Rabu, 25 Maret 2020

ATB KELAS XI (MELAKSANAKAN PENGAIRAN TANAMAN BUAH SEMUSIM, ANA KUSMA SANTI, SE)


KELAS DARING
KELAS XI SEMESTER GENAP 2019/2020
SMK NEGERI 2 BAGOR

NAMA KELAS         :    XI ATPH - 1
NAMA GURU          :    ANA KUSMA SANTI
JUDUL MATERI      :    KEGIATAN PEMBELAJARAN 6. MELAKSANAKAN PENGAIRAN TANAMAN BUAH SEMUSIM

MATERI                   :
1.    KETERSEDIAAN AIR TANAH
Ketersediaan air akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman serta mempengaruhi hidup jasad renik dalam tanah. Struktur, porositas, kandungan bahan organik akan menentukan jumlah air di dalam tanah. Menurut Hansen et al. (1979) dalam usaha pemberian air irigasi perlu diperhatikan kemampuan tanah dalam menyerap air. Air tersedia bagi tanaman merupakan air yang terdapat diantara kapasitas lapang dan titik layu permanen. Kramer 1979 (dalam Rahadi Bambang dkk, 1999) berpendapat bahwa tingkat kelembababan tanah berpengaruh pada ketersediaan air. Air yang tersedia bagi tanaman antara 15-20 atmosfer, yaitu antara kapasitas lapang dan titik layu permanen.
2.    KEBUTUHAN AIR BAGI TANAMAN (KAT)
Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah (kedalaman) air yang diperlukan untuk menggantikan air yang hilang melalui evapotranspirasi (ET).
Jadi :
Kebutuhan air = ET tanaman
a.    Kebutuhan air tanaman selalu merujuk pada satu tanaman yang tumbuh pada kondisi optimal,  yaitu;
1)    Tanaman yang seragam
2)    Sedang aktif tumbuh,
3)    Tajuknya menutupi tanah,
4)    Bebas hama penyakit, dan pada kondisi tanah yang baik (termasuk hara dan air). tanaman tersebut akan mampu mencapai potensi produksinya.
b.    Faktor yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman (KAT)
1)    Iklim : pada iklim kering dan panas tanaman akan memerlukan air harian lebih banyak dibandingkan pada iklim sejuk dan berawan.
2)    Jenis tanaman: tanaman jagung atau tebu akan memerlukan air yang lebih banyak dibandingkan sorgum dan kedele.
3)    Fase pertumbuhan tanaman: tanaman yang tumbuh penuh akan memerlukan air yang lebih banyak dibandingkan yang baru ditanam.
3.    FUNGSI AIR BAGI TANAMAN
Air memiliki fungsi sebagai berikut:
a.    Daya pelarut unsur-unsur yang diambil oleh tanaman.
b.    Mempertinggi reaktivitas persenyawaan yang sederhana/kompleks.
c.     Berperan dalam proses fotosintesis.
d.    Penyangga tekanan di dalam sel yang penting dalam aktivitas sel tersebut.
e.    Mengabsorbsi temperatur dengan baik/mengatur temperatur di dalam tanaman.
f.      Menciptakan situasi temperatur yang konstan.
Air di dalam tanah dalam keadaan seimbang dengan di dalam tanaman. Masuk dan keluarnya air dari dalam tubuh tanaman ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologis.
4.    TANDA-TANDA KEKURANGAN AIR PADA TANAH DAN TANAMAN
Kandungan air dalam tanah sangat berpengaruh pada konsistensi tanah, dan kesesuaian tanah untuk diolah. Begitu pula variasi kandungan air mempengaruhi daya dukung tanah (Pairunan et al, 1985).  Sistem yang menggambarkan tingkah laku air dan pergerakan air dalam tanah dan tubuh tanaman didasarkan atas suatu hubungan energi potensial. Air mempunyai kapasitas untuk melakukan kerja, yaitu akan bergerak dari daerah dengan energi potensial tinggi ke daerah dengan energi potensial rendah (Gardner et al, 1991).
Dalam fisiologi tanaman, adalah hal biasa untuk menunjukkan energi bebas yang dikandung air dalam bentuk potensial air (ψ) yang didefinisikan sebagai energi bebas per unit volume air. Dengan menganggap bahwa potensial air murni adalah nol pada kondisi standar. Potensial air tanah dan tanaman dinyatakan dalam unit tekanan, baik dalam bar atau Pascal (Pa), dimana 1 bar = 105 Pa (Fitter dan Hay, 1994).  Perakaran tanaman tumbuh ke arah yang lembap dan menarik air sampai tercapai potensial air kritis dalam tanah. Air yang diserap dari tanah oleh akar tanaman disebut air yang tersedia. Air tersedia merupakan perbedaan antara jumlah air dalam tanah pada kapasitas lapang (air yang tetap tersimpan dalam tanah  yang  tidak  mengalir ke bawah karena gaya gravitasi) dan jumlah air dalam tanah pada persentase perlayuan permanen (pada persentase kelembapan tanah ini tanaman akan layu dan tidak segar kembali dalam atmosfer dengan kelembapan relatif 100%) (Gardner et al, 1991).  Air tersedia berbentuk larutan, yang mengandung berbagai unsur hara yang diperlukan oleh tanaman misalnya N, K, Ca, Mg, dan S (Najiyati dan Danarti, 1996). Jansen et al, (1990) dalam Anonim (1996) menyatakan bahwa secara umum kapasitas lapang terjadi pada tekanan potensial tanah berkisar -10 KPa atau -0,1 bar (tekstur tanah kasar) dan -20 KPa atau -0,2 bar untuk tekstur tanah sedang dan halus. Makin tinggi kandungan liat makin tinggi pula kandungan air tanah pada kapasitas lapang.
Keberadaan air dalam tanah tergantung pada iklim yang ditekankan pada curah hujan. Kebutuhan air dapat dipenuhi oleh air hujan alami atau hujan buatan maupun air pengairan. Kebutuhan air total bagi pertumbuhan tanaman secara umum berkisar dari 500–700 mm selama satu musim. Pertumbuhan vegetatif dan reproduktif menunjukkan tanggap yang jelas akan air. Namun, air yang banyak dalam tanah akan mengurangi kadar oksigen dalam tanah apabila seluruh pipa kapiler tanah terpenuhi oleh air (Moenandir, 2004). Oleh sebab itu, adanya air dalam tanah belum tentu menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, sebab bila air berlebihan, tanah tidak mengandung udara lagi. Padahal udara dalam tanah juga sangat diperlukan oleh tanaman. Akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terganggu (Najiyati dan Danarti, 1996). Air yang ada di dalam tanah dapat berkurang karena adanya penguapan, perkolasi, atau diserap oleh tanaman. Apabila dalam jangka waktu tertentu tidak ada penambahan air oleh hujan atau oleh irigasi maka tanah akan mengering dan tanaman akan segera memperlihatkan pengaruhnya terhadap kekeringan tersebut. Mula-mula tanaman akan layu pada siang hari dan segar kembali pada malam hari. Tetapi lama kelamaan tanaman akan tetap layu baik siang maupun malam hari, bila tidak segera disiram  (Najiyati dan Danarti, 1996). Air dalam tanaman berada dalam suatu keadaan aliran sinambung (kontinyu). Kehilangan air mengakibatkan terhentinya pertambahan berat kering tanaman dan kekurangan air yang terus menerus menyebabkan perubahan-perubahan dalam tanaman yang tidak dapat balik dan mengakibatkan kematian. Hal ini terjadi sangat cepat dalam keadaan panas dan kering untuk tanaman-tanaman yang strukturnya tidak sesuai untuk mencegah kehilangan air (Hardjadi, 1993). Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pengairan yaitu pemberian air secara sengaja dan teratur pada sebidang lahan tanaman (Moenandir, 2004). Tujuan pengairan ialah menyediakan air untuk pertumbuhan tanaman. Umumnya pemberian air disesuaikan dengan periode kritis tanaman. Kebutuhan air bagi pengairan dapat ditentukan oleh adanya penghitungan kelembaban air tanah dan air yang tersedia, serta penghitungan tingkat ketersediaan air (oleh data meteorologi). Dengan kata lain, pengairan akan efektif apabila diberikan sebelum kelembaban tanah dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Jelasnya air diberikan pada 60% dari air yang tersedia artinya 60% kadar air diantara kapasitas lapang dan titik layu permanen (Moenandir, 2004).
Pengurangan hasil akibat kekurangan air telah lama diteliti oleh para peneliti di bidang agronomi. Ketepatan waktu kekurangan air itu sama pentingnya dengan tingkat kekurangan tersebut. Dimana spesies tertentu seperti hasil panen, apabila mengalami kekurangan air yang hebat selama 4 hari pada tingkatan tertentu dari daur reproduktif dan dua minggu berikutnya merupakan periode paling peka terhadap kekurangan air. Ketersediaan air dalam tanah akan mempengaruhi besarnya potensial air dalam daun. Berkurangnya potensial air dalam daun menurunkan laju fotosintesis. Hal ini berhubungan dengan kombinasi beberapa proses seperti : (1) penutupan stomata secara hidroaktif akan mengurangi suplai CO2, (2) dehidrasi kutikula, dinding epidermis, dan membran sel, sehingga mengurangi aviditas dan permeabilitasnya terhadap CO2, (3) bertambahnya tahanan sel mesofil daun terhadap pertukaran gas, dan (4) menurunnya efisiensi fotosintesis. Hal ini berhubungan dengan proses biokimia, aktivitas enzim dalam sitoplasma, dimana fotosintesis merupakan proses hidrolisis yang memerlukan air (Hardjadi dan Yahya, 1987).  
5.    PENGUKURAN KELEMBABAN TANAH DENGAN TENSIOMETER
Cara menggunakan alat tensiometer (gambar 6.1.) sebagai berikut:
a.    Lubangi tanah dengan bor tanah lebar sesuaikan dengan lebar alat tensiometer.
b.    memasukan ujung keramik tensiometer kedalam tanah yang akar diukur kelembabannya. Pada tanah yang kering air didalam tabung akan turun yang menyebabkan tegangan yang dapat terukur/terbaca pada  pengukur tegangan/tekanan.
c.     Dengan terbacanya ukuran tegangan pada tensiometer maka bermanfaat untuk menentukan langkah selanjutnya tindakan apa yang perlu dilakukan setelah mengetahui gambaran kelembaban tanah/kandungan air tanah (Baca buku petunjuk pengoperasian alat tensiometer tanah)
d.    Skala Pembacaan secara umum menunjukan gambaran sbb :
1)    (0-10)   Centibar  : Tanah jenuh air dan tidak cukup udara
2)    (10-25) Centibar  : Kondisi ideal untuk  tanaman
3)    3. (25-35) Centibar  : Perlu perhatian ,pada tanah pasir mulai diairi
4)    4. (35-40) Centibar  : Harus diperhatikan untuk  mengairi (Pada tanah berat)
5)    5. > 40 Centibar   : Tanaman akan Layu .
6.    PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR UNTUK TANAMAN
a.    Penentuan kebutuhan air dengan pertimbangan evaporasi dan transpirasi.
Dalam pertumbuhannya tanaman dipengaruhi oleh evaporasi dan evapotranspirasi yang berada di sekeliling tanaman sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksinya. Yang dimaksud dengan evaporasi adalah proses keluarnya/menguapnya uap air yang ada di dalam tanah ke udara bebas dan transpirasi adalah proses hilangnya uap air dari dalam tanaman ke udara bebas, sedangkan evapotranspirasi adalah proses hilangnya uap air baik dari dalam tanah maupun dari tanaman ke udara bebas. Kedua proses tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca yang ada di udara bebas. Faktor-faktor cuaca yang mempengaruhinya adalah radiasi matahari, suhu, kelembaban dan faktor angin. Dengan meningkatnya faktor radiasi matahari maka makin meningkat pula evaporasi dan evapotranspirasi, sehingga tanaman akan banyak kehilangan air dari dalam tubuhnya. Suhu yang tinggi akan meningkatkan evaporasi dan evapotranspirasi. Demikian juga dengan pengaruh kelembaban udara, semakin kering udara di sekitar tanaman maka evapotranspirasi akan semakin meningkat. Pengaruh angin berperan jika angin yang bergerak akan membawa uap air di sekitar tanaman sehingga udara di sekitar tanaman menjadi kering dan evapotranspirasi menjadi tinggi.
Oleh karena itu dalam menghitung kebutuhan air bagi tanaman disamping mempertimbangkan berapa jumlah air yang diperlukan tanaman juga mempertimbangkan pengaruh evaporasi dan evapotranspirasi yang terjadi di areal pertanaman sehingga pemberian air dapat optimal yang diberikan pada tanaman.
b.    Frekuensi pengairan dianalisis berdasarkan kebutuhan dan evapotranspirasi.
Frekuensi pengairan harus mempertimbangkan evapotranspirasi yang terjadi di sekitar areal pertanaman sehingga pemberian air bagi tanaman akan mencapai optimal. Oleh karena evapotranspirasi dipengaruhi radiasi matahari, suhu, kelembaban dan angin, maka faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam bentuk cuaca harian di sekitar pertanaman sehingga dikenal radiasi matahari harian, suhu harian dan keadaan angin harian dan pengaruhnya terhadap evapotranspirasi sehingga dapat dihitung besarnya evapotranspirasi yang terjadi, dengan demikian dapat ditambahkan dengan besarnya kebutuhan air yang harus diberikan pada tanaman
7.    PENGAIRAN TANAMAN SEMANGKA
Air merupakan faktor penting bagi tanaman semangka yang buahnya mengandung > 90% air. Tanaman semangka memerlukan air yang banyak untuk pertumbuhan dan produksinya, tetapi tidak menyukai air yang tergenang.
Pada fase pembibitan, tanaman semangka memerlukan air yang cukup, kemudian kebutuhan air mulai meningkat pada fase pertumbuhan vegetatif (pembentukan akar, batang, dan daun). Memasuki fase generatif (ditandai dengan munculnya bunga) pengairan dikurangi agar pembungaan berlangsung serempak.
Pengairan ditingkatkan lagi ketika memasuki fase pem­besaran buah. Pengairan dikurangi lagi pada saat tanaman memasuki fase pemasakan buah (50-65 HST). Cara pengairan di lahan bekas sawah dilakukan  penggenangan, tinggi airnya cukup sebatas mulsa terendah penutup bedengan, kemudian dibantu dengan penyiraman secara di cebor pada lubang tanam. Cara pengairan di lahan tegalan, buatlah sobekan pada mulsa PHP dengan pisau silet, kemudian bedengan dicebori air secukupnya, jangan sampai tanah pada lubang tanam longsor. Bila terjadi longsor, tutup kembali dengan tanah sehingga akar tanaman tidak rusak. Untuk mengetahui saat yang tepat dilakukan pengairan dengan memasukkan tangan ke dalam tanah bedengan apabila tanah sudah kering segera lakukan pengairan jangan sampai menunggu tanaman layu. Cara pengairinya bisa sistem cebor pakai gayung atau yang lebih efektif dengan sistem mengalir atau leb.


SUSULAN PAS GANJIL 2020/2021 KELAS X SELASA 15 DESEMBER 2020

  KERJAKAN SOAL SUSULAN PAS SESUAI DENGAN MATA PELAJARAN BELUM KALIAN IKUTI, JANGAN MEMAKAI UCBROWSER JIKA MENGERJAKAN PAS, KARENA NILAI TID...