KELAS DARING
KELAS
X SEMESTER GENAP 2019 / 2020
SMK
NEGERI 2 BAGOR
NAMA KELAS : X APHP
NAMA GURU : ARI AYUNANI, SPt
JUDUL MATERI : Menumpuk dan Mengangkut Bahan
Hasil Pertanian ( 1 )
MATERI :
Kegiatan menumpuk dan mengangkut bahan hasil pertanian
dan perikanan setelah panen sangat terkaitdengankegiatan transportasi dan
distribusi bahan tersebut. Bila kita berkunjung ke pasar, sering dijumpai
tumpukan bahan hasil pertanian dengan berbagai kemasan. Pada alat tramsportasi
tampak bahwa, bahan hasil pertanian dan perikanan ditumpuk. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan efisiensi transportasi. Bahkan adabeberapa jenis barang
dilakukan penumpukan melebihi batas yang diizinkan untuk ukuran kendaraan
tertentu. Berdasarkan ilustrasi tersebut diatas, upaya penumpukan bahan hasil
pertanian dan perikanan sangat perlu diperhatikan agar upaya efisiensi yang
dilakukan tidak berakibat kerusakan bahan hasil pertanian yang dapat memberikan
dampak merugikan.
Pengangkutan bahan hasil pertanian sudah dilakukan
sejak dulu kala dengan menggunakan alat sederhana dengan tenaga manusia maupun
bantuan binatang/hewan ternak. Peralatan pengangkutan kini telah berkembang
seiring dengan kebutuhan masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhannya, meskipun
peralatan tradisionalpun hingga kini masih digunakan. Pengangkutan barang dalam
jumlah yang relatif banyak harus memperhatikan berbagai hal diantaranya adalah
teknik penumpukan. Penumpukan tanpa memperhatikan kondisi bahan, alat
pengangkutan, dan berbagai faktor lain dapat mengakibatkan kerusakan
bahan.
a. Pengertian dan tujuan menumpuk dan
mengangkut bahan hasil pertanian dan perikanan
1) Pengangkutan
Pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan produk
dari suatu tempat ke tampat lain dengan tetap mempertahankan mutu produk
(Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 44/
Permentan/Ot.140/10/2009 tentang pedoman penanganan pasca panen hasil pertanian
asal tanaman yang baik/good handling practices). Pengangkutan dapat dilakukan
dengan menggunakan alat danatau mesin dengan jenis dan spesifikasi sesuai sifat
dan karakteristik hasil pertanian tanaman.
Karakteristik komoditas dan pengelolaan lingkungan
sangat perlu diperhatikan dalam kegiatan pengangkutan. Pengaturan suhu sangat
penting selama proses dalam pengangkutan, apalagi bila bahan akan diangkut
dengan jarak tempuh yang jauh, Oleh karena itu,bahan yang diangkut harus
disusun sedemikian rupa agar terjadi sirkulasi udara yang baik yang dapat
membawa keluar panas yang dihasilkan oleh produk dan juga akibat udara panas
yang datang dari udara sekitarnya serta panas jalan.
Alat dan sarana pengangkutan harus memiliki
kemampuan untuk mempertahankan mutu komoditas yang diangkut. Sarana angkutan
yang dipakai harus mempunyai insulasi (bahan penahan suhu)yang baik sehingga
suhu muatan yang telah didinginkan terlebih dahuluatau di pre-cool dapat dijaga dan mempunyai ventilasi yang baik sehingga
udara bisa mengalir melalui produk. Selama pengangkutan, produk hasil pertanian
harus disusun sedemikian rupa sehingga kerusakan dapat diminimumkan kemudian
diperkuat dan aman.
Muatan atau produk dalam kendaraan bak terbuka dapat
diatur sedemikian rupa sehingga udara bisa mengalir melalui produk yang dapat
mendinginkan produk itu sendiri selamakendaraan melaju. Perjalanan pada malam
dan pagi hari bisa mengurangi beban panas (heat
load) pada kendaraan yang mengangkut hasil panen. Pengemudi kendaraan
yangterlibat dalam pengantaran produk harus dilatih terlebih dahulu tentang
bagaimana caranyamemuat dan menangani muatan mereka.
Pengangkutan beberapa jenis produkhortikultura baik
Indonesia maupun di beberapa negara lain merupakan hal yang biasa dilakukan,
khususnya untuk pengiriman sayur-sayuran. Muatan dengan berbagai jenis bahan
dapat menjadi masalah yang seriusjika suhu optimal tidak sesuai (contohnya
dalam pengiriman buah yang sensitif terhadap kerusakan suhu dingin bersama-sama
dengan komoditas yang membutuhkan suhu yang sangat rendah) atau ketika
pengiriman campuran antara komoditas yang memproduksi etilendengan komoditas
yang sensitif terhadap etilen. Komoditas pertanian yang memproduksi etilen
tinggi seperti pisang, apel dan melon yang matang) bisa menyebabkan kerusakan
fisik dan atau perubahan warna, rasa dan tekstur yang tidak diinginkan terhadap
komoditas yang sensitif terhadap etilen, seperti selada, mentimun, wortel,
kentang, dan ubi jalar.
Berbagai macam penutup palet bisa digunakan untuk
menutupi produk yang didinginkan selama proses penanganan dan pengangkutan.
Penutup dari bahan polietilen harganya murah dan ringan, serta melindungi palet
dari debu, kelembaban dan mengurangi peningkatan suhu. Penutup berinsulasi
ringan dapat melindungi muatan dari proses peningkatan panas untuk beberapa jam
(misalnya, jika terjadi penundaan proses pemuatan). Penutup berinsulasi tebal
terkadang digunakan untuk melindungi produk-produk tropis darihawa dingin pada
saat pengiriman selama musim dingin. Informasi lebih lanjut bisa didapatkan di
internet (kata kunci: produce pallet covers/palet penutup produk pertanian)atau
katalog dari International Ripening Company (www.QAsupplies.com atau
800-472-7205).
2) Penumpukan
Tumpukan bahan sangat dipengaruhi oleh kondisi bahan
itu sendiri. Bahan yang dikemas perlu penanganan yang berbeda dengan bahan yang
ditumpuk tanpa kemasan. Sebagai contoh pada penanganan bahan yang dikemas dalam
kotak karton yang yang sama, maka dengan menggunakan kotak ukuran standar dapat
memudahkan penanganan selanjutnya. Namun demikian, apabila kotak yang ditangani
tidak seragam, maka tumpukan dapat tidak stabil atau karton yang lebih berat
dapat menghancurkan yang lebih ringan. Tumpukan yang tidak stabil sering
berakibat jatuh/robohnya bahan yang diangkut saat perjalanan maupun selama
penyimpanan.
Menurut Kitinoja (2003), kemasan adalah bagian dari
program MUM (Modularization, Unitization
dan Metrication) USDA. Semua barang dapat di tumpuk dalam pola yang
bervariasi, targantung dari ukurannyaKemasan MUM untuk hasil hortikultura
adalah sebagai berikut.
Bahan dalam kemasan dapat ditumpuk dengan pola
tertentu di atas palet kayu untuk memudahkan pengangkutan dan transportasi
bahan tersebut. Tumpukan bahan di atas palet dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 36. Palet dan Tumpukan Bahan dalam Kemasan di
atas palet
Kemasan MUM paling popular pada palletstandar (1000
x 1200 mm atau 40 x 48 inch) dapat dilihat pada gambar berikut. Penggunaan kemasan MUM dapat menghemat tempat
selama transportasi dan penyimpanan, karena pemanfaatan pallet hampir mencapai
100%.
Pola tumpukan dan efisiensinya
Sumber:
McGregor, B. 1989 dalam Kitinoja (2002)
b. Prinsip penumpukandan pengangkutbahan
hasil pertanian
Banyak pengirim dan penerima lebih memilih untuk
menangani muatan ke dalam unit palet produk dari pada menangani pengiriman
kemasan secara individual. Peralihan keunit muatan telah mengurangi penanganan,
menyebabkan kerusakan lebih sedikitterhadap kemasan dan produk di dalamnya, dan
memungkinkan menaikan/menurunkan muatan lebih cepat ke/dari kendaraan
transportasi.
Jika pengusaha dalam skala kecilhendak memakai unit
muatan untuk mengirim produk, palet kayu atau alas lembaran dapat berguna
sebagai dasar muatan. Menggunakan penopang atau penguat untuk meluruskan
berdirinya tumpukan kotak (seperti menempatkan palet yang akan diberi muatan di
pojok ruangan, atau membuat satu set “papan siku” jika pallet diberi muatandi
luar) akan menstabilkan muatan. Papan
palet harus dibuat segi empat secara sempurna agar muatan di atas palet
sestabil mungkin.
Menggunakan kotak kemasan serat, plastik atau
kemasan kayu dengan penguncian (interlocking)
tegak lurus juga dapat membantu memperbaiki kestabilan muatan. Kemasan harus
memiliki lubang untuk ventilasi yang berhubungan lurus verticaldan/atau
horizontal dengan ventilasi kemasan lainnya jika ditumpuk persegi ke atas. Lem dapat
digunakan antara lapisan tumpukan palet untuk mengurangi licin, dan jaring
plastik atau plastik atau tali pengikat besi sebaiknya ditambahkan untuk
melindungi muatan. Penguat sudut dibuat dari papan serat, plastik atau besi
membantu untuk menyediakan muatan yang stabil. Pengikatan dan papan sudut dalam
muatan:
Prinsip penumpukan dan pengangkutan bahan sangat
dipengaruhi oleh alat untuk menumpuk maupun mengangkut bahan itu sendiri.
Kegiatan penumpukan dan pengangkutan dapat dilakukan dengan berbagai cara namun
harus mampu mempertahankan mutu produk.
1) Pola Tumpukan/Penumpukan Dengan Tangan
Keranjang untuk memuat hasil panen dimasukkan ke dalam truk
berpendingin dengan menggunakan pola barisan susunan yang berbalik sehingga
terdapat banyak ruangan antara untuk sirkulasi udara. (Ashby, B. H. et al. 1987
dalam Kitinoja 2002). Hasil panen yang diangkut menggunakan kotak karton
sebaiknya ditumpuk dan disusun dengan teknik tertentu sehingga bisa memberikan
sirkulasi udara yang cukup bagi keseluruh muatan. Lantai truk, harus diletakkan
palet atau sarana pendukung lainnya untuk menjaga karton agar tidak kontak
langsung dengan lantai.
Pengangkutan buah negara maju biasanya telah
memerhatikan rantai pendingin, sehingga untuk pengiriman antar kota/daerah
ataupun tujuan ekspor umumnya telah menggunakan truk atau trailer berpendingin.
Truk berpendingin memiliki kapasitas angkut yang lebih kecil dari trailer yaitu
berupa boks berinsulasi dan dilengkapi dengan pendingin. Trailer berpendingin
berupa boks berinsulasi memiliki roda di bagian belakang dan digandengkan
dengan kendaraan penggandengnya. Buah yang diangkut dengan truk berpendingin
memiliki daya simpan lebih lama daripada buah dengan pengangkutan tanpa
pendingin (Anonim 2011).
Pengangkutan buah juga dapat dilakukan dengan truk
yang tidak dilengkapi dengan pendingin dengan beberapa persyaratan diantaranya
adalah adanya sirkulasi udara antara
tumpukan peti kemasan. Hal tersebut diperlukan karena selama perjalanan
panjang, dapat terjadi peningkatan suhu di dalam bak yang berasal dari panas
yang dikeluarkan oleh buah ditambah dengan panas dari lingkungan luar (bagian
bawah dan samping kendaraan). Untuk mengurangi peningkatan suhu yang terjadi di
dalam bak truk pengangkut yang ditutup terpal, saat memuat buah dan menutupnya
dengan kain terpal harus dimungkinkan adanya aliran udara dari depan ke
belakang yang berguna untuk membuang panas (Anonim 2011).
Rancangan truk tanpa pendingin yang dilengkapi
dengan ‘penangkap angin’ dan saluran udara yang disusun dari peti-peti kayu
memungkinkan terciptanya aliran udara dari depan ke bagian belakang sehingga
dapat menghindari peningkatan suhu, selanjutnya kemasan buah diatur agar
tercipta aliran udara tersebut.
Gambar
37. Rancangan truk yang diberi ‘penangkap angin’ di bagian depan dan
susunan peti kayu untuk menjadi aliran udara.
Sumber: Anonim (2011)
Kitinoja (2002) mengungkapkan bila muatan dalam
kotak karton dari berbagai ukuran dimuat secara bersamaan, kotak muatan yang
paling besar dan berat harus diletakkan paling bawah. Disamping itu juga harus
diberi lubang saluran pararel antar kotak agar udara bisa beredar melewati
muatan.
Gambar 38. Tumpukan barang dengan berbagai ukuran
Sumber: Nicholas, C.J. (1985) dalam Kitinoja (2002)
Penggunaan boks berukuran besar untuk mengemas
bunga potong harus memperhatikan proses pemuatannya. Proses pemuatan harus
ditumpuk dengan tangan (manual) ke dalam kendaraan pengangkut. Pola pengisian
yang terbaik untuk bunga potong dikenal sebagai ‘pola lubang merpati’, dimana
box ditumpuk satu lapisan tidak diberi jarak, sementara lapisan yang diatasnya
diberi jarak satu sama lain. Pada kedua sisi muatan, dibiarkan terbuka sehingga
udara bisa lewat melalui saluran ini. Pola ini menyediakan saluran untuk sirkulasi
udara menurut panjangnya muatan dan memberikan kesempatan untuk setiap boks
kontak secara langsung dengan udara pendingin.
Sumber: Rij, R et al. 1979. Handling, Precooling and
Temperature Management of Cut Flower Crops for Truck Transportation. USDA
Science and Education Administration, AAT-W-5, UC Leaflet 21058.
2) Pola Penumpukan atau Palet dan Kekuatannya
Pemuatan produk ke dalam kontainer harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga produk tidak bersentuhan langsung dengan dinding dan lantai
kendaraan pengangkut. Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya perpidahan
panas dari lingkungan luar. Penggunaan palet menjaga box karton tidak
bersentuhan langsung dengan lantai, sementara pengaturan muatan dengan
meletakkannya pada bagian tengah, menyisakan isolasi berupa ruang udara antara
muatan dengan dinding luar.
Menurut Prambudi (2013) syarat yang paling penting
dari Karton Box sebagai kemasan adalah daya muat (containability) dan kemampuan
untuk ditumpuk (stacking strength). Cara Penyusunan tumpukan karton box
merupakan faktor penting yang harus dipahami agar mampu mempertahankan bahan
yang dikemas dengan efesiensi penggunaan ruang dan kekuatan kemasan yang
optimal. Pada penyusunan karton box, kemasan paling bawah harus mampu menahan beban
dari berat kotak-kotak yang ada diatasnya. Karton box harusdapat berfungsi sebagai pelindung dan pada saat
ditumpuk tidak boleh penyok atau berubah bentuk. Beberapa karton box yang
disusun lurus dimana dinding karton saling bertemu mempunyai kekuatan yang
paling bagus, sebaliknya jika kita menyusun sembarangan maka kekuatan bisa
berkurang sampai 30%.Hal ini terjadi karena konstruksi sebuah karton box pada
umumnya dibuat dengan arah flute vertikal (berdiri). Pada saat flute berdiri
fungsinya sebagai tiang penyangga atau kolom dalam bangunan sebuah karton. Jika
deretan flute ini saling menumpang pada tiang dibawahnya maka susunan ini akan
mempunyai kekuatan paling maksimal. Sebaliknya jika susunan karton tidak lurus
maka tiang penyangga tidak bertumpu pada kolom dibawahnya.
Sumber: Prambudi (2013)
Gambar 39. Tumpukan tidak lurus
Selain model susunanseperti di atas terdapat juga
model susunan interlock. Model susunan interlock yaitu susunan karton box
saling mengunci dengan harapan agar tumpukan tidak mudah roboh. Tumpukan model
seperti ini dinding karton bagian atas tidak bertumpu pada dinding karton box
dibawahnya. Akibatnya kekuatan tumpukan bisa bekurang hingga 40%.
Sumber:
Prambudi (2013)
Gambar 40. Susunan Model Interlock
Ketika menumpuk kotak, pastikan semua kotak
disejajarkan dengan baik. Jika memungkinkan, tumpuk wadah tersebut sehingga
sudut kotak dan sudut palet bertemu. Palet yang digunakan sebagai landasan
tumpukan barang harus memiliki ukuran yang sesuai. Ukuran yang lebih besar akan
mengurangi efisiensi ruangan. Sementara bila penggunaan palet kayu sebagai
landasan memilikiukuran lebih kecil dibanding besarnya susunan karton box akan
berakibat dinding karton box bagian luar tidak menumpang pada palet dan
menggantung.
Susunan
seperti ini akan mengurangi kekuatan tumpukan hingga 30% .
Gambar
41. Susunan karton box pada landasan palet yang lebih kecil
Sumber
Prambudi (2013)
3) Memperkuat Muatan
Antara tumpukan terakhir dan bagian belakang
kendaraan pengangkut harus diberi ruang kosong. Karena itu, muatan harus
diperkuat/diikat untuk mencegah pergeseran pada bagian belakang kendaraan
selama proses pemindahan. Jika muatan bergeser, hal ini bisa menghalangi
sirkulasi udara dan karton yang berjatuhan bisa berbahaya bagi pekerja yang
membuka pintu di pasar tujuan. Penguat sederhana dari kayu bisa dibuat dan
dipasang untuk mencegah kerusakan selama pengangkutan.
Gambar 42. Penguat muatan
Sumber : Nicholas, C.J.
(1985)dalam Kitinoja (2002)
Penguatan muatan bisa dilakukan dengan menggunakan
penguat dari kayu, bantal udara atau blok styrofoam.
Kuncinya adalah untuk menghentikan pergeseran tumpukan produk untuk mengurangi
kerusakan selama pengangkutan.
Sumber: Thompson, J.F. 2002. Transportation. In. Kader, A.A.
Postharvest Technology of orticultural Crops (3rd Edition). UC Publication
3311. University of California, Division of Agriculture and Natural Resources.
pp.259-269.