasnya terkesan mengikuti perkembangan terakhir.

Kemasan memiliki fungsi yang penting, juga memiliki peranan yang penting bagi beberapa pihak yang terkait dengan produk yang dikemas. Peranan tersebut antara lain adalah:
1.      Peranan kemasan bagi industri/produsen hasil pertanian danperikanan 
-       pengenal jatidiri/identitas produk
-       penghias produk
-       piranti monitor
-       media promosi
-       media penyuluhan atau petunjuk cara penggunaan dan manfaat produk yang ada didalamnya
2.      Peranan kemasan bagi pemerintah  kemasan dapat digunakan sebagai usaha perlindungan konsumen
3.      Peranan kemasan bagi konsumen  kemasan dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang isi dan produk, dan ini diperlukan dalam mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak.
Setelah kita mempelajari materi diatas, banyak kelebihan kemasan yang kita ketahui. Namun demikian, perlu diketahui juga bahwa kemasan juga mempunyai kekurangan bila dalam implementasinya sengaja disalah gunakan untuk kepentingan tertentu diantaranya adalah untuk menutupi kekurangan mutu atau kerusakan produk, atau untuk mempropagandakan produk secara tidak proporsional atau menyesatkan sehingga menjurus kepada penipuan atau pemalsuan.
Seperti kita ketahui bahwa adanya tahapan proses pada suatu aktivitas akan berdampak pada peningkatan biaya, termasuk juga proses pengemasan. Pengemasan bahan hasil pertanian dan perikanan dapat meningkatkan biaya produksi, dan ada kalanya biaya kemasan dapat jauh lebih tinggi dari harga isinya.Oleh karena itu kemasan yang digunakan juga harus memperhatikan sasaran konsumennya. Untuk kelompok konsumen yang mengutamakan pelayanan, maka hal ini tidak menjadi masalah, akan tetapi untuk produk-produk yang dikonsumsi oleh masyarakat umum maka biaya pengemasan yang tinggi perlu dihindari. Menurut Julianti E dan Nurminah M. (2006), biaya pengemasan utama sekitar 10-15% dari biaya produk dan biaya kemasan tambahan sekitar 5-15% dari biaya produk.
Penyimpanan bahan sangat dekat hubungannya dengan penataan barang. Dalam manajemen gudang ada kaidah-kaidah penataan agar  penampakan gudang dapat dioptimalkan. Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan dalam kondisi tempat penyimpanan diantaranya adalah sebagai berikut.
1.      Setiap barang memiliki tempatnya sehingga memudahkan untuk menempatkan dan mencari barang kembali. 
2.      Setiap tempat memiliki alamat sebagai identitas lokasi penempatan barang. 
3.      Setiap alamat memiliki daftar alamat penempatan sehingga menjamin setiap orang mampu mencari barang dengan tepat. 
4.      Setiap istilah memiliki petunjuk dalam kamus barang, memudahkan petugas gudang untuk mengidentifikasi alamat penempatan barang.
5.      Setiap alamat penempatan barang dipelihara dengan baik agar menjamin barang ditempatkan pada tempatnya. 
6.      Barang fast moving ditempatkan dalam jangkauan sehingga meminimalisasi pergerakkan petugas dalam menempatkan dan mengambil barang. 
7.      Barang fast moving tidak selamanya memiliki pergerakkan demikian, maka manajemen perlu melakukan penataan ulang barang di lokasi penempatan. Menata membutuhkan waktu 1-2 hari untuk transaksi selama 3-4 bulan.
8.      Barang slow moving ditempatkan diluar jangkauan. Jauh dari lokasi pintu keluar masuk gudang. lokasi dekat pintu masuk dikhususkan untuk barang yang fast moving dan ketentuan khusus (berat). 
9.      Barang dikelompokkan dalam kelompok penempatan barang agar mudah untuk mengingat lokasi group penempatan barang dan menjamin kecepatan dalam mencari barang yang dibutuhkan. Dasar pengelompokan berdasar fungsi kegunaan, tipe atau jenis dan nama barang. Pengelompokkan berdasar merek perlu dipertimbangkan dengan baik. 
10. Penempatan barang yang memiliki seri nomor atau ukuran dilakukan dalam garis kelompok penempatan sehingga pergerakkan petugas menjadi lebih efisien. 
11. Prinsip FIFO dalam penataan barang menjamin barang yang disimpan di gudang adalah barang yang terbaru. FIFO adalah barang yang masuk lebih dulu diupayakan untuk dapat keluar lebih dulu (First In First Out). 
12. Penempatan barang yang ditumpuk keatas perlu diberi pengunci agar terhindar dari resiko barang terjatuh dan ditetapkan jumlah tinggi penumpukan maksimal agar packaging barang tidak rusak (prinsip menata di ruang penempatan yang sempit). 
13. Jumlah tumpukan diperhitungkan agar memudahkan untuk melakukan pemeriksaan stock atau stock opname barang (mengubah opname sebulan lebih menjadi 3 hari kerja dengan akurasi yang dipertanggung jawabkan).
14. Menjamin kebenaran jumlah barang dalam packaging sehingga mempercepat proses pengecekan barang sebelum dilakukan pengiriman.
15. Variasi penumpukan barang yang berbeda maksimal 3 item penumpukkan agar mengurangi jumlah pergerakkan petugas manakala mengambil barang yang dibutuhkan (prinsip menata di ruang sempit).
16. Pengelompokkan barang berdasar dimensi dilakukan dalam upaya untuk mengoptimalkan lokasi penempatan barang di gudang.
17. Gang antar penempatan barang dibutuhkan untuk memudahkan petugas dalam melakukan pengecekan identitas dan jumlah barang dalam penempatan.
18. Prinsip menata untuk tujuan akhir, yaitu kecepatan dan ketepatan pelayanan. Tujuan akhir jauh lebih penting karena itu menyangkut performansi gudang dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Prinsip rapi bisa di wujudkan dengan menciptakan tempat untuk segala sesuatu sehingga segala sesuatu dapat ditempatkan pada tempatnya.
b. Jenis-Jenis Bahan Kemas dan Karakteristiknya
Sebagai dasar dalam pembahasan materi ini mari kita kaji terlebih dahulu peraturan tentang wadah dan pembungkus yang terdapat dalam Permentan No 44/Permentan/OT.140/10/2009 sebagai berikut. Wadah dan pembungkus yang digunakan dalam penanganan pasca panen harus:
a.       Dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh dari luar.
b.      Dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu makanan.
c.       Tahan atau tidak berubah selama pengangkutan dan peredaran.
d.      Sebelum digunakan dibersihkan dan dikenakan tindakan sanitasi.
e.       Wadah dan bahan pengemas disimpan pada ruangan yang kering, ventilasi yang cukup dan dicek kebersihan dan infestasi jasad pengganggu sebelum digunakan.

Berdasarkan pasal tersebut, bahan yang digunakan dalam proses pengemasan harus diperhatikan dengan baik karena merupakan bagian penting dalam proses pengemasan. Seperti telah diuraikan di atas bahwa bahan kemasan dapat berupa bahan alami maupun sintetis. Bahan alami dapat berupa daun pisang, daung jagung, berbagai macam jenis serat tanaman yang dianyam dan lain-lain. Bahan kemasan sintetis dapat berupa plastik, kertas, dan lain-lain. Kedua jenis bahan kemasan tersebut pada prinsipnya dapat digunakan baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan.
Ruang lingkup bidang kemasan saat ini sudah semakin luas, mulai dari bahan yang sangat bervariasi hingga bentuk dan teknologi kemasan yang semakin menarik. Bahan kemasan yang digunakan bervariasi dari bahan kertas, plastik, kayu, logam, fiber hingga bahan-bahan yang dilaminasi. Bentuk dan teknologi kemasan juga bervariasi dari kemasan berbentuk kubus, limas, tetrapak, corrugated box, kemasan tabung hingga kemasan aktif dan pintar (active and intelligent packaging) yang dapat menyesuaikan kondisi lingkungan di dalam kemasan dengan kebutuhan produk yang dikemas. Produk dalam kantong plastik, dibalut dengan daun pisang, sekarang juga sudah berkembang sampai dalam bentuk botol dan kemasan yang cantik.
Berikut ini adalah beberapa jenis bahan kemasan dan sifat-sifatnya menurut Anonim(2009).
1.  Kemasan Kertas
Ada dua jenis kertas utama yang digunakan, yaitu kertas kasar dankertas lunak. Kertas yang digunakan sebagai kemasan adalah jenis kertaskasar, sedangkan kertas halus digunakan untuk kertas tulis berupa bukudan kertas sampul. Berikut beberapa jenis kertas kasar yang dapatdigunakan untuk kemasan:

a) Kertas glasin dan kertas tahan minyak (grease proof) Kertas glasin dan kertas tahan minyak dibuat dengan cara memperpanjang waktu pengadukan pulp sebelum dimasukkan ke mesin pembuat kertas. Penambahan bahan-bahan lain seperti plastisizer bertujuan untuk menambah kelembutan dan kelenturan kertas, sehinggadapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang lengket. Penambahan antioksidan bertujuan unttuk memperlambat ketengikan dan menghambat pertumbuhan jamur atau khamir. Kedua jenis kertasini mempunyai permukaan seperti gelas dan transparan, mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air walaupun permukaan dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak dan lilin.

             
b) Kertas Perkamen
Kertas perkamen digunakan untuk mengemas bahan pangan seperti mentega, margarine, biskuit yang berkadar lemak tinggi, keju, ikan(basah, kering atau digoreng), daging (segar, kering, diasap atau dimasak), hasil ternak lain, teh dan kopi. Sifat-sifat kertas perkamenadalah :
(1)  mempunyai ketahanan lemak yang baik,
(2)  mempunyai kekuatan basah (wet strength) yang baik walaupundalam air mendidih,
(3)  permukaannya bebas serat,
(4)  tidak berbau dan tidak berasa,
(5)  transparan dan translusid, sehingga sering disebut kertas glasin, dan
(6)  tidak mempunyai daya hambat yang baik terhadap gas, kecuali jika dilapisi dengan bahan tertentu.

c) Kertas lilin
Kertas lilin adalah kertas yang dilapisi dengan lilin yang bahan dasarnya adalah lilin parafin dengan titik cair 46-74 oC dan dicampur polietilen (titikcair 100-124 oC) atau petrolatum (titik cair 40520C). Kertas ini dapat menghambat air, tahan terhadap minyak dan oli serta memiliki daya rekat panas baik. Kertas lilin digunakan untuk mengemas bahan pangan, sabun, tembakau dan lain-lain.

d) Kertas Container board
Kertas daluang banyak digunakan dalam pembuatan kartun beralur. Adadua jenis kertas daluang, yaitu, line board disebut juga kertas kraft yang berasal dari kayu cemara dan corrugated medium yang berasal dari kayu keras dengan proses sulfat.

             
e) Kertas Chipboard
Chipboard dibuat dari kertas koran bekas dan sisa-sisa kertas. Jikakertas ini dijadikan kertas kelas ringan, maka disebut bogus yaitu jenis kertas yang digunakan sebagai pelindung atau bantalan pada barang pecah belah. Kertas chipboard dapat juga digunakan sebagai pembungkus dengan daya rentang yang rendah. Jika akan dijadikan karton lipat, maka harus diberi bahan-bahan tambahan tertentu.
f) Kertas Tyvek
Kertas tyvek adalah kertas yang terikat dengan HDPE (high density polyethylene). Dibuat pertama sekali oleh Du Pont dengan nama dagang Tyvek. Kertas tyvek mempunyai permukaan yang licin dengan derajat keputihan yang baik dan kuat, dan sering digunakan untuk kertas foto. Kertas ini bersifat :
(1)  no grain yaitu tidak menyusut atau mengembang bila terjadi perubahan kelembaban,
(2)  tahan terhadap kotoran, bahan kimia,
(3)  bebas dari kontaminasi kapang, dan
(4)  mempunyai kemampuan untuk menghambat bakteri ke dalam kemasan
g) Kertas Soluble
Kertas soluble adalah kertas yang dapat larut dalam air. Kertas ini diperkenalkan pertama kali oleh Gilbreth Company, Philadelphia dengan nama dagang Dissolvo. Digunakan untuk tulisan dan oleh FDA (Food and Drug Administration) tidak boleh digunakan untuk pangan. Sifat-sifat kertas soluble adalah kuat, tidak terpengaruh kelembaban tetapi cepat larut di dalam air.

             
h) Kertas plastik
Kertas plastik dibuat karena keterbatasan sumber selulosa. Kertas inidisebut juga kertas sintetis yang terbuat dari lembaran stirena, mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
(1)  daya sobek dan ketahanan lipat yang baik,
(2)  daya kaku lebih kecil daripada kertas selulosa, sehingga menimbulkan masalah dalam pencetakan label,
(3)  tidak mengalami perubahan bila terjadi perubahan kelembaban (RH),
(4)  tahan terhadap lemak, air dan tidak dapat ditumbuhi kapang, dan
(5)  dapat dicetak dengan suhu pencetakan yang tidak terlalu tinggi, karena polistirena akan lunak pada suhu 80oC.

Kemasan kertas merupakan kemasan fleksibel yang pertama sebelum ditemukannya plastik dan aluminium foil. Saat ini kemasan kertas masih banyak digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain seperti plastik dan logam karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaannya yang luas. Selain sebagai kemasan, kertas juga berfungsi sebagai media komunikator dan media cetak. Kelemahan kemasan kertas untuk mengemas bahan pangan adalah sifanya yang sensitif terhadap airdan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungan. Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada proses pembuatan dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya. Kemasan kertas dapat berupa kemasan fleksibel atau kemasan kaku. Beberapa jenis kertas yang dapat digunakan sebagai kemasan fleksibel adalah kertas kraft, kertastahan lemak (grease proof). Glassin dan kertas lilin (waxed paper) atau kertas yang dibuat dari modifikasi kertas-kertas ini. Wadah-wadah kertas yang kaku terdapat dalam bentuk karton, kotak, kaleng fiber, drum, cawan-cawan yang tahan air, kemasan tetrahedral dan lain-lain, yang dapat dibuat dari paper board, kertas laminasi, corrugated board dan berbagai jenis board dari kertas khusus. Wadah kertas biasanya dibungkus lagi dengan bahan-bahan kemasan lain seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat protektif. Beberapa gambar di bawah ini adalah contoh-contoh kemasan kertas.



2.  Kemasan Kayu
Kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia, dan secara tradisional digunakan untuk mengemas berbagai macam produk padat seperti barang antik dan emas, keramik, dan kain. Kayu adalah bahan baku dalam pembuatan palet, peti atau kotak kayu di negara-negara yang mempunyai sumber kayu alam dalam jumlah banyak. Tetapi saat ini penyediaan kayu untuk pembuatan kemasan juga banyak menimbulkan masalah karena makin langkanya hutan penghasil kayu. Desain kemasan kayu tergantung pada sifat dan berat produk, konstruksi kemasan, bahan kemasan dan kekuatan kemasan, dimensi kemasan, metode dan kekuatan. Penggunaan kemasan kayu baik berupa peti, tong kayu ataupalet sangat umum di dalam transportasi berbagai komoditas dalam perdagangan intrenasional. Pengiriman produk kerajinan seperti keramik sering dibungkus dengan peti kayu agar dapat melindungi keramik dari resiko pecah. Kemasan kayu umumnya digunakan sebagai kemasan tersier untuk melindungi kemasan lain yang ada di dalamnya. Dalam mendesain kemasan kayu, diperlukan proses alernatif dan bahan-bahan teknik yang tepat untuk membuat kemasan yang lebih ekonomis. Kemasan kayu berbentuk kotak dan peti tetap berperan untuk berbagai produk, meskipun harus bersaing dengan drum dari polypropilen dan polietilen. Berikut beberapa bentuk kemasan yang terbuat dari kayu.



Kelebihan kemasan kayu adalah memberikan perlindungan mekanis yang baik terhadap bahan yang dikemas, karakteristik tumpukan yang baik dan mempunyai rasio kompresi daya tarik terhadap berat yang tinggi. Penggunaan kemasan kayu untuk barang-barang antik dapat meningkatkan mutu produk karena adanya transfer komponen aroma dari kayu ke produk. Penggunaan petikayu untuk kemasan di beberapa negara juga masih lebih murah dibandingkan bahan pengemas lain. Selain itu negara-negara pengimpor seperti Australia juga meminta adanya sertifikat yang menyatakan kayu telah mendapat perlakuan khusus untuk mencegah penyebaran penyakit kayu atau serangga, misalnya perlakuan fumigasi atau perlakuan kimia lainnya.

3.  Kemasan Plastik
Beberapa jenis kemasan plastik yang dikenal adalah polietilen, polipropilen, poliester, nilon dan vinil film.Jenis plastik yang banyak digunakan untuk berbagai tujuan (60% dari penjualan plastik yang ada didunia) kemasan adalah polistiren, Polipropilen, polivinil klorida dan akrilik.
a) Polietilen
Polietilen (PE) adalah polimer dari monomer etilen yang dibuat denganproses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri minyak dan batubara. Proses polimerisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu polimerisasi dalam bejana bertekanan tinggi (1000-300 atm) menghasilkan molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan bercabang. Cara kedua, polimerisasi dengan bejana bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus dan tersusun paralel. Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan dan kekuatan sobek yang baik. Pemanasan polietilen akan menyebabkan plastik ini menjadi lunak dancair pada suhu 110oC. Sifat permeabilitasnya yang rendah dan sifat mekaniknya yang baik, maka polietilen dengan ketebalan 0.001-0.01inchi banyak digunakan unttuk mengemas bahan pangan. Plastik polietilen termasuk golongan termoplastik sehingga dapat dibentuk menjadi kantung dengan derajat kerapatan yang baik.
b) Polipropilen
Polipropilen mempunyai nama dagang Bexophane, Dynafilm, Luparen, Escon, Olefane dan Profax. Sifat-sifat dan penggunaannya sangat mirip dengan polietilen, yaitu: ringan (densitas 0.9 g/cm3) mudah dibentuk tembus pandang dan jernih dalam bentuk film, tapi tidak transparan dalam bentuk kemasan kaku lebih kuat dari polieteilen (PE). Pada suhu rendah akan rapuh, dalam bentuk murninya mudah pecah pada suhu -30oC sehingga perlu ditambahkan PE atau bahan lain untuk memperbaiki ketahanan terhadap benturan. Tidak dapat digunakan untuk kemasan beku. lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga mudah dalam penanganan dan distribusi, daya tembus (permeabilitasnya) terhadap uap air rendah, permeabilitas terhadap gas sedang, dan tidak baik untuk bahan pangan yang mudah rusak oleh oksigen. Tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 1500C, sehingga dapat dipakai untuk mensterilkan bahan pangan mempunyai titik lebur yang tinggi, sehingga sulit untuk dibentuk menjadi kantung dengan hasil yang baik. Polipropilen juga tahan lemak, asam kuat dan basa, sehingga baik untuk kemasan minyak dan sari buah. Pada suhu kamar tidak terpengaruh oleh pelarut kecuali oleh HCl. Pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzen, siklen, toluen, terpentin dan asam nitratkuat. Sifat-sifat polipropilen dapat diperbaiki dengan memodifikasi menjadi OPP (oriented polyprophylene), yaitu pembuatannya dilakukan dengan menarik ke satu arah, atau menjadi BOPP (Biaxial Oriented Polypropylene), jika ditarik dari dua arah.
c) Polivinil Klorida
Beberapa jenis Polivinil Klorida, yaitu:
(1)  Plasticized Vinyl Chlorida yaitu bahan pemlastis yang digunakan adalah resin (poliester, epoksi) dan non resin (ptalat dan posfat).
(2)  Vinyl copolimer mirip dengan plastized vinil klorida, hanya mesinnya berupa polimer, sehingga dapat digunakan untuk kemasan blisterpack, kosmetika dan lain sebagainya.
(3)  Oriented Film adalah jenis oriented film mempunyai sifat yang luwes (lunak) dan tidak mudah berkerut. Sifat-sifat umum kemasan oriented adalah (a) tembus pandang, ada juga yang keruh, permeabilitas terhadap uap air dan gas rendah; (b) tahan minyak, alkohol dan pelarut petrolium, sehingga dapat digunakan untuk kemasan, mentega, margarin dan minyak goreng, kekuatan tarik tinggi dan tidak mudah sobek; (c) dipengaruhi oleh hidro karbon aromatik, keton, aldehida, ester, eter aromatik, anhidrat dan molekul-molekul yang mengandung belerang, nitrogen dan fosfor. Tidak terpengaruh oleh asam dan basa, kecuali asam pengoksidasi, akan tetapi pemlastis akan terhidrolisa oleh asam dan basa pekat densitas 1.35-1.4 g/cm3.

d) Akrilik
Akrilik adalah nama kristal termo plastik yang jernih dengan nama dagang Lucie, Barex dan Plexiglas. Beberapa sifat akrilik adalah: kaku dan transparan, penahan yang baik terhadap oksigen dan cahaya, titik leburnya rendah (65.5 0C), pada suhu rendah cenderung cair, mudah rusak tergantung formula yang menyusunnya tahan terhadap petroleum, tapi terurai oleh alkohol rendah, HCl, asam pengoksidasi, keton, ester dan pelarut aromatik tidak dapat ditumbuhi kapang, peka terhadap asam kuat dan basa Akrilik banyak digunakan sebagai bahan pelapis untuk bahan keras lain, dan dahulu digunakan untuk gigi palsu dan kacamata. Kemasan pangan yang menggunakan akrilik adalah botol-botol minuman.



c. Teknik mengemas
Pengemasan yang banyak dilakukan oleh masyarakat secara umum dilakukan secara langsung dengan menggunakan bahan kemas tertentu. Proses ini dilakukan dengan memperhatikan tujuan pengemasan itu sendiri. Menurut Kitinoja (2003), kemasan membutuhkan ventilasi namun harus cukup kuat untuk mencegah kerusakan karena beban. Jika produk dikemas untuk memudahkan penanganan jenis kemasan berupa kemasan karton, krat kayu dan kemasan plastik yang kaku memiliki hasil yang lebih baik lebih baik dibanding kandengan  kantong atau keranjang terbuka, karena kantongan dan keranjang tidak memberikan perlindungan terhadap produk jika ditumpuk. 
Kemasan karton, krat kayu dan kemasan plastik kaku, walau lebih mahal, namun lebih efisien biayanya jika digunakan untuk pasar domestik. Kemasan-kemasan tersebut dapat digunakan kembali dan dapat bertahan pada kelembaban nisbi tinggi dalam lingkungan penyimpanan. Penambahan suatu lapisan cardboard atau lembar karton sederhana terhadap krat dapat mengurangi lecet pada produk.
Kemasan hendaknya tidak diisi terlalu sedikit atau terlalu banyak atau padat untuk mendapatkan hasil yang baik. Produk yang dikemas terlalu longgar dapat mengakibatkan getaran pada unitproduk lainnya yang mengakibatkan memar, sementara kalau dikemas berlebihan berakibat pada memar karena tekanan. Guna menghindari ruang antar bahan dapat ditambahkan potongan kerta sebagai pengisi ruang dalam kotak kemasan. Kemasan hendaknya memungkinkan penanganan yang cepat pada keseluruhan distribusi dan pemasaran dan dapat meminimalkan benturan akibat penanganan kasar.
Produk dapat dikemas dengan tangan secara langsung untuk menghasilkan produk dalam kemasan yang menarik dengan memperhatikan ukuran bahan yang dikemas. Bahan pengemasan seperti nampan, mangkok, pembungkus, bahan sekat dan bantalan dapatditambahkan untuk membantu menghalangi pergerakan produk. Kebanyakan alat pengisi volume dirancang menggunakan berat sebagai estimasi volume, dan penyesuaian akhir dilakukan dengan tangan (Mitchell dalam Kader, 2002). Pada jenis bahan tertentu dapat diletakkan kantong kecil penyerap etilen yang ditempatkan dalam kemasan dimana di dalamnya dikemas produk sensitif terhadap etilen sehingga dapat mengurangi kecepatan pemasakan buah, de-greening sayur-sayuran atau pelayuan bunga.
Pengemasan dapat juga dilakukan dengan memodifikasi atmosfer di sekitar produk dalam kemasan (pengemasan atmosfer termodifikasi atau modified atmosphere packaging atau MAP). MAP umumnya menghalangi pergerakan udara, memungkinkan proses respirasi normalproduk mengurangi kadar oksigen dan meningkatkan kadar karbondioksida udara didalam kemasan. Keuntungan utama tambahan penggunaan film plastik adalah mengurangi kehilangan air. MAP dapat digunakan dalam kontainer pengapalan dan dalam unit-unit kemasan konsumen. Modifikasi atmosfer dan secara aktif ditimbulkan dengan membuat sedikit vakum dalam kemasan tertutup. (seperti kantong polietilen yang tidak berventilasi), dan kemudian memasukkan campuran komposisi atmosfer yang diinginkan yang sudah jadidari luar. 
Secara umum, penurunan konsentrasi oksigen dan peningkatan konsentrasikarbondioksida akan bermanfaat terhadap kebanyakan komoditi. Pemilihan film polimerik terbaik untuk setiap komoditi/ kombinasi ukuran kemasan tergantung pada permeabilitas film dan laju respirasi pada kondisi waktu/suhu yang dinginkan selama penanganan.
Penyerap oksigen, karbondioksida dan atau etilen dapat digunakan dalam kemasan atau kontainer untuk membantu menjaga komposisi atmosfer yang diinginkan. Pengemasan dengan atmosfer termodifikasi hendaknya selalu dipandang sebagai tambahan untuk pengelolaan suhu dan kelembaban nisbi yang baik. Perbedaan antara manfaat dan kerugian konsentrasi dari oksigen dan karbondioksida untuk setiap jenis produk adalah relatif kecil, sehingga tindakan sangat hati-hati harus dilakukan jika menggunakan teknologi ini.

d. Prinsip dan tujuan menyimpan bahan hasil pertanian dan perikanan
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor 44/Permentan/OT.140/10/2009 tentang pedoman penanganan pasca panen hasil pertanian asal tanaman yang baik (good handling practices), penyimpanan merupakan kegiatan untuk mengamankan dan memperpanjang masa penggunaan produk. Penyimpanan dilakukan pada ruang dengan suhu, tekanan dan kelembaban udara sesuai sifat dan karakteristik hasil pertanian asal tanaman. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penyimpanan dapat dilakukan untuk bahan segar maupun bahan telah dilakukan penanganan. Upaya penyimpanan diharapkan dapat menjaga kualitas komoditas yang disimpan.
Pemahaman proses penyimpanan sangat erat kaitannya dengan karakteristik bahan/komoditas yang disimpan. Beberapa hal yang perlu dipahami terakit dengan proses penyimpanan adalah sifat fisiologis bahan/komoditas yang disimpan. Dengan memahami karakteristik bahan tersebut, maka proses penyimpanan dapat dikendalikan dengan berbagai macam cara agar kualitas bahan yang disimpan tetap terjaga. 
Wisnuwati (2011) menyatakan bahwa penyimpanan produk pertanian sebelum dipasarkan bertujuan untuk memperpanjang daya simpan produk dalam kondisi yang tetap baik dengan jalan memperlambat aktivitas fisiologis produk, perkembangan mikroba perusak, dan memperkecil penguapan produk. Penyimpanan produk pada dasarnya tidak dapat meningkatkan mutu produk tetapi hanya berusaha untuk mempertahankan mutu produk agar tidak mengalami penurunan (Wisnuwati, 2011). 
Pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar, karena dalam praktiknya, beberapa petani melakukan proses penyimpanan sementara dan sekaligus melakukan upaya peningkatan kualitas komoditas yang disimpan. Salah satu contoh komoditas tersebut adalah pisang. Penyimpanan sementara pisang kadang juga dilakukan sekaligus untuk pemeraman, bila bertujuan untuk segera memasarkan produk tersebut dalam kondisi siap konsumsi. Namun demikian penyimpanan pisang juga bisa dilakukan dengan cara tertentu untuk menghambat proses pematangannya, bila bertujuan untuk didistribusikan dalam jarak yang relatif jauh, agar kondisi pisang tidak rusak dalam perjalanan.
Penyimpanan dapat dilakukan dengan mengendalikan suhu dan kelembaban ruang penyimpanan. Daya simpan produk pertanian tergantung pada cara penyimpanan dan kondisi lingkungan penyimpanannya. Daya simpan dan kondisi lingkungan optimum untuk masing-masing komoditi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5. Suhu, Kelembaban Relatif, Titik Beku, dan Umur Simpan
                                                               Berbagai Sayuran dalam Penyimpanan 
Komoditi
Suhu Optimum
(oC)
RH Optimum (%)
Titik Beku (oC)
Umur Simpan
Asparagus
Bawang merah
Bawang putih
Bayam
Brokoli
Buncis
Bunga kol
Cabai 
Daun-daunan
hijau Jamur
Kubis
Sawi putih
Selada
Seledri
Terung
Mentimun
Tomat hijau
Tomat masak
Wortel
0-2
0
0
0
0
4-7
0
7-10
0
0
0
-1-0
0
0
0
7-10
7-10
13-21
7-10
0
95
65-70
65-70
90-95
90-95
90-95
90-95
90-95
90-95 95
90-95
90-95
90-95 95
90-95
90-95
90-95
85-90
85-90
90-95
-0,6
-0,8
-0,8
-0,3
-0,6
-0,7
-0,8
-0,7
-
-0,2
-0,9
-1,8
-
-0,2
-0,5
-0,8
-0,5
-0,6
-0,5
-1,4
2-3 m
1-8 b
6-7 b
10-14 h
10-14 h
7-10 h
2-4 m
2-3 m
10-14 h
2-3 m
3-6 m
10-12 b
1-2 b
2-3 m
2-3 m
1  m
10-14 h
1-3 m
4-7 h
4-6 m
Keterangan umur simpan: h (hari), m (minggu), dan b (bulan)
Sumber : Setyowati, R.N. dan Budiarti, A. (1996)

e. Kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan untuk bahan hasil pertanian dan perikanan
Lingkungan penyimpanan berpengaruh terhadap mutu produk hasil pertanian antara lain :
1)       Suhu ruang penyimpanan 
 Suhu ruang penyimpanan yang rendah secara umum akan memperlambat aktivitas fisiologis produk, menghambat perkembangan mikroba perusak, dan memperkecil penguapan produk. Pelambatan aktivitas fisiologis produk disebabkan pada suhu yang rendah laju respirasi sel (proses pembongkaran) produk tersebut akan ditekan atau diperlambat sehingga laju proses penuaan produk dapat diperlambat pula dan produk akan tetap dalam kondisi segar.
 Suhu yang terlalu rendah untuk sebagian produk sayuran dapat menimbulkan chilling injury yang ditandai munculnya bercak-bercak coklat pada sayuran yang disimpan sehingga menurunkan kualitas produknya. Oleh karena itu suhu ruang penyimpanan harus disesuaikan dengan suhu optimum produk hasil pertaniannya selama penyimpanan.
2)       Kelembaban ruang penyimpanan
 Kelembaban dalam ruang penyimpanan memegang peranan penting, terutama untuk produk sayuran berupa daun-daunan.Kelembaban yang tinggi misalnya, kelembaban relatif (RH) mencapai 90-95 % dapat mengurangi kehilangan air pada produk.Hal ini disebabkan air mempunyai arti penting terhadap mutu produk sehingga kehilangan air beberapa persen saja dapat menurunkan mutu produk tersebut. Kelembaban yang terlalu tinggi pun tidak dikehendaki karena kondisi demikian akan memacu perkembangan mikroba perusak.
3)       Komposisi udara ruang penyimpanan
 Komposisi udara dalam ruang penyimpanan yang dimodifikasi mempunyai kandungan O2 yang rendah,adapun kandungan CO2-nya tinggi.Kondisi tersebut sangat menguntungkan karena dapat menghambat aktivitas fisiologis produk hasil pertanian yang disimpan sehingga daya simpannya lebih lama. Memodifikasi udara dalam penyimpanan dapat dilakukan dengan menempatkan produk hasil pertanian dalam wadah yang tertutup rapat atau berlubang sebagian. Modifikasi itu terjadi akibat O2 yang tersedia digunakan untuk respirasi dan CO2-nya meningkat akibat akumulasi hasil respirasi. Kadar O2 dan CO2 ini dapat tetap dipertahankan selama waktu penyimpanan.
4)       Tekanan udara ruang penyimpanan 
 Tekanan udara ruang penyimpanan yang rendah (hipobarik) akan menghambat aktivitas fisiologis produk dan memperpanjang daya simpan produk karena keterbatasan jumlah O2 yang tersedia. Biasanya penyimpanan dengan kondisi tersebut dapat dikombinasikan dengan penyimpanan bersuhu rendah. Tidak semua produk dapat disimpan dalam kondisi tekanan udara tinggi (hiperbarik) tetapi hanya ada beberapa produk saja yang harus disimpan pada kondisi tersebut.

f. Teknik menyimpan bahan hasil pertanian dan perikanan
Penyimpanan hasil pertanian secara umum bertujuan untuk mencapai umur simpan semaksimal mungkin Santoso (2006).Cara penyimpanan produk hortikultura segar dinyatakan berhasil bila mampu mereduksi laju proses pematangan, atau menunda dimulainya proses pematangan dan sekaligus mencegah terjadinya pembusukan dan penyimpangan dengan demikian “kesegaran” selalu dapat dijaga pada tingkat yang dapat diterima oleh para konsumen. Cara tersebut dapat dicapai dengan cara merubah kondisi lingkungan produk hortikultura tersebut segera setelah dipanen, dengan cara menurunkan suhu, dengan penggunaan bahan kimia, atau dengan mengubah komposisi udara atau gabungan dari cara-cara tersebut. Pada beberapa hasil pertanian, khususnya buah dan sayur, sering dilakukan usaha untuk dapat memperlambat pematangan dengan cara memperlambat respirasi dan menangkap gas etilen yang terbentuk.
Beberapa cara yang dapat diterapkan antara lain pendinginan, pembungkusan dengan polietilen dan penambahan bahan kimia. Penyimpanan komoditas hasil pertanian biasanya juga dikombinasikan dengan berbagai upaya pengawetan/tindakan pencegahan kerusakan seperti pelilinan, penggunaan KMnO4, samper fresh, CaCl2.
1.  Pendinginan
Penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran memerlukan temperatur yang optimum untuk mempertahankan mutu dan kesegaran. Penyimpanan dengan cara pendinginan merupakan salah satu cara menyimpan produk dalam ruangan yang bersuhu rendah. Suhu yang rendah tersebut diharapkan dapat menekan kegiatan penuaan maupun kegiatan mikroba perusak. Kondisi yang harus dipertimbangkan dalam penyimpanan bersuhu rendah adalah suhu, kelembaban, komposisi udara, dan tekanan. Semua faktor tersebut bervariasi menurut masingmasing komoditi seperti yang tercantum pada tabel 5.
Penyimpanan di bawah suhu 15 0C dan di atas titik beku bahan dikenal sebagai penyimpanan dingin (chilling storage). Meskipun pendinginan dapat meningkatkan daya simpan komoditas pertanian, namun pendinginan juga dapat mengakibatkan kerusakan yang disebut dengan chilling injury. Kerusakan pendinginan dari buah pisang pada temperatur kritis (130C) adalah warna kusam, perubahan cita rasa dan tidak bisa masak. Menurut Santoso (2006), kondisi optimum penyimpanan buah pisang adalah 11-200C dan RH 85-95 persen. Pada kondisi ini metabolisme oksidatif seperti respirasi berjalan lebih sempurna.  Pendinginan tidak mempengaruhi kualitas rasa, kecuali bila buah didinginkan secara berlebihan sehingga proses pematangan terhenti.  
             
2.  Pengemasan dengan plastik/polietilen (PE) 
Penyimpanan dengan plastik dapat digunakan untuk memperlambat pematangan sayuran buah. Wisnuwati (2011) menyatakan bahwa penyimpanan dengan plastik dilakukan dengan cara memasukkan sayuran buah dalam kantong plastik dengan ketebalan sekitar 0,02 mm (kantong plastik biasa), lalu diikat rapat-rapat dan dilubangi permukaan plastik tersebut dengan peniti atau jarum pentul sebanyak 4-5 lubang. Sayuran tersebut dapat disimpan dalam suhu ruang dan proses pematangannya dapat ditunda minimal 3 hari dari kondisi normal.
Kehilangan air dapat dikurangi dengan jalan memberi pembungkus pada bahan yang akan didinginkan. Salah satu jenis pembungkus yang cukup baik digunakan adalah pembungkus dari bahan plastik. Berdasarkan penelitian Scott dan Robert (1987) penyimpanan pisang yang masih hijau dalam kantong polietilen dapat memperlambat pematangan pisang selama 6 hari pada suhu 20oC.
Proses pelambatan pematangan sayuran buah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Plastik yang tertutup rapat mengubah (memodifikasi) udara sehingga tidak sama dengan kondisi udara di luar kantong plastik. Gas etilen dari sayuran tetap menguap dan bertumpuk di dalamnya sehingga dengan dibuatkan lubang yang tidak terlalu besar akan cukup untuk membuang tumpukan gas etilen dalam kantong.
3.  Pelapisan Buah dengan Emulsi Lilin 
Penyimpanan dengan teknik pelapisan lilin merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kesegaran sayuran meskipun ditaruh dalam suhu ruang. Pelapisan lilin dapat mencegah penguapan yang terlalu tinggi, mencegah pernapasan terlalu cepat dan untuk memperindah penampakan. Pelapisan lilin dapat dilakukan dengan menggunakan lilin lebah, lilin karnauba, dan lilin parafin ditambah emulgator berupa asam oleat dan tretanolamin. Beberapa sayuran yang dapat diberi lapisan lilin adalah kentang, wortel, cabai, timun, dan tomat. Cara pelapisan lilin adalah dengan mencelupkan sayuran ke dalam emulsi lilin selama 30 detik dan ditiriskan dengan cara diangin-anginkan.
Secara lebih lengkap, Santoso (2006) menjelaskan proses pelilinan buah maupun sayuran. Sebagai contoh komoditas yang akan dilapisi llilin adalah mangga, apel, belimbing, pisang, jambu biji, tomat, cabe merah, buncis, ketimun, lilin. Bahan yang digunakan untuk proses pelilinan adalah trietanolamin, asam oleat, beberapa peralatan yang diperlukan antara lain adalah ember plastik, panci enamel, keranjang kawat, termometer, pengaduk, stop watch. Cara pembuatan lilin dan proses pelilinan adalah sebagai berikut.
Cara pembuatan emulsi lilin dapat dilakukan dengan memanaskan lilin dengan suhu 90-95oC) hingga lilin mencair. Larutan tersebut ditambah dengan asam oleat sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan sambil diaduk. Selanjutnya ditambah trietanolamine sambil terus diaduk dengan suhu dipertahankan tetap, kemudian ditambahkan air (tidak sadah) yang sudah didihkan (90-950C) dengan pelahan-lahan sambil terus diaduk. Larutan didinginkan dengan cepat menggunakan air mengalir untuk mendapatkan emulsi lilin dengan konsentrasi yang diinginkan dapat dilakukan pengenceran dengan air (tidak sadah). Untuk pemakaiannya sebaiknya digunakan emulsi lilin yang masih segar. Buah dan sayur yang sudah ditiriskan, masukkan ke dalam keranjang kawat kemudian celupkan ke dalam emulsi lilin (konsentrasi 6 dan 12%) sampai semuanya terendam selama 30-60 detik kemudian diangkat dan ditiriskan pada rak penirisan dengan dihembus udara kering agar pelapisannya merasa pada seluruh permukaan kulit dan tidak lengket. Bahan yang sudah dilapisi lilin dapat disimpan pada suhu ruang maupun dalam lemari es.
4.  Penggunaan Kalium Permanganat (KMn04) 
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata buah pisang Mas memerlukan zat penyerap etilen dan perlu disimpan dalam unit pendingin agar tahan tetap hijau sampai 6 minggu. Berbagai macam bentuk penyerap etilen yang telah dicoba, antara lain seperti blok campuran vermiculate dan semen dengan perbandingan 3 : 1 yang dicelupkan dalam larutan KMn04, atau blok-blok campuran lempeng dan semen yang dicelup larutan KMn04. Selain itu suatu zat penyerap yang disebut purafil (KMn04 alkalis dengan silikat) ternyata mampu menyerap keseluruhan etilen yang dikeluarkan oleh buah pisang yang disimpan dalam kantong polietilen tertutup rapat. Dalam penelitian pengawetan pisang Ambon yang dilakukan dengan menggunakan KMnO4 1.5 persen dengan penyimpanan selama 14 hari menghasilkan mutu pisang masih tetap baik.Penggunaan KMn04 dianggap mempunyai potensi yang paling besar karena KMn04 bersifat tidak menguap sehingga dapat disimpan berdekatan dengan buah tanpa menimbulkan kerusakan buah.
Metoda Pengawetan dengan KMnO4 atau PK dapat dilakukan dengan cara merendam batu apung dalam larutan KMnO4 lewat jenuh selama 30 menit, kemudian dikeringanginkan hingga benar-benar kering. Batu apung tersebut kemudian dibungkus dengan kain saring (1 – 3 butir batu tiap bungkus). Selanjutnya pisang dipotong dari tandannya, masing-masing 2 – 3 jari pisang, kemudian dicuci hingga bersih di lap sampai kering. Pisang dan batu apung diletakkan dalam sautu wadah (usahakan keduanya tidak bersentuhan), kemudian lapisi dengan wrapping film dan panaskan sebentar hingga lapisan film ini kencang. Bagian atas film dilibangi dengan jarum setiap 2 cm untuk ventilasi. Penyimpanan dapat dilakukan pada suhu kamar atau suhu dingin 14oC (misalnya untuk pisang) dan suhu refrigerasi atau 4oC untuk paprika. Pengamatan untuk melihat sampai berapa lama buah dapat dijaga kesegarannya dapat dilakukan terhadap perubahan berat, warna dan kekerasan setiap 2 hari sekali.
5.  Pengawetan dengan Samper Fresh 
Proses pengawetan dengan samper fresh dilakukan dengan menyiapkan emulsi samper fresh konsentrasi 0.6% sampai 4%. Selanjutnya pisang dan paprika yang telah dicuci bersih dan dikeringkan, dimasukkan ke dalam emulsi samper fresh ± 1 menit, kemudian ditiriskan dan lapisan  dibiarkan mengering. Pisang diletakkan dalam baki styrofoam, kemudian dilapisi dengan wrapping film dan panaskan sebentar hingga lapisan film ini kencang. Lubangi bagian atas film dengan jarum setiap 2 cm untuk ventilasi. Penyimpanan dapat dilakukan pada suhu kamar atau suhu dingin 140C (misalnya untuk pisang) dan suhu refrigerasi atau 40C untuk paprika. Pengamatan untuk melihat sampai berapa lama buah dapat dijaga kesegarannya dapat dilakukan terhadap perubahan berat, warna dan kekerasan setiap 2 hari sekali.
6. Pencelupan dengan larutan CaCl2 
Proses pengawetan dengan larutan CaCl2 dilakukan dengan menempatkan buah dan sayur di dalam keranjang kawat, kemudian celupkan ke dalam larutan CaCl2 (pada konsentrasi 4 dan 8%) selama 30-60 detik. Bahan selanjutnya diangkat dan tiriskan pada rak penirisan dengan dihembus udara kering, agar pelapisan merata pada seluruh permukaan kulit kemudian disimpan pada suhu ruang dan dalam lemari es. Pengamatan terhadap warna, tekstur, penampakan bahan, penurunan berat, perubahan pH dan todal padatan terlarut dapat dilakukan setiap minggu selama 4 minggu. Sebagai pembanding dapat dilakukan juga penyimpanan bahan tanpa perlakuan sebagai kontrol.
g. Penyimpanan dengan teknik MAC (Modified Atmosphere Container)
Penyimpanan dengan cara ini menggunakan wadah/kontainer yang komposisi udaranya (gas Nitrogen, Karbondioksida, dan Oksigen) diatur sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan daya simpan komoditas hasil pertanian. Cara kerjanya adalah gas yang tidak terpakai/berlebihan dalam kontainer dikurangi. Kontainer dapat diisi dengan gas N2, O2, dan CO2 sesuai kebutuhan. Penggantian gas menyebabkan komposisi gas dalam kontainer menjadi O2 di bawah 8%, CO2 lebih dari 2%, dan N2 sekitar 90%. Hal ini berbeda dengan komposisi udara bebas yang terdiri dari N2 78,03%, O2 20,99%, dan CO2 0,09%. Kelembaban udaranya tetap dipertahankan sekitar 85% sehingga aktivitas metabolisme sayuran akan berkurang dan proses kerusakannya dapat dihambat.
Santoso (2006) mengungkapkan bahwa bahan hasil pertanian setelah dipanen masih terus melangsungkan respirasi dan metabolisme, sehingga dianggap masih hidup. Selama proses respirasi dibutuhkan oksigen yang terdapat di lingkungan sekitar. Hasil metabolisme proses respirasi berupa CO2 dan air serta ethylene. Kandungan oksigen, karbondioksida dan ethylene, saling mempengaruhi metabolisme komoditi. Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa komposisi udara di ruang penyimpanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat bahan segar yang disimpan. 
Komposisi udara secara normal terdiri dari O2 (20%), CO2 (0.03%), N2 (78.8%). Dengan melakukan modifikasi atmosphere di sekitar komoditi tersebut dapat menghasilkan beberapa keuntungan terhadap komoditi tersebut. Modifikasi komposisi udara dilakukan dengan menurunkan kadar oksigen dan atau meningkatkan kandungan karbondioksida (CO2). Kadangkadang masih diperlukan pula untuk mencegah agar gas ethylene yang diproduksi tidak terkumpul di udara ruang penyimpanan.
Pada umumnya udara yang semakin menipis kandungan oksigennya serta semakin meningkat kandungan karbondioksida akan mengakibatkan menurunnya laju aktivitas pernapasan dari komoditi segar. Ethylene merupakan hormon tanaman, dimana dengan dosis yang sangat kecil dapat besar pengaruhnya terhadap tahap-tahap metabolisme, termasuk di dalamnya proses awal pematangan, kelayuan dan kematangan serta proses pembentukan senyawa phenolic. Terakumulasi gas ethylene dalam ruang penyimpanan akan mengakibatkan wortel pahit rasanya yang disebabkan adanya akumulasi zat phenol, demikian pula dapat menyebabkan asparagus menjadi keras, karena ethylene merangsang proses pembuatan lignin. Ethylene (C2H4) dapat mengakibatkan terjadinya pengerasan ubi jalar atau pembusukan bagian dalam.
Modifikasi komposisi udara atau yang juga dikenal sebagai contoh atmosphere storage berfungsi menentukan atau mengatur sistem noymonal oleh ethylenene. Sinthesis ethylene yang cukup untuk merangsang proses pematangan tidak akan terjadi bila kadar oksigen di bawah 7% (Mapson dan Robinson, 1966). Kepekaan komoditi terhadap ethylene juga menjadi rendah pada konsentrasi oksigen rendah. Sebelum ethylene dapat mempengaruhi sesuatu komoditi molekul oksigen harus terikat atau bereaksi pada bagian dimana ethylene melekat. Bila kadar oksigen tinggi 3%, terikatnya ethylene turun sebanyak 50% (Burg dan Burg 1967). Karbondioksida (CO2) tidak secara langsung mempengaruhi sinthesis ethylene, tetapi lebih bersifat antogonistis terhadap ethylene. Secara struktural CO2 merupakan analog terhadap ethylene sehingga bersaing terhadap tempat yang seharusnya ditempati oleh ethylene.
Oksigen dalam udara tidak dapat dihilangkan sama sekali dari atmosphere, karena adanya oksigen masih diperlukan untuk menjaga berlangsungnya metabolisme secara normal. Di bawah 1–3% oksigen, banyak komoditi mengalami kerusakan. Demikian halnya dengan konsentrasi CO2, batas toleransi komoditi terhadap gas-gas tersebut bervariasi. Beberapa komoditi tidak tahan pada konsentrasi CO2 tinggi. Beberapa komoditi tahan pada konsentrasi CO2 1% sedang komoditi lain tahan pada 20% atau lebih.

Meskipun pada konsentrasi O2 dan CO2 yang optimum masih selalu ada peluang tertimbunnya gas ethylene dan usaha harus dilakukan untuk menyerap (srubbing) dengan zat-zat kimia seperti kalium permanganat atau dengan ultraviolet irradiasi, atau dengan merendahkan tekanan udara sampai 1/10 udara normal.
Terdapat tiga cara yang biasanya digunakan dalam penyimpanan yang melibatkan perubahan atmosphere yaitu :
a.   CA = controlled atmosphere
b.  MA = modified atmosphere
c.   LPS = low pressure (hypoboric) storage.
Perbedaan antara CA dan MA storage adalah pada sistem penyimpanan CA, konsentrasi karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) diatur secara terus menerus melalui suatu alat yang ada di luar sistem, sedang MA storage, konsentrasi karbondioksida dan oksigen diatur dan ditentukan melalui respirasi dari produk dan derajat permeabilitas bahan kemasan atau ke hermitisan dari ruang maupun kendaraan pengangkutan. Untuk beberapa komoditi beberapa jenis gas lain dapat ditambahkan, misalnya gas karbon monoksida atau dapat pula dikurangi atau disingkirkan seperti misalnya gas ethylene. Pada sistem LPS (Low Pressure Storage) penurunan kadar oksigen dicapai denganmengurangi tekanan total dari udara disekitar produk.
1. Controlled Atmosphere (CA) Storage
Teknik penyimpanan CA Storage, merupakan penemuan yang sangat penting dalam sistem pasca panen hasil hortikultura buah dan sayuran. Teknik ini bila dikombinasikan dengan teknik pendinginan akan mampu mencegah aktivitas pernapasan dan mungkin akan dapat menghambat prsoes pengempukan, penguningan dan kemunduran mutu. Suhu udara dalam CA Storage dapat diatur dan dipertahankan dengan berbagai cara dan jalan. Salah satu cara yang sederhana yaitu dengan menempatkan komoditi tersebut dalam ruang yang kedap udara. Karena terjadi pernapasan dan konsentrasi O2 menurun, kadar CO2 dapat juga diatur menurut dosis yang dikehendaki dengan cara penggunaan senyawa penyerap CO2 biasanya digunakan NaOH. CA Storage, khususnya bila konsentrasi CO2 meningkat tinggi sekali. Cara lain ialah udara yang konsentrasi gas-gasnya telah diatur khususnya CO2, N2 dan O2 dihembuskan ke dalam ruang penyimpanan. 
Tetral (total environment control), telah mengembangkan sistem kontrol atmosphere. CO2 diproduksi dari hasil pembakaran gas alam. CA Storage dapat berhasil pada penyimpanan asparagus (karena mampu mencegah pengerasan dan pembusukan), tomat (mampu menghambat laju pematangan), lettuse atau salada, secara khusus mampu mencegah timbulnya noda-noda coklat yang disebut “russet spotting”. Pematangan pisang dapat diperhambat sampai beberapa minggu bila susunan udara dalam ruang penyimpanan dirubah sehingga kadar oksigen rendah dan kadar karbondioksida tinggi. Dalam udara normal kandungan oksigen 20% dan CO2 0.003%. Dalam ruang penyimpanan yang terdiri dari 5% CO2 dan 3% O2 selama 182 hari pada suhu 200C, pisang masih dapat mengalami proses pematangan yang normal. 12 Kondisi penyimpanan CA untuk beberapa jenis komoditi tidak sama. Kadar dan Moris (19/17) telah menyarankan suatu pedoman yang menunjukkan batas toleransi komoditi hortikultura terhadap kadar CO2 tinggi dan O2 rendah, khususnya terbatas pada suhu penyimpanan tertentu.

2. Modified Atmosphere (MA) Storage
Berbagai jenis kantong plastik yang memiliki bagai derajat permeabilitas terhadap uap air dan gas, dapat digunakan untuk penyimpanan MA. Teknik ini sebetulnya telah berkembang sejak tahun 1940 dan kini kantong plastik dengan beberapa jenis ketebalan, densitas serta permeabilitas dapat dipilih untuk menjaga susunan komposisi atmosphere disekitar produk yang dikemas tersebut. Jenis plastik polyethylene HDPE dengan derajat densitas tinggi telah digunakan untuk menyimpan buah-buahan dan sayuran. Malahan di dalam kantong plastik tersebut telah diperlengkapi dengan senyawa penyerap (absorbent) terhadap gas ethylene, misalnya dengan membran silicone atau kalium permanganat. Hardenburg (1963) melaporkan pengemasan jeruk keprok (Valencia orange) dengan kantung plastik polyethylene dengan ketebalan 0.0015 inci (1.5 mil) pada suhu 320F.

Wills et al (1979) dalam Santosomenyampaikan laju respirasi dari beberapa jenis komoditi hortikultura pada suhu kamar dapat ditekan hanya dengan melakukan modified 13 atmosphere. Karena itu hal itu dianjurkan untuk dilakukan sebelum komoditi tersebut diangkut untuk didistribusi. Proses respirasi dan tanda-tanda pemotongan dapat dihambat jika buah dan sayuran agar disimpan dalam atmosfer yang mengandung CO2 tinggi dan O2 rendah dibandingkan udara normal. Controlled Atmosphere Storage (CAS) merupakan penyimpanan buah atau sayur segar dalam atmosfer atau udara dengan komposisi CO2 tinggi dan O2 rendah dan dipertahankan tetap. Modified Atmosphere Storage (MAS) merupakan penyimpanan buah atau sayur segar dalam atmosfer atau udara dengan komposisi CO2 tinggi dan O2 rendah yang diatur pada awal penyimpanan, atau tidak diatur sama sekali atau digunakan kemasan atau film tertentu yang dapat mengatur sendiri komposisi udara di dalamnya. 
Penyimpanan hipobarik adalah cara penyimpanan CAS yang ditekankan pada penurunan tekanan udara serta biasanya dikombinasikan dengan suhu rendah. Pengaruh konsentrasi O2 rendah antara lain adalah dapat menyebabkan laju respirasi dan oksidasi substrat menurun dan mengakibatkan CO2 turun; pemotongan tertunda; perombakan klorofil tertunda; produksi C2H4 rendah; laju pembentukan asam askorbat berkurang; laju degradasi senyawa pektin terlambat; perbandingan asam-asam lemak jenuh berubah; pembusukan berkurang; jika O2 sangat rendah terjadi fermentasi; terjadi pematangan O2 harus ada karena diperlukan untuk sintesis C2H4 serta diperlukan juga reaksi lain untuk pemotongan. 
Pengaruh penyimpanan buah dan sayur segardalam atmosfer dengan komposisi CO2 tinggi dan O2 rendah antara lain dapat menyebabkan respirasi terhambat; asam tertimbun; pembentukan asetaldehida; peningkatan jumlah gula; penurunan jumlah zat yang larut dlm alkali; jumlah pektin total tinggi; dan proses perombakan klorofil dihambat. Respirasi terhambat karena ketersediaan O2 rendah dan CO2 tinggi, hal ini mengakibatkan pematangan dapat dihambat sehingga umur penyimpanan buah dan sayur dapat diperpanjang. Proses penimbunan asam dikarenakan kegiatan respirasi menurun, peningkatan penambahan CO2 atau enzim menjadi tidak begitu aktif. Akibat buruk penyimpanan karena komposisi atmosfer yang tidak tepat atau kemasan yang tidak baik membuat perubahan warna daging buah, perubahan citarasa, gagal matang, penimbunan asam organik dan kerusakan jaringan. Sedangkan dengan tingginya konsentrasi CO2 menyebabkan penurunan reaksi sintesis pematangan; penghambatan beberapa kegiatan enzimatik; penurunan produksi zat atsiri/aroma; penimbunan asam organik; kelambatan pemecahan pektin; penghambatan sintesis klorofil dan penghilangan warna hijau; perubahan perbandingan berbagai gula; produksi bau dan rasa yang tidak dikehendaki; kenaikan pH, penurunan asam askorbat; perubahan warna daging buah; pertumbuhan jamur terhambat; dan menghambat peran etilen (C2H4). Kondisi penyimpanan (CO2, O2) masing-masing komoditas berbeda-beda.
Misalnya untuk :
1.      Alpukat
[O2] = 3 – 5%; [CO2] = 3 – 5%; suhu 5 - 70C; umur simpan bertambah 1 bulan.
2.      Pisang
Berbeda-beda untuk masing-masing varietas pisang dengan komposisi O2 dan[CO2] yang tepat umur simpannya bisa mencapai 3 minggu.
             
[O2] = 15%; [CO2] = 0%; suhu 10C; atau dengan [O2] = 2.5%; [CO2] = 5%; suhu10°C, masa simpan 8 – 12 minggu.
[O2] = 3%; [CO2] = 0%; umur simpan 16 hari; [N2] = 97%.
5.       Mangga
[O2] = 5 – 7.5%; [CO2] = 5 – 7.5%; hanya beberapa hari masa simpan.
6.       Pepaya
[O2] = 1%; [CO2] = 5%; masa simpan 21 hari lebih efektif jika dikombinasidengan perlakuan air panas dan irradiasi.
7.       Nenas
[O2] = 2%; [N2] = 98%; suhu 7°C; umur simpan bertambah 1 – 3 hari (total 4 – 5minggu).
8.       Buncis
[O2] = 2 – 3%; [CO2] = 5 – 10%; suhu 7°C
9.       Brokoli
[CO2] = 5 – 20%
10.   Kubis
[CO2] = 5.5%; [O2] = 1 – 2.5%; suhu 7°C 11.  Wortel
[O2] = 1 – 2%; [CO2] = 2 – 4%; suhu 2°C
12.   Seledri
[CO2] = 9%; masa simpan 1 bulan.
13.   Mentimun
[O2] = 2 – 10%; [CO2] = 2 – 10%; masa simpan 2 – 3 minggu.
14.   Selada
[O2] = 3 – 5%; [CO2] = < 1%
15.   Jamur
[CO2] = 10 – 20%
             
16.   Bawang Merah
[O2] = 3 – 5%; [CO2] = 10%
17.   Lobak
[O2] = 5%; suhu 1°C
18.   Jagung Manis
[CO2] = 5 – 10%
19.   Tomat
[O2] = 3%; [CO2] = 0%; suhu 13°C, masa simpan 6 minggu.

Kitinoja (2003) menjelaskan secara lebih mendetil tentang pengemasan dengan atmosfir termodifikasi sebagai berikut. Pada kemasan yang ditujukan bagi konsumen: Jika karakteristik bahan dan karakteristik permeabilitasadalah sesuai, suatu kondisi atmosfir dapat berevolusi secara pasif karena konsumsi O2 dan produksi CO2 selama respirasi. Sayur potong segar atau sawi yang diproses secara minimum dapat di kemas dalam kantong plastik setelah sebagian udara dibuat vakum. Selanjutnya ditambahkan campuran gas 30 sampai 50% O2 dan 4 sampai 6% CO2 ke dalam kantong, dan ditutup.

Sumber:http://www.ulmapackaging.com/packaging-solutions/food-packaging/ ready-meals/salads/ready-salad-packaging-in-thermoforming-in-rigid-film-withmap-atmosphere-modification
Untuk kemasan pengiriman: lapisan plastik polyethylene di tambahkan ke dalam kotak kemasan pengiriman cherry. Kantong plastik polyethylene dipakai untuk membungkus pisang yang mengalami pemasaran dengan perjalanan yang jauh.





Untuk suatu pallet: Satu muatan palet produk seperti stroberi dapat di tutup dengan 5 milkantong plastik polyethylene dan helai atau lembar plastik pada dasar pallet menggunakan pita perekat lebar. Selanjutnya, kemasan dibuat vakum dan  dan dimasukkan sedikti CO2 15% melalui selang kecil.

Dikenal berbagai macam jenis plastik untuk pengemasan, tapi sangat sedikit plastic yang mempunyai permeabilitas sesuai untuk MAP. Plastik polyethylene dan polyvinyl chloride dengan kerapatan rendah adalah plastik film utama yang dipakai untuk pengemasan buah segardan sayur. Plastik dan polyester memiliki permeabilitas gas yang rendah yang hanya cocok untuk produk segar dengan laju respirasi rendah. 

 Kondisi penyimpanan hipobar atauLow Presure Storage (LPS) menunjukkan hasil yang baik untuk beberapa produk pada tekanan absolut seperti yang telah diteliti dan dilaporkan olehDilley (1977).
Kondisi penyimpanan hipobar  yang baik untuk apel 10 KPa, sweet cherner 7 KPa, tomat hijau yang sudahmatang 10 Kpa, asparagus 3-5 Kpa dan jamur pangan 2 Kpa (1 atm = 101 Kpa).
 Spalding (1977) melaporkan bahwa LPS pada 20 Kpa lebih superior terhadap CAuntuk limes dan mangga tetapi inferior untuk CA advokat. LPS bagus sekali dalam menciptakan atmosphereoksigen hampir bebas dariethylene. Oleh karena itu sangat cocok untuk menyimpan apel, sayuran berdaun, dan tanaman hias. Beberapa produk yang peka terhadap pembusukan, diperlukan beberapa usaha untuk pencegahannya. Biasanya dalam sistem transportasi yang menggunakan hibobaric digabung dengan MA Storage. Disamping itu proses penyimpanan hypoboric dapat diterapkan pada pisang, yaitu penyimpanan pada tekanan rendah 150 sampai 80 mm Hg pada suhu 140C dapat diperoleh waktu simpan selama 120 hari, tanpa adanya penyimpanan mutu yang nyata. Selama transportasi, dapat ditumpuk dengan salah satu dari tiga cara yaitu dengan membungkus dalam kantung plastik atau dengan menggunakan kendaraan yang kedap udara atau kendaraan yang diperlengkapi dengan peralatan yang dapat mengatur gas dalam kendaraan tersebut.
                                Perlakuan Atmosfir Terkendali atauTermodifikasi
 Kitinoja (2003) menyatakan bahwa pada beberapa jenis komoditi yang toleran dengan konsentrasi CO2 tinggi, 15 sampai 20% CO2 diperkaya udara dapat digunakan sebagai fungistatik untuk pengendalian pembusukan yang disebabkan oleh patogen-patogen, seperti Botrytis cinerea pada strawberry, blueberry, blackberry. Kondisi atmosfer yang bersifat insektisidal (0.5% atau lebih rendah O2 dan/atau 40% atau lebihtinggi CO2) memiliki efektivitas sebagai subtitusi fumigasi methyl bromida untuk buah, biji-bijian dan sayur-sayuran kering. 
 Keefektifan atmosfer insektisidal tergantung pada suhu, kelembaban nisbi, lamanya ekspos dan stadia hidup dari serangga. Konsentrasi O2 rendah dan/atau CO2 tinggi telah digunakan untuk membunuh serangga tertentu pada komoditi-komoditi yang toleran terhadap kondisi ini. Keefektifan atmosferinsektisidal tergantung pada suhu, kelembaban nisbi, lamanya ekspos dan stadia hidup dari serangga seperti diungkapkan oleh Mitcham et al (1997): sebagai berikut:
1)        Instar pertama dan ketiga dari greenheaded leafroller (Planotortrix excessana) dan instar pertama dan ke lima dari brown headed leafroller (Ctenopseustis obliquana) dan light brown apple moth (Epiphyas postvittana) terbunuh secara sempurna dalam 2 bulan ketika apel disimpan pada 0.5 0C dalam 3% O2 dan 3% CO2.
2)        Telur-telur dari apple rust mite (Aculus schlechtendali) dan European red mite (Panonychus ulmi) terbunuh dalam 5.3 bulan ketika apel disimpan pada 2.80C dalamatmosfer 1% O2 dan 1%
CO2.
3)        Larva dari Codling moth (Cydia pomonella) terbunuh dalam 3 bulan ketika apeldisimpan pada 00C, 1.5-2% O2 dan kurang dari 1% CO2.
4)        Unutk buah kiwi, two-spotted spider mite dewasa (Tetranychus urticae) terbunuh dengan 400C, 0.4% O2 dan 20% CO2 hanya dalam waktu 7 jam.
5)        Ketika persimmon disimpan pada 200C, 0.5% O2 dan 5% CO2, instar ketiga dari leafrollers (Planotortrix excessana) terbunuh dalam 4 hari dan larva serta serangga dewasa mealy bug (Pseudococcus longispinus) terbunuh dalam 7 hari. (Sumber: Mitcham, E.J., S. Zhou and A.A. Kader. 1997 dalam Kitinoja (2003)
6)        Serangga weevil (Cylas formicarius elegantulus) pada ubi jalar dapat dikendalikan pada suhu kamar untuk ubi jalar tropika yang disimpan dengan perlakuan konsentrasioksigen rendah dan karbondioksida tinggi. Pada suhu 25°C (76°F), penyimpanan dengan 2 sampai 4% oksigen serta 40 sampai 60% karbondioksida berakibat pada kematian serangga dewasa  weevils dalam 2 sampai 7 hari. (Sumber: Delate, K. et al. 1990 dalam Kitinoja, 2003)
7)        Codling moth (Cydia pomonella) pada buah-buah berbiji dapat dikendalikan padasuhu 250C (76°F) menggunakan atmosfer dengan 0.5% oksigen dan 10% karbondioksida untuk 2 sampai 3 hari (serangga dewasa atau telur) atau 6 sampai 12 hari (pupa). Perubahan warna dan kekerasan normal selama pemasakan tidak dipengaruhi oleh perlakuan. (Source: Soderstrom, E.L. et al. 1990. dalam Kitinoja, 2003)
8)        Perlakuan dengan 45% CO2 pada 0"C (32"F) sedang dikembangkan untuk seranggga hama permukaan, meliputi omnivorous leafroller (Platynota sultana), western flower thrips (Frankliniella occidentalis), dan Pacific spider mite (Tetranychus pacificus) pada panenan buah anggur meja. Perlakuan ini membutuhkan 13 hari pada 0" sampai 2"C (32" sampai 36"F) dan dapat dilakukan terhadap container laut selama transportasi. Akan tetapi, baik perlakuan ini maupun perlakuan atmosfer terkendali lainnya belum disahkan sebagai perlakuan-perlakuan karantina. (Source: Mitcham, E.J., F.G. Mitchell, M.L. Arpaia, and A.A. Kader. 2002. dalam Kitinoja, 2003).
  
TUGAS (SOAL LATIHAN ESSAY)




SUSULAN PAS GANJIL 2020/2021 KELAS X SELASA 15 DESEMBER 2020

  KERJAKAN SOAL SUSULAN PAS SESUAI DENGAN MATA PELAJARAN BELUM KALIAN IKUTI, JANGAN MEMAKAI UCBROWSER JIKA MENGERJAKAN PAS, KARENA NILAI TID...