Senin, 27 April 2020

PPHH KELAS XI ( PRODUK PENGOLAHAN DAGING ( ABON ), ARI AYUNANI, SPt )


KELAS DARING

KELAS XI SEMESTER GENAP 2019 / 2020

SMK NEGERI 2 BAGOR


NAMA KELAS : XI APHP
NAMA GURU : ARI AYUNANI, SPt

JUDUL MATERI : PRODUK PENGOLAHAN DAGING ( ABON )


MATERI :

Pembuatan Sosis
Sosis (Sausage) berasal dari bahasa Latin Salsus yang berarti penggaraman atau pengawetan daging dengan larutan garam, memberikan rasa, warna dan aroma yang khas pada sosis terutama disebabkan adanya proses curing dan pemasakan. Sosis dapat didiskripsikan sebagai produk olahan dari daging (sapi atau ayam) yang telah dicincang, diberi bumbu-bumbu, kemudian dimasukkan ke dalam pembungkus yang berbentuk bulat panjang yang dapat berupa usus hewan atau pembungkus buatan dengan atau tanpa dimasak, dengan atau tanpa diasap (Hadiwiyoto S., 1983). Sosis pada prinsipnya diolah dengan cara mengemulsikan lemak ke dalam protein daging, dengan molekul protein bertindak sebagai emulsifier-nya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas protein daging sebagai emulsifier (penstabil emulsi) meliputi pH, konsentrasi NaCl dan garam-garam lain, serta protein yang larut dalam air serta protein yang larut dalam garam. Pada pH mendekati titik isoelektrik dari protein yang terlarut dalam garam, kapasitas emulsifikasi proteinnya mengalami kenaikan sejalan dengan naiknya konsentrasi NaCl.
Agar dapat diperoleh sosis dengan kualitas yang baik maka perlu dilakukan seleksi terhadap macam daging yang digunakan sebagai bahan dasar sosis. Sebagai bahan dasar, daging yang masih dalam fase prerigor mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan daging yang telah berada pada fase postrigor. Hal ini disebabkan hampir 50% protein-protein daging pada fase prerigor yang dapat larut dalam larutan garam, dapat diekstraksi keluar dari jaringan (Forrest et al, 1975).
Disamping bahan-bahan yang berupa daging dan lemak, seringkali juga ditambahkan bahan-bahan lain yang bukan berasal dari jaringan daging. Bahan-bahan ini berperan sebagai “extender”. Fungsi utama dari bahan ini adalah untuk memudahkan pembentukan emulsi sosis, disamping untuk meningkatkan kemampuan mengikat molekul air (Forrest et al, 1975). “Extender” yang biasanya digunakan berupa susu skim, tepung jagung, tepung gandum, dan sodium kaseinat.
Sosis merupakan suatu sistem emulsi, emulsi tersebut berupa emulsi minyak dalam air, dengan air berperan sebagai fase kontinyu, lemak sebagai fase diskontinyu dan protein sebagai emulsifiernya. Dalam sistem emulsi tersebut, protein membentuk matriks yang  menyelubungi globula-globula lemak.  Protein dalam daging yang terutama berfungsi sebagai emulsifying agent adalah miosin dan aktin, dan juga kombinasi keduanya yaitu aktomyosin (Price dan Schweigert, 1971).

a. Jenis-jenis sosis
Sosis yang diproduksi cukup banyak jenisnya, diantaranya adalah:
1.         Sosis segar
Daging yang digunakan untuk membuat sosis tidak mengalami curing terlebih dulu.
Contoh sosis jenis ini: Bratwurst, Bockwurst.
2.         Sosis masak
Daging yang akan dibuat sosis bisa dimasak terlebih dulu atau tidak. Kemudian diberi bumbu, dicacah, dimasukkan ke dalam selonsong kemudian dimasak. Kadang-kadang setelah dimasak diasap, kemudian disimpan di tempat dingin. Contoh: sosis hati (Liver sausage), Braunschweiger, Livercheese.
3.         Sosis masak yang diasap
Dibuat dari daging yang dicuring. Hampir sama dengan sosis masak, tetapi diasap dulu baru dimasak. Contoh: Frankfurters, Bologna, Cotto salami.
4.         Sosis kering
Terlebih dahulu daging diasap kemudian dikeringkan untuk mengurangi kadar airnya, lalu dibuat sosis. Contoh: Sosis Genoa Salami, Sosis Peperoni dan Lebanon bologna.


5.         Sosis asap
Daging yang dibuat sosis boleh dicuring atau tidak. Sebelum dikonsumsi harus dimasak terlebih dulu. Contoh: Kielbasa, Mettwurst, Sosis babi asap.
6.         Sosis daging masak spesial
Dibuat dengan bumbu-bumbu yang khusus, tergantung permintaan. Biasanya tidak diasap. Kemasan berbentuk tipis/lembaran, berlapis-lapis disimpan di tempat dingin.
Contoh: Loaves, Head cheese, Scrapple
b. Karakteristik Bahan
Salah satu produk olahan daging yang cukup terkenal adalah sosis. Sosis berasal dari bahasa Latin Salsus yang berarti penggaraman atau pengawetan daging dengan larutan garam, memberikan rasa, warna dan aroma yang khas pada sosis yang disebabkan adanya proses curing dan pemasakan.
Proses pembuatan sosis memerlukan berbagai macam bahan, baik bahan dasar maupun pendukung. Bahan dasar yang digunakan tergantung dari jenis sosis yang akan dibuat, yaitu sosis sapi atau ayam. Bahan pendukung dikelompokkan menjadi bahan pengisi, pengikat, bumbu dan selonsong.
Bahan Dasar
Bahan dasar yang digunakan untuk membuat sosis adalah daging. Menurut Sumarni (1993), daging merupakan gumpalan lembut yang terdiri atas urat-urat pada tubuh binatang, diantara kulit dan tulang. Daging dapat dibagi dalam dua golongan besar, yakni daging merah dan daging putih. Daging merah adalah daging yang berasal dari ternak seperti kambing, domba, kerbau, sapi dan babi. Daging putih adalah daging yang berasal dari unggas, yaitu ayam, itik, kalkun, merpati dan angsa.
Karakteristik daging sapi yang digunakan untuk membuat sosis adalah: daging berwarna merah cerah; bau khas daging segar; bila ditekan tidak meninggalkan bekas (elastis); tidak terdapat bagian-bagian yang berwarna hitam dan kehijauan.
Bahan Pendukung
Bahan pengisi dan pengikat
Bahan pengisi adalah bahan makanan yang ditambahkan dalam pembuatan sosis, biasanya bahan sumber karbohidrat. Sebagai pengisi umumnya dipakai berbagai jenis tepung, seperti tepung maizena, tepung tapioka, tepung sagu, tepung terigu, dan tepung beras. Penambahan bahan pengisi bertujuan untuk membentuk tekstur yang padat. Fungsi bahan pengisi adalah sebagai pengisi yang dapat menarik air, memperbaiki tekstur, menstabilkan emulsi, memperbaiki adonan, dan mengurangi biaya produksi.
Bahan pengikat berbeda dengan bahan pengisi. Bahan pengikat adalah bahan makanan sumber protein atau protein dalam bentuk isolat. Sebagai bahan pengikat, bahan yang mengandung protein atau isolat protein harus dalam kondisi proteinnya belum mengalami koagulasi. Bahan pengisi dan pengikat yang dipilih adalah mempunyai sifat daya serap air baik, warna yang baik, aroma dan rasa tidak mengganggu sosis, serta tidak mahal.

Serpihan es atau air es
Air es atau serpihan es ditambahkan dalam pembentukan emulsi adonan sosis, bertujuan untuk melarutkan protein dan membentuk larutan garam sehingga mempermudah pembentukan emulsi serta mempertahankan suhu adonan dari pengaruh panas yang berasal dari alat mekanis. Penambahan air es atau serpihan es antara 16-25% dari berat daging dapat menghasilkan emulsi yang stabil.
Garam dapur dan garam polifosfat
Garam merupakan salah satu bahan paling penting dalam pembuatan sosis dan memegang peranan penting dalam pembentukan rasa produk. Penambahan garam dapur dan garam polifosfat secara bersamaan dapat mempengaruhi pH, pengembangan adonan dan daya ikat air dari daging. Peranan lain adalah mempertahankan warna, membentuk cita rasa, mengurangi penyusutan, dan memperbaiki penyebaran lemak dalam adonan. Dalam dosis tertentu (konsentrasi lebih dari 5%), garam dapur dapat berfungsi sebagai pengawet.
Penambahan garam dalam dosis 1,5-3% tidak bertujuan untuk mengawetkan.
Bumbu-bumbu
Bumbu-bumbu yang ditambahkan dalam pembuatan sosis terdiri atas pala, merica, bawang putih, dan pemantap rasa. Tujuan dari penambahan bumbu ini adalah untuk menambah dan meningkatan cita rasa yang diinginkan.


Zat pewarna
Penambahan zat pewarna pada pembuatan sosis dimaksudkan untuk mendapatkan produk dengan warna yang seragam, menambah daya tarik serta menampilkan warna asli daging sapi dan menutupi kerusakan secara visual. Zat pewarna yang digunakan adalah zat pewarna makanan, baik alami maupun buatan. 
Selongsong sosis (casing)
Casing dipergunakan untuk membungkus produk sosis selain itu juga menentukan bentuk dan ukuran produk sesuai keinginan. Casing juga bertindak sebagai cetakan dan wadah selama penanganan serta memegang peranan dalam menarik perhatian konsumen.
Berdasarkan bahan pembuatnya, casing dibedakan menjadi 2 yaitu :
a.        Casing alami, yaitu casing yang dibuat dari usus hewan seperti usus sapi dan usus kambing. Kelebihan casing ini rasanya lebih enak, sedangkan kekurangannya adalah ukurannya tidak seragam dan tidak mencukupi skala industri yang memproduksi sosis dalam jumlah besar.
b.        Casing sintetis atau buatan terdiri dari 2 macam yaitu casing yang dapat dimakan (edible) seperti casing yang terbuat dari kolagen dan agar-agar, serta casing yang tidak dapat dimakan (non edible) seperti casing yang terbuat dari plastik atau kain.
c. Peralatan dan sarana dalam proses pembuatan Sosis
Sarana dan peralatan yang digunkan untuk membuat sosis pada prinsipnya hampir sama dengan peralatan untuk membuat bakso, seperti pisau, kompor, sendok, panci dan lain-lain. Serta peralatan penghancur daging seperti chopper, food processor dan silent cutter. Ukuran atau kapasitas alat untuk memproduksi sosis ada berbagai macam tergantung jumlah dan kapasitas produksi sosis yang akan dibuat. Adapun jenis dan fungsi peralatan penting yang tidak ada dalam proses  pembuatan bakso adalah sausage filler.


d. Proses Pembuatan Sosis
Proses pembuatan sosis meliputi beberapa tahapan, yaitu pemilihan daging, penimbangan, pemotongan, curring, penggilingan, pelembutan dan pengadukan, pengisian dan pengikatan, pemasakan, pendinginan, pengemasan, dan penyimpanan.
Pemilihan Daging
Daging yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sosis harus dipilih daging yang baik agar dihasilkan produk sosis yang baik juga. Daging yang dipilih adalah daging yang sehat, bersih dari kotoran, lendir, kulit, bulu serta kotoran lainnya, daging dalam keadaan tanpa tulang, warna dan aroma khas daging segar.
Penimbangan
Bahan dasar yang telah dipilih selanjutnya ditimbang dengan tujuan untuk mengetahui berapa banyak bahan dasar yang digunakan dan berapa banyak bahan-bahan pendukung yang dibutuhkan.
Pemotongan
Daging yang siap diolah dipotong-potong kecil dengan tujuan untuk mempermudah proses penggilingan dan mempercepat penyerapan bahan curring ke dalam daging sekaligus memisahkan tulang dari daging sehingga daging hasil penggilingan lebih halus tanpa ada serbuk keras yang berasal dari tulang.
Curing
Curing adalah proses pengolahan daging dengan tujuan mengawetkan daging dan untuk memperolah flavor yang diinginkan serta menimbulkan warna merah pada daging. Bahan-bahan yang digunakan dalam proses curring adalah garam dapur, sendawa dan gula.
Daging sapi yang telah dipotong menjadi bagian-bagian kecil kemudian ditambahkan sendawa dan garam kemudian diaduk rata untuk memperoleh warna daging merah stabil, aroma, tekstur dan kelezatan yang baik, mengurangi pengerutan daging selama proses pengolahan serta memperpanjang daya simpan produk daging. Daging yang mengalami proses curring selanjutnya disimpan pada suhu 2-4C selama 24 jam.

Penggilingan
Daging yang telah mengalami proses curring selanjutnya digiling dengan mesin penggiling (mincer) sehingga diperoleh daging giling/cincang. Proses penggilingan bertujuan untuk memudahkan proses pelembutan.
Pelembutan dan Pengadukan
Daging cincang yang dihasilkan dari proses penggilingan selanjutnya dimasukkan ke dalam alat pelembut (meat cutter/silent cutter) selama 5-10 menit pada suhu 10-20C. Pada proses pelembutan dan pengadukan terdapat dua tahapan proses, yaitu pertama adalah proses pelembutan daging hasil penggilingan, dan kedua adalah proses pengadukan yang bertujuan untuk meratakan bumbu-bumbu, bahan pengisi dan bahan pengikat agar tercampur secara homogen sehingga menghasilkan emulsi yang baik.
Pengisian dan Pengikatan
Adonan yang telah diaduk dan dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengisi (sausage filler/vaccuum filler). Mesin ini bekerja semi otomatis untuk mengisi adonan ke dalam selongsong. Adapun tujuan proses ini adalah untuk mendapatkan sosis sesuai ukuran yang dikehendaki. 
Pengisian adonan ke dalam selongsong cukup padat dan tidak ada rongga udara agar dihasilkan sosis dengan penampakan seragam, halus  dan memiliki kekenyalan yang baik. Pengisian adonan yang terlalu padat akan menyebabkan selongsong pecah pada saat pemasakan, sedangkan bila pengisian terlalu kendor akan menghasilkan sosis dengan bentuk yang tidak sempurna atau keriput. Selongsong yang telah diisi adonan sosis selanjutnya diikat dengan panjang yang telah ditentukan. Pengikatan dapat dilakukan dengan cara diplintir selonsongnya (biasanya bila menggunakan selongsong alami) atau diikat dengan tali rami.

Pemasakan
Pemasakan sosis dilakukan dengan cara dikukus atau direbus pada suhu 85C selama 10 menit, sampai suhu di dalam sosis mencapai 78C. Tujuan dari proses pemasakan adalah untuk membentuk tekstur dan keempukan daging, menghambat pertumbuhan mikroba, pembentukan warna yang lebih menarik, memberi aroma khas pada produk, inaktivasi enzim proteolitik, dan memperpanjang daya simpan.
Pendinginan
Setelah selesai proses pemasakan, sosis didinginkan, sebaiknya dengan cara digantung, sampai benar-benar dingin. Tujuan proses pendinginan adalah untuk mencegah terjadinya embun pada saat pengemasan dan mengawetkan selama penyimpanan.
Pengemasan
Pengemasan bertujuan melindungi sosis terhadap kerusakan yang terlalu cepat baik karena proses kimiawi maupun kontaminasi mikrobial, serta menampilkan produk dengan cara yang menarik.
Pengemasan dilakukan dengan cara memasukkan sosis yang telah dingin ke dalam kemasan yang sesuai dan datur dalam mesin pengemas vakum sehingga dihasilkan produk sosis yang dikemas dalam plastik hampa udara. Pengemasan dengan vakum akan mencegah timbulnya mikroba aerobik atau mikroba patogen lainnya.
Penyimpanan
Sosis yang telah dikemas dapat disimpan dalam alat pendingin (chiller) atau pembeku (freezer). Biasanya sosis yang disimpan pada alat pendingin mempunyai ketahanan simpan selama 20 hari. Sedangkan sosis yang disimpan pada alat pembeku dapat bertahan selama kurang lebih 3 bulan.
Untuk mengetahui kualitas produk sosis yang telah rusak dapat dilihat secara fisik, yaitu:
1.  sosis sapi yang berwarna merah bila telah rusak warnanya akan pudar dan berubah menjadi putih,
2.  sosis yang telah rusak bau dagingnya lebih tajam, 3. sosis yang tingkat kerusakannya tinggi akan berlendir,
4. sosis yang rusak rasanya asam.
LEMBAR KERJA

Judul
:
Pembuatan sosis ayam/sapi
Tujuan
:
Setelah melakukan praktik pembuatan sosis ayam/sapi, maka hasil yang diharapkan adalah sosis dengan kriteria: tekstur kenyal dan elastis, kenampakan halus, rasa gurih dan aroma yang khas.
K3

Gunakan pakaian kerja dan perlengkapan kerja (baju lab, penutup
kepala, masker, sarung tangan dll). Hati-hati menggunakan peralatan/benda tajam dan terhubung arus listrik. Cuci tangan sebelum bekerja, pastikan peralatan yang digunakan bersih sebelum dan sesudah digunakan serta perhatikan dan patuhi peraturan laboratorum yang lain
ALAT DAN BAHAN
Alat :
1.               Chopper/meat grinder
2.               Silent cutter
3.               Sausage filler
4.               Vaccum packer
5.               Pisau
6.               Talenan
7.               Baskom
8.               Timbangan
9.               Mangkok
10.             Kukusan
11.             Kompor
Bahan :
1.  Daging ayam/sapi 
2.  Bawang putih  
3.  Merica                   
4.  Garam                   
5.  STPP                
6.  Ketumbar         
7.  Susu skim/ ISP      
8.  Maizena/tepung aren
9.  Minyak sayur    
10.               Kaldu bubuk      
11.               Gula putih/dekstrosa
12.               Pewarna merah 
: 500 gram
:  15 gram
:  1,5 gram
:    9 gram
:    1 gram
:  1,5 gram
:   10 gram
:   50 gram
: 107 gram
:    5 gram
:    5 gram
: secukupnya

13. Es                            
: 50-75 gram

14.               Selonsong/                  : secukupnya
15.               Bahan curing   : (sendawa 0,9 gram, garam 2,4 gram, gula 0,3 gram)


LANGKAH KERJA
1. Daging disiapkan sesuai dengan kriteria yang dikehendaki.
2. Timbang semua bahan sesuai keperluan. Potong-potong daging menjadi kecil selanjutnya lakukan proses curing dengan mencampur bahan curing sampai rata, kemudian ditaburkan pada daging dan diaduk rata. Simpan selama kurang lebih 24 jam.
3. Potongan daging selanjutnya digiling dengan chopper/meat grinder.
4. Selanjutnya masukkan ke dalam silent cutter untuk dilakukan pelembutan dan pengadukan
5. Tambahkan garam, es batu, bumbu-bumbu, susu skim/ISP dan bahan pendukung lain dan terakhir tepung tapioca, giling hingga halus dan tercampur rata.
6. Adonan yang telah halus/lembut dimasukkan ke dalam sausage filler yamg telah dilengkapi selongsong sosis.
7. Isi selongsong dengan adonan sampai padat dan tidak ada gelembung/rongga udara, kemudian diikat.
8. Masak dengan cara dikukus atau direbus pada suhu 85C sampai matang.
9. Dinginkan dengan cara digantung atau diangin-angin.
10.               Kemas dengan menggunakan vaccum packer, dan berikan label sesuai persyaratan.
11.               Bersihkan tempat kerja serta peralatan yang digunakan dan kembalikan ke tempat semula.
12.               Hitung rendemennya dan amati hasilnya terhadap tekstur, kenampakan, warna, aroma, dan rasa
           
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
            Ketua kelas memimpin doa pada saat pembelajaran akan dimulai
            Fasilitaror  menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta diklat baik berbentuk kemampuan proses maupun kemampuan produk serta manfaat penguasan kompetensi bagi karir peserta didik (Motivasi)
            Fasilitator menjelaskan strategi pembelajaran yang digunakan.
            Peserta diklat diingatkan pada materi sebelumnya tentang yang berkaitan dengan berbagai jenis teks 
            Melakukan test kompetensi awal
10 menit



Kegiatan Inti
ORIENTASI MASALAH (Mengamati)
            Peserta Diklat memperhatikan permasalahan yang diberikan fasilitator tentang Teknologi Pengolahan  Produk Daging.
            Peserta Diklat berdiskusi kelompok tentang teknik produksi, analisis sarana produksit, teknik pengendalian mutu dan produk daging.
 
PENGUMPULAN DATA DAN VERIFIKASI (Menanya dan Mengumpulkan Informasi)
            Fasilitator menugaskan peserta Diklat mencari dan membaca informasi teknik produksi, analisis sarana produksit, teknik pengendalian mutu dan produk daging. Peserta Diklat mencari informasi tanda-tanda dan penyebab kerusakan daging dari buku peserta Diklat dan sumber lain
            Fasilitator memverifikasi data yang diperoleh peserta
Diklat

PENGUMPULAN       DATA       DARI       EKSPERIMEN
(Mengidentifikasi dan Mengumpulkan Informasi)
            Peserta Diklat dibagi menjadi kelompok-kelompok
            Peserta Diklat mengamati, mencatat alat dan bahan serta teknik pengolahan produk daging.
            Peserta Diklat membuat identifikasi masalah.
            Peserta Diklat melakukan praktik pengolahan produk daging dengan variasi perlakuan pada setiap kelompok
            Peserta Diklat mencatat hasil pengolahan produk daging
MENGORGANISASI DAN EKSPLANASI (Menalar)
            Peserta Diklat menganalisis hasil pengolahan produk
15menit





30menit






90 menit







30 menit

daging
Fasilitator     menugaskan   peserta            Diklat   untuk mendiskusikan dalam kelompok



LINK SOAL

SUSULAN PAS GANJIL 2020/2021 KELAS X SELASA 15 DESEMBER 2020

  KERJAKAN SOAL SUSULAN PAS SESUAI DENGAN MATA PELAJARAN BELUM KALIAN IKUTI, JANGAN MEMAKAI UCBROWSER JIKA MENGERJAKAN PAS, KARENA NILAI TID...