Minggu, 05 April 2020

PPHN KELAS XI ( MELAKSANAKAN PRODUKSI OLAHAN UMBI- UMBIAN, ENDANG JUMIYANTI, S.TP )


MELAKSANAKAN PRODUKSI OLAHAN UMBI- UMBIAN
A.  Deskripsi

Pengolahan umbi-umbian merupakan kegiatan produksi dengan bahan dasar umbi-umbian yang dapat menghasilkan berbagai jenis produk olahan setengah jadi maupun produk jadi seperti pasta ubi, tape singkong, keripik umbi-umbian (keripik kentang, kerpik ubi jalar, keripik talas), dan lain-lain. Pengolahan ini dimulai dari kriteria bahan yang digunakan, proses pengolahan, pengemasan dengan pelabelannya, perencanaan biaya, dan pemasaran. Dengan demikian, produk yang dihasilkan oleh peserta didik harus dapat dijual.

1.      Uraian Materi


Umbi-umbian adalah berbagain jenis umbi (bangsa keladi dan sebagainya), dapat menjadi pengganti nasi di musim paceklik (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Berbagai jenis umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia seperti kentang, ubi kayu/singkong, ubi jalar/ubi, talas, kimpul, garut, gembili, dan suweg. Umbi-umbian ini banyak mengandung karbohidrat, sehingga dapat digunakan makanan pengganti nasi dengan indeks glikemik acid yang biasanya lebih rendah dari pada beras/nasi. Selain dimakan dengan cara dikukus atau direbus, umbi-umbian juga dapat dibuat berbagai olahan yang akan meningkatkan nilai ekonomis bahan tersebut. Kegiatan produksi melalui beberapa tahapan, di antaranya proses pengolahan, pengemasan, perencanaan usaha, dan pemasaran. Keempat tahapan ini akan dipelajari dalam buku ini.
Umbi-umbian merupakan bahan hasil pertanian yang mudah rusak. Masa simpan umbi-umbian seperti ketela pohon hanya berkisar antara 4-5 hari. Umbi ketela yang disimpan yang melebihi masa simpannya akan menjadi hitam atau biru. Sedangkan untuk ubi jalar,masa simpannya apabila dalam kondisi yang baik berkisar antara 4-6 bulan. Selain dari masa simpannya, umbi-umbian biasanya nilai ekonominya tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan sehingga masa simpan dan nilai ekonomisnya akan meningkat.

a.                  Jenis Olahan Umbi-Umbian
1.      Pembuatan Aneka Keripik

Indonesia sangat terkenal dengan makanan tradisional. Berbagai jenis makanan tradisional telah diproduksi dengan teknik yang sangat sederhana dan dalam skala rumah tangga atau diproduksi untuk kebutuhan tingkat keluarga. Salah satu produk makanan tradisional yang sangat populer dan banyak digemari, di antaranya adalah keripik.
Kata keripik memberikan image bahwa makanan tersebut merupakan makanan kering yang memiliki tekstur renyah. Jenis dan kenampakan keripik bermacam-macam, masing-masing memiliki cita rasa yang spesifik, tergantung dari jenis bahan dasar/bahan baku yang digunakan. Pemberian nama keripik biasanya melekat dengan nama bahan dasar yang digunakan, sebagai contoh : keripik pisang, keripik singkong dan keripik ubi. Pada awal mulanya, keripik hanya dikonsumsi untuk kalangan tertentu, diolah secara konvensional dan bahan dasar yang digunakanpun terbatas jenisnya. Lain halnya dengan saat ini, keripik telah diangkat menjadi produk makanan yang diolah secara “fabrikasi” dan pemasarannya hingga ke manca negara. Telah ditemukan pula teknik- teknik pembuatan keripik yang praktis dengan kualitas hasil yang tidak mengecewakan. Selain itu, bahan dasar yang digunakan juga lebih beraneka ragam. Walaupun teknologi terus berkembang, pada dasarnya untuk mendapatkan keripik yangmemiliki kandungan pati tinggi. Sedangkan rasa gurih, manis atau yang lain dapat dimunculkan dengan menambahkan bumbu-bumbu ke dalamnya.







                        Karakteristik Bahan

Bahan baku/bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan keripik sangat menentukan ke-khas-an dari keripik yang dihasilkan. Berdasarkan sifat khas keripik, dikenal ada dua jenis keripik. Jenis pertama, adalah jenis keripik yang menghendaki adanya pengembangan/pembengkakan pada produk yang dihasilkan. Sedang jenis kedua, cenderung untuk tidak terjadi pengembangan. Contoh keripik yang tergolong jenis pertama adalah keripik kentang, yang tergolong jenis kedua adalah keripik talas, keripik singkong dan keripik pisang. Pada dasarnya kedua jenis keripik tersebut dibuat dari bahan- bahan yang memiliki kandungan pati tinggi. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan a glikosidik. Jenis dan sifat pati sangat dipengaruhi oleh panjangnya rantai C dan bentuk rantainya, yaitu lurusatau bercabang. Pati memiliki dua fraksi, yaitu fraksi amilosa yang larut dan fraksi amilopektin yang tidak larut. Sifat pati, apabila ditambah air dan dipanaskan pada suhu 55-65°C akan mengalami pembengkakan/pengembangan.          Proses pengembangan/pembengkakan granula pati dapat terus terjadi hingga granula pati pecah. Pada kondisi ini, granula pati mengembang secara maksimal. Akibatnya, granula pati mengalami perubahan sifat, yaitu tidak dapat kembali lagi pada kondisi semula. Perubahan pada pati ini disebut gelatinisasi.
Berkaitan dengan teknik pembuatan keripik, prinsip gelatinisasi digunakan sebagai prinsip dasar pada pembuatan keripik kentang. Karena itu, kesempurnaan proses gelatinisasi sangat mempengaruhi kualitas keripik kentang yang dihasilkan. Seperti telah dijelaskan, bahawa keripik dibuat dari bahan yang memiliki kandungan pati tinggi. Karena itu, kelompok umbi-umbian dari suatu hasil pertanian ternyata masih dominan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan keripik. Jenis umbi-umbian tersebut dapat berupa umbi dari akar sejati, seperti ubi kayu/ketela pohon/singkong atau umbi yang merupakan perubahan dari batang, seperti kentang, ubi jalar dan talas. Setelah umbi-umbian, berikutnya adalah kelompok buah-buahan. Jenis buah-buahan tertentu mulai dikembangkan untuk diolah menjadi keripik. Buah-buahan tersebut di antaranya adalah pisang, nangka dan nenas.
Untuk mendapatkan kandungan pati yang optimal pada masing-masing bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan keripik, perlu dipilih bahan dasar yang dipanen pada kondisi tua optimal. Hal ini mengacu pada proses pertumbuhan yang terjadi pada tanaman bahwa, bahan hasil pertanian yang dipanen pada kondisi tua biasanya mengandung zat-zat makanan yang optimal. Proses pertumbuhan sel pada bahan tersebut mencapai tahap pembesaran sel yang sempurna dan menuju tahap pematangan (maturation) .
Faktor lain yang perlu diperhatikan pada bahan dasar/bahan baku keripik, yaitu adanya sifat browning dan kandungan getah yang tinggi pada bahan tertentu. Browning” atau proses pencoklatan pada bahan kadang-kadang dikehendaki dan kadang-kadang pula dihindari. Pada pembuatan keripik, “browning” termasuk tidak dikehendaki, karena dapat menimbulkan warna gelap pada keripik yang dihasilkan. “Browning” biasanya terjadi pada bahan, seperti : kentang dan pisang yang terluka jaringnnya akibat dipotong, dikupas atau perlakuan mekanis lainnya.
Bedasarkan faktor penyebabnya, “browning” dikelompokan menjadi 2 (dua), yaitu “browning” enzimatis dan “browning” non enzimatis. “Browning” enzimatis terjadi karena adanya reaksi oksidasi pHenol atau poliphenoldi mana enzim phenolase yang terkandung dalam bahan berfungsi sebagai katalisator. “Browning” enzimatis dapat dicegah dengan cara merendam bahan dalam air atau dengan perlakukan blanching. Sedangkan “browning” non enzimatis, dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : rekasi gula reduksi dengan asam amino, destruksi asam atau karamelisasi gula akibat suhu tinggi.
Getah sering dijumpai pada umbi-umbian tertentu dan buah-buahan mentah yang digunakan dalam pembuatan keripik. Getah dapat menimbulkan warna gelap pada bahan dan kadang-kadang juga menyulitkan dalam proses pengupasan. Karena itu untuk menghindari terjadinya warna gelap, bahan hasil panen (sebelum diolah) perlu dibiarkan beberapa saat.
2.     Bahan Tambahan Makanan (BTM)

Dalam proses pengolahan, untuk mendapatkan kualitas produk yang baik dapat dicapai melalui beberapa cara. Salah satu cara yang telah umum digunakan, yaitu dengan menambahkan bahan tambahan makanan ke dalam produk pada saat proses pengolahan berlangsung.
Bahan tambahan makanan (“Food additive”) yang dimaksud adalah bahan-bahan yang ditambahkan dengan segaja ke dalam makanan dalam jumlah sedikit dengan tujuan untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur atau memperpanjang masa simpan bahan (F.G. Winarno, 1980).
BTM yang diijinkan untuk digunakan harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a.                  Dapat mempertahankan nilai gizi makanan,
b.                  Tidak mengurangi zat-zat essensial dalam makanan,
c.                  Dapat mempertahankan/memperbaiki mutu makanan,
d.                 Bukan merupakan suatu upaya penipuan,
e.                  Tidak membahayakan konsumen, dan
f.                   Menarik konsumen.

Berkaitan dengan pembuatan keripik, untuk memperbaiki warna, cita rasa dan tekstur (kerenyahan) dapat ditambahkan bahan-bahan tambahan makanan sebagai berikut :
Ø    Penambahan zat pewarna

Warna kadang-kadang ditambahkan pada pembuatan keripik dengan tujuan untuk menambah daya tarik konsumen. Untuk keripik-keripik yang bahan dasarnya sudah dapat memberikan warna menarik, penambahan zat pewarna sebenarnya tidak perlu lagi. Namun, untuk keripik-keripik yang bahan dasarnya belum dapat memberikan penambahan zar pewarna.
Ada dua jenis zat pewarna yang digunakan, yaitu zat pewarna alami dan zat pewarna buatan/sintetis. Zat pewarna alami yang sering digunakan, yaitu kunyit (untuk warna kuning), daun suji (untuk warna hijau). Zat pewarna alami umumnya tidak menimbulkan efek negatif terhadap tubuh. Karena itu penggunaan zat pewarna alami lebih dianjurkan. Pewarna buatan banyak disukai , karena mudah dan praktis dalam penggunaannya. Namun demikian, tidak semua zat pewarna makanan saja yang diperbolehkan, itupun jumlahnya tertentu (sesuai aturan).
Pewarna makanan buatan/sintetis yang diperkenankan dipergunakan di Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 11. Zat Pewarna Bagi Makanan dan Minuman yang Diijinkan di Indonesia.






Ø    Penambahan Sulfur dioksida (SO2)
Seperti telah dijelaskan, bahwa bahan dasar tertentu yang digunakan dalam pembuatan keripik ada kemungkinan mengalami perubahan warna menjadi coklat atau gelap sebelum diproses lebih lanjut. Untuk menghindari pencoklatan (“browning”) atau mempertahankan warna asli bahan dasar, maka pada bahan dapat ditambahkan sulfur dioksida (SO2). Hal ini dikarenakan gugus bisulfit dapat berfungsi sebagai inhibitor (penghambat) aktivitas enzim phenolase. Penambahan SO2 yang diijinkan adalah 350 600 ppm.
Ø    Penambahan CaCO3 dan CaCl2
Kalsium (Ca) sering ditambahkan dalam bentuk CaCO3 atau CaCl2. Fungsi penambahan kalsium adalah untuk memperkokoh jaringan bahan agar teksturnya menjadi lebih baik. Selama proses berlangsung, ion Ca akan bereaksi dengan pektin sehingga membentuk Ca-pektat. Dengan terbentuknya Ca-pektat, maka jaringan bahan menjadi lebih keras. Selanjutnya, apabila bahan tersebut digoreng, maka tekstur akan menjadi lebih renyah.
Ø     Penambahan anti oksidan
Keripik merupakan produk kering yang mengandung minyak. Adanya minyak disebabkan karena di dalam proses pembuatan mengalami tahap penggorengan menggunakan minyak. Salah satu sifat yang menonjol pada produk berminyak, yaitu mudah mengalami kerusakan akbiat terjadinya proses ketengikan yang disebabkan adanya reaksi oksidasi asam lemak tidak disebakan adanya reaksi oksioksidasi asam lemak tidak jenuh yang terkandung dalam minyak. Proses oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya, panas, logam berat (Cu,Fe,Co dan Mn) dan enzim lipooksidase. Proses ketengikan umumnya dapat dicegah dengan cara memberi anti oksidan ke dalam bahan. Ada dua jenis anti oksidan, yaitu anti oksidan alami dan anti oksidan buatan/sintetis. Beberapa jenis anti oksidan alami, antara lain : tokoferol dan asam askorbat. Sedangkan anti oksidan sintetis, yaitu : BHA, BHT, PG, dan NDGA. Anti oksidan – anti oksidan tersebut mempunyai banyak ikatan rangkap yang mudah dioksidasi sehingga dapat melindungi produk berminyak dari oksidasi.
Perendaman bahan ke dalam larutan CaCO3 atau CaC2 dikhususkan untuk bahan-bahan yang memiliki struktur jaringan sel yang lemah. Penambahan kalsium harus dilakukan secara hati-hati (sesuai dengan aturan). Penambahan kalsium yang berlebihan dapat menimbulkan rasa pahit pada bahan.
Pada pembuatan keripik kentang, proses gelatinisasi dilakukan dengan cara mencelupkan irisan kentang ke dalam air bersuhu ± 80° C selama 3-5 menit atau apabila penampakan seluruh permukaan bahan menjadi bening. Proses gelatinisasi dapat diamati melalui perubahan warna pati yang putih tiba-tiba menjadi bening atau jernih pada suhu tertentu. Akibat dari gelatinisasi tersebut, air akan masuk ke dalam granula pati sehingga menyebabkan pembengkakan/pengembangan pada pati. Kentang yang mengandung pati yang telah tergelatinisasi tersebut selanjutnya dikeringkan. Proses penbengkakan/pengembangan akan tampak lebih nyata pada saat bahan tersebut digoreng.
3.     Pengorengan

Proses pemasakan pada keripik dilakukan dengan cara penggorengan. Media penghantar panas yang digunakan adalah minyak sayur/goreng. Suhu penggorengan yang digunakan sangat bervariasi, tergantung dari jenis dan sifat pati yang terkandung pada bahan dan kandungan air awal bahan.
Untuk menggoreng keripik ketela pohon dan talas, biasanya dibutuhkan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan keripik kentang dan keripik pisang. Sedangkan pada umumnya suhu penggorengan adalah 177 - 221° C.
4.     Penambahan bumbu (Pembumbuan)

Guna mendapatkan aneka rasa keripik, dapat ditambahkan bumbu- bumbu. Jenis dan bentuk bumbu-bumbu dapat disesuaikan dengan selera. Ada bumbu-bumbu yang cenderung memberikan rasa asin dan ada pula yang manis.
Tahapan penambahan bumbu dapat dilakukan pada saat bahan tersebut sebelum digoreng, selama bahan dalam proses penggorengan atau bahan setelah digoreng. Bumbu yang ditambahkan pada saat sebelum atau selama bahan digoreng, biasanya berbentuk cair. Hal ini dimaksudkan agar bumbu dapat mudah meresap ke dalam bahan. Sedang, apabila bumbu ditambahkan pada saat bahan telah digoreng, maka bumbu tersebut dalam keadaan kering. Penambahan bumbu kering dilakukan dengan menaburkan serbuk/bubuk bumbu ke seluruh permukaan bahan.

SUSULAN PAS GANJIL 2020/2021 KELAS X SELASA 15 DESEMBER 2020

  KERJAKAN SOAL SUSULAN PAS SESUAI DENGAN MATA PELAJARAN BELUM KALIAN IKUTI, JANGAN MEMAKAI UCBROWSER JIKA MENGERJAKAN PAS, KARENA NILAI TID...