Selasa, 21 April 2020

KPPdP KELAS XI ( PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN , ARI AYUNANI, S.Pt )


KELAS DARING

KELAS XI  SEMESTER GENAP 2019 / 2020

SMK NEGERI 2 BAGOR


NAMA KELAS : XI APHP
NAMA GURU : ARI AYUNANI, SPt
JUDUL MATERI : PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN

 

 MATERI :

1.         Arti penting penyimpanan dan penggudangan
Ketiadaan barang pangan dapat terjadi dalam kehidupan kita, hal tersebut terjadi dikarenakan dari dua faktor yakni (1) petani mengalami gagal panen atau panenya sedikit; (2) saat petani panen melimpah penangananya kurang maksimal sehingga terjadi kehilangn dan kerusakan yang relative besar, pola penyimpanan kurang tepat yang mengakibatkan kerusakan sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan pasarr, ditambah lagi petani gagal panen. Peranan penyimpanan makin penting sejalan dengan peradaban manusia. Jangkauan pengembaraan suatu bangsa dan juga mobilitas pasukan dalam suatu peperangan sangat tergantung pada persediaan pangan yang dapat disediakan. Makin besar jumlah orang atau pasukan yang terlibat dalam pengembaraan atau peperangan, makin besar pula persediaan pangan yang harus disediakan. Dalam hal ini peranan penyimpanan makin penting. 
Sistem produksi tepat waktu akan menjadikan operasi pergudangan seperti proses penerimaan barang, pencatatan dan proses pergudangan lainnya dilakukan seefektif dan seakurat mungkin. Empat hal utama dalam pergudangan yang saling terkait dan sangat penting antara lain : 
(1)  Transportasi 
(2)  Produksi 
(3)  Pelayanan pelanggan 
(4)  Biaya logistik 
Tujuan dari adanya tempat penyimpanan dan fungsi dari pergudangan secara umum adalah memaksimalkan pengunaan sumber-sumber yang ada disamping memaksimalkan pelayanan terhadap pelanggan dengan sumber yang terbatas. Sumber daya gudang dan pergudangan adalah ruangan, peralatan dan personil. Pelanggan membutuhkan gudang dan fungsi pergudangan untuk dapat memperoleh barang yang diinginkan secara tepat dan dalam kondisi yang baik. Fungsi Penyimpanan itu sangatlah penting dimana penyimpanan mempunyai peranan yang sangat besar jika tidak terpenuhi maka ketersediaan menjadi terganggu, jadi fungsi penyimpanan dapat sisimpulkan sebagai berikut : 
(1)   Menjamin ketersediaan bahan pangan dalam jumlah yang cukup untuk berbagai tujuan  (konsumsi, perdagangan, bahan baku industri, memerangi kelaparan, dan sebagainya).
(2)   Menjamin tersedianya bahan pangan yang bermutu, aman, dan bergizi.
Penyimpanan adalah tindakan pengamanan barang (dalam hal ini komoditas pertanian) yang karena sesuatu keadaan atau tujuan harus ditahan untuk beberapa waktu sebelum dijual, didistribusikan atau diproses lebih lanjut. Oleh karena penyimpanan selalu terkait dengan faktor waktu maka berbagai kemungkinan terutama perubahan yang tidak dikehendaki dapat terjadi selama waktu berjalan. Untuk komoditas pertanian pengertian statis kurang tepat karena secara umum komoditas pertanian dianggap masih “hidup”. Berbagai komoditas segar, seperti buah-buahan, sayuran, bunga-bungaan dan umbi-umbian masih melakukan kegiatan respirasi selama dalam penyimpanan (dingin). Biji-bijian yang relatif kering pada waktu disimpan juga masih mengadakan respirasi walaupun relatif sangat kecil dibandingkan komoditas hortikultura (buah-buahan, sayuran, dan bunga-bungaan). 
Setiap   bahan   pangan   pertanian   memiliki   sifat   dan   karakteristik   yang berbeda. Ada bahan dan produk tertentu yang harus disimpan di suhu normal, ada pula yang harus disimpan pada suhu rendah, suhu tinggi, dan sebagainya. Untuk itu penyimpanan perlu diperhatikan kondisi penyimpanan yang dibutuhkan oleh hasil pertanian tersebut agar tetap berada dalam kondisi yang baik. Masalah utama penyimpanan tersebut adalah terjadinya penyusutan, yaitu susut kuantitatif dan susut kualitatif.  Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pengendalian pada bahan pangan selama penyimpanan dan penggudangan sehingga tidak menurunkan kualitas bahan.


 Seperti penjelasan sebelumnya bahwa penyimpanan dan penggudangan merupakan aspek yang penting setelah proses  pemanenan. Tujuan dasar dari penyimpanan produk pertanian adalah penyediaan bahan pangan antar musim panen dan penyediaan bibit tanaman untuk musim tanam berikutnya. Tujuan lain dari penyimpanan adalah untuk distribusi dan penyediaan bahan pangan sepanjang tahun, antisipasi penurunan produktivitas dan untuk stabilisasi harga. Dengan melakukan penyimpanan, petani akan dapat meningkatkan keuntungan. Biasanya saat musim panen, harga produk akan turun akibat melimpahnya ketersedian produk sehingga perlu dikendalikan volume produk yang dijual. 
Tujuan dari adanya tempat penyimpanan dan fungsi dari pergudangan secara umum adalah memaksimalkan penggunaan sumber-sumber yang ada disamping memaksimalkan pelayanan terhadap pelanggan dengan sumber yang terbatas. Penyimpanan dapat juga digunakan untuk menjaga kualitas dan kandungan gizi khususnya pada produk biji-bijian. Tipe fasilitas penyimpanan di daerah tropis umumnya hanya untuk penyimpanan jangka pendek. Hal ini disebabkan karena kebanyakan skala produksi oleh petani merupakan skala produksi yang kecil.
Penyimpanan bukan untuk tujuan meningkatkan mutu komoditas yang disimpan. Jika ada suatu komoditas pertanian yang meningkat mutunya karena disimpan maka penyimpanan tersebut lebih bersifat sebagai proses penuaan (aging), misalnya anggur buah dan buah pisang (untuk pemasakan/ripe) makin lama disimpan akan makin meningkat mutu anggur pisang yang dihasilkan. Setelah disimpan beberapa hari barulah pisang tersebut masak dan siap untuk dikonsumsi. Proses penyimpanan tersebut sebenarnya mengarah pada proses penuaan dan proses ini lebih condong sebagai bagian proses pengolahan bukan proses penyimpanan. Sehubungan dengan pengertian tersebut maka lingkup kegiatan penyimpanan mencakup semua perlakuan terhadap komoditas sebelum, selama dan sesudah penyimpanan, serta sistem pengelolaan komoditas, tenaga, fasilitas dan dana yang terkait yang harus dapat dikelola secara efisien. 
2. Kerusakan yang terjadi selama penyimpanan dan penggudangan
Bahan makanan dianggap rusak apabila menunjukkan penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima oleh indera manusia. Selama pasca panen produk akan mengalami kerusakan yang penyebabnya digolongkan menjadi 2 yaitu penyebab primer dan penyebab sekunder. Penyebab primer meliputi kerusakan biologis atau mikrobiologis, kerusakan kimia atau biokimia, dan kerusakan fisik atau mekanis, dan kerusakan fisiologis. Kerusakan biologis atau mikrobiologis diantaranya adalah kerusakan yang diakibatkan oleh serangga, tungau, hewan pengerat, burung dan binatang besar, jamur, dan bakteri. Kerusakan kimia atau biokimia akibat adanya reaksi kimia yang terkandung pada produk. Kerusakan fisik atau mekanis akibat penanganan pasca panen yang tidak tepat. Kerusakan fisiologis diakibatkan oleh tumbuhnya tunas pada biji, perubahan kadar air yang terlalu cepat.
Kerusakan dapat ditandai oleh adanya perubahan dalam kenampakan, misalnya, bentuk atau warna, bau, rasa, tekstur, atau tanda-tanda penyimpangan lainnya. Kerusakan bahan pangan, tergantung dari jenis bahan pangan, dapat berlangsung secara lambat misalnya pada biji-bijian atau kacang-kacangan atau dapat berlangsung secara sangat cepat misalnya pada susu dan hati.
Tipe kerusakan selama penyimpanan antara lain akibat berkurangnya berat atau kerusakan langsung, berkurangnya kandungan gizi produk, maupun berkurangnya kemampuan tumbuh pada bahan biji-bijian.  a. Berkurangnya berat atau kerusakan langsung
Produk kehilangan berat selama penyimpanan sering terjadi selama penyimpanan akibat dari : 
1)            Berkurangnya kadar air melalui penguapan
2)            Sejumlah produk dimakan oleh serangga, hewan pengerat atau burung
3)            Serangan mikroorganisme 
4)            Kerusakan mekanis dan pelaksanaan proses yang tidak tepat
b.             Berkurangnya kandungan gizi 
Berkurangnya kandungan gizi produk dapat diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya :
1)            Paparan suhu dan kelembaban yang ekstrem selama pengeringan, prosesing dan penyimpanan 
2)            Adanya pertumbuhan jamur 
3)            Serangan serangga, hewan pengerat, dan burung 
4)            Kerusakan kandungan vitamin akibat paparan cahaya matahari dan akibat dari oksidasi karoten 
c.             Berkurangnya kemampuan tumbuh 
Beberapa produk pertanian dilakukan penyimpanan diantaranya bertujuan sebagai penyediaan bibit untuk musim tanam berikutnya. Sehingga diharapkan bahan yang akan digunakan sebagai bibit memiliki kemampuan tumbuh yang baik. Seiring dengan dilakukannya penyimpanan, bahan kadang-kadang akan berkurang kemampuan tumbuhnya. Beberapa hal yang menyebabkan berkurangnya kemampuan tumbuh adalah akibat terjadinya respirasi yang berlebih, adanya pertumbuhan mikroorganisme di dalam bahan.
Kerusakan yang terjadi baik langsung maupun tidak langsung dari kondisi lingkungan penyimpanan : 1. Perubahan bentuk dan konsistensi
Perubahan bentuk dan konsistensi terjadi karena proses mekanis akibat perubahan kondisi lingkungan fisis. Hal ini terjadi jika suatu komoditas segar berada dalam suatu lingkungan yang kering atau tekanan uapnya rendah sehingga banyak air yang akan keluar dari komoditas yang akan disimpan. Oleh karena kehilangan air maka komoditas akan layu, keriput atau mengalami perubahan bentuk lainnya


2. Perubahan warna
Perubahan warna seperti memucat menguning atau perubahan warna lainnya dapat terjadi akibat kondisi udara sekeliling. Proses perubahan warna akan makin dipacu dengan makin tinggi suhu komoditas. Suhu komoditas akan tinggi jika suhu lingkungannya juga tinggi.   3. Perubahan komposisi kimiawi komoditas
Perubahan cita rasa (flavour) pada beberapa komoditas pangan segar (terutama buah-buahan) sangat penting diperhatikan. Karena proses ini banyak dipengaruhi oleh factor suhu maka pengaturan suhu sangat berperan pada penyimpanan tersebut.
4. Perkembangbiakan organism perusak
Suhu,  kelembapan  dan susunan gas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme yang terkait penyimpanan. Sehingga pemahaman kondisi lingkungan fisis dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme dapat diketahui  dan menduga kemungkinan yang akan terjadi.
Menurut Winarno dan Jenie (1982) membedakan kerusakan bahan menurut penyebabnya, menjadi lima, yaitu:
1.       Kerusakan Mekanis
Kerusakan mekanis adalah kerusakan yang disebabkan karena bahan mengalami benturan-benturan mekanis yang terjadi selama pemanenan, sampai dengan penyimpanan. Penyimpanan yang tidak memadai akan merusak bahan yang diletakkan pada bagian bawah. Penanganan bahan pangan khususnya buah-buahan dan sayuran akan banyak menghasilkan kerusakan mekanis. Kerusakan mekanis tersebut dapat terjadi pada waktu buah dipanen dengan alat. Misalnya mangga, durian yang dipanen dengan galah bambu dapat rusak oleh galah tersebut atau memar karena jatuh terbentur batu atau tanah keras.
2.       Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik adalah kerusakan bahan karena perlakuan-perlakuan fisik yang tidak tepat. Contohnya: tepung mengeras atau membatu karena penyimpanan pada tempat yang lembab. Dalam pendinginan terjadi chilling injuries atau freezing injuries dan freezer burn pada bahan yang dibekukan. Pada penggorengan atau pembakaran yang terlalu lama sehingga kegosongan, juga merupakan keruskan fisik.Kerusakan dingin (chilling injuries) ini mungkin disebabkan oleh suatu toksin

yang terdapat dalam jaringan hidup. Dalam keadaan netral, toksin ini dapat dinetralkan (detoksifikasi) oleh senyawa lain. Di dalam tanaman diduga toksin yang dikeluarkan adalah asam chlorogenat yang dapat dinetralkan oleh asam askorbat. Sedangkan detoksifikasi menurun, sehingga sel-sel akan keracunan, mati, dan kemudian membusuk. 
3.       Kerusakan Fisiologis dan Biologis
Kerusakan fisiologis terjadi karena reaksi peruraian selama proses metabolisme yang terjadi secara alamiah dalam bahan. Kerusakan fisiologis meliputi kerusakan yang disebabkan oleh reaksi-reaksi metabolisme dalam bahan baku atau olehenzim-enzim yang terdapat didalamnya secara alami sehingga terjadi proses autolisis yang terakhir dengan kerusakan dan pembusukan. Contohnya: pematangan buah selama penyimpanan yang dilanjutkan dengan kerusakan alamiah. Contoh lain yaitu daging akan membusuk oleh proses autolisis, karena itu daging mudah rusak atau membusuk bila disimpan pada suhu kamar. Keadaan yang serupa juga dialami oleh beberapa buah-buahan. Kerusakan biologis biasanya disebabkan oleh aktivitas dari hewan, seperti ulat yang merusak buah atau sayur, tikus dan serangga yang merusak bahan-bahan makanan selama penyimpanan, dan sebagainya.
4.       Kerusakan Kimiawi
Kerusakan kimiawi adalah kerusakan yang terjadi karena reaksi kimia yang berlangsung di dalam bahan makanan. Kerusakan kimia dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya: “coating” atau enamel, yaitu terjadinya noda hitam FeS pada makanan kaleng karena terjadinya reaksi lapisan dalam kaleng dengan H–S– yang diproduksi oleh makanan tersebut. Adanya perubahan pH menyebabkan suatu jenis pigmen mengalami perubahan warna, demikian pula protein akan mengalami denaturasi dan penggumpalan. Reaksi browning dapat terjadi secara enzimatis maupun non-enzimatis. Misalnya: Reaksi pencokelatan pada beberapa jenis buah dan sayur, seperti pisang, kentang, terong, dan apel, reaksi ketengikan minyak, dan sebagainya.
5.       Kerusakan Mikrobiologis
Kerusakan mokrobiologis adalah kerusakan makanan karena adanya aktivitas mikroorganisme, seperti bakteri, yeast, dan jamur yang mengkontaminasi makanan. Kerusakan jenis ini  paling banyak ditemukan pada bahan makanan. Kerusakan jenis ini juga harus diwaspadai, karena ada kemungkinan bersama-sama dengan mikroorganisme perusak terdapat pula mikroorganisme penyebab penyakit dan peracunan. Pada umumnya kerusakan mikrobiologis tidak hanya terjadi pada bahan mentah, tetapi juga pada bahan setengah jadi maupun pada bahan hasil olahan. Kerusakan ini sangat merugikan dan kadang-kadang berbahaya bagi kesehatan karena racun yang diproduksi, penularan serta penjalaran kerusakan yang cepat. Bahan yang telah rusak oleh mikroba juga dapat menjadi sumber kontaminasi yang berbahaya bagi bahan lain yang masih sehat atau segar.
Bahan-bahan yang telah rusak oleh mikroba dapat menjadi sumber kontaminasi yang berbahaya bagi bahan-bahan lain yang masih sehat atau segar. Karena bahan yang sedang membusuk mengandung mikroba-mikroba yang masih muda dan dalam pertumbuhan ganas (log phase), sehingga dapat menular dengan cepat ke bahan-bahan lain yang ada didekatnya. Makanandalam kaleng atau dalam botol dapat rusak dan kadang-kadang berbahaya karena dapat memproduksi racun. 
LINK SOAL

SUSULAN PAS GANJIL 2020/2021 KELAS X SELASA 15 DESEMBER 2020

  KERJAKAN SOAL SUSULAN PAS SESUAI DENGAN MATA PELAJARAN BELUM KALIAN IKUTI, JANGAN MEMAKAI UCBROWSER JIKA MENGERJAKAN PAS, KARENA NILAI TID...