Kegiatan
Pembelajaran 5. Melaksanakan Penanaman Tanaman
Buah Semusim
URAIAN
MATERI
1.
Pemilihan Bibit
Keberhasilan dalam
budidaya tanaman salah satunya ditentukan oleh mutu bibit yang digunakan. Untuk
mengelola agribisnis buah semusim diperlukan bibit yang benar-benar baik dan
bermutu yaitu: bibit segar dan daun tidak rontok, batang utuh,serta bebas hama
penyakit. Untuk memperoleh tanaman tersebut, maka sebelum melakukan penanaman perlu dilakukan pemilihan bibit terlebih
dahulu. Pemilihan
bibit dilakukan seminggu sebelum bibit ditanam. Bibit yang mempunyai
pertumbuhan sama dikumpulkan menjadi satu.Bibit yang
pertumbuhannya merana disingkirkan untuk tidak ditanam.
Hanya bibit yang memiliki pertumbuhan kekar dan subur yang dipilih untuk
ditanam.
Adapun kriteria bibit yang
baik dan siap dipindahkan antara lain :
a.
Pertumbuhannya sehat
b.
Calon batangnya lurus, tidak patah
c.
Berdaun antara 2-3 helai
d.
Struktur perakarannya baik
e.
Umur bibit
antara 10-14 hari sesudah semai (HSS)
2.
Pengangkutan dan
Penempatan Bibit
Pengangkutan bibit seringkali menjadi kendala
yang utama, untuk menjaga agar bibit tetap dalam kondisi baik dan siap tanam,
maka pengangkutan bibit dari lahan pesemaian ke areal pertanaman memerlukan
alat dan cara angkut yang baik dan benar agar bibit tetap segar. Metode
pengangkutan bibit yang sering dilakukan petani pada umumnya adalah dengan cara
dipikul atau digotong, untuk jarak angkut dekat,
apabila jarak angkut cukup jauh maka diperlukan alat transportasi dan biaya
yang besar dan waktu yang lama. Pengangkutan
bibit untuk jarak tempuh yang jauh umumnya menggunakan kendaraaan truk atau
mobil bak mini, pengangkutan bibit dalam
polibag biasanya hanya ditumpuk,sehingga bibit banyak yang rusak dan biaya
menjadi mahal. Salah satu metode alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam
pengangkutan atau pengiriman bibit jarak jauh dan dalam jumlah besar adalah
dengan menggunakan rak, sedangkan untuk jarak dekat gunakan nampan – nampan
kecil di sesuiakan dengan kondisi bibit, rak sederhana dibuat dari bambu dan
dipasang didalam bak truk, bahan yang digunakan harus bisa dipakai
berulang-ulang dan mudah didapat dan dapat dibuat oleh sebagian besar petani,
dengan cara ini diharapkan bibit yang di angkut tetap segar, terangkut lebih
banyak sehingga biaya lebih murah.
3.
Pengaturan Jarak Tanam
Jarak tanam yang umumnya
digunakan adalah sistem tunggal 80-100 cm x 300 cm (1 baris tanaman) untuk sistem ganda 80-100 x 6-7 m ( 2 baris
tanaman). Untuk penanaman dengan turus/para-para jarak antar lubang tanam 65-70
cm apabila penanaman satu baris di tengah dan 75-80 cm apabila penanaman dua
baris secara sigzag. Pola tanam pada tanaman semangka sebaiknya dilakukan
dengan sistem monokultur sehingga fungsi mulsa plastik perak hitam dapat
berfungsi maksimal. Kerapatan penanaman mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah
produksi dan luasan lahan tertentu. Jarak tanam yang digunakan dalam penanaman
biasanya tergantung pada kondisi iklim, waktu tanam, dan lokasi kebun. Bila iklimnya baik dan lokasi kebun berada di tempat yang
terbuka tidak terhalang oleh pepohonan jarak tanam yang digunakan dapat pendek, begitu juga sebaliknya. Pengaturan jarak tanam penting sekali dalam penanaman, karena akan
menentukan penanaman yang teratur pada jarak antar tanaman dan antar baris
tanamannya yang memberikan kemudahan dalam
pemeliharaan tanaman seperti penyiangan, pemberian pupuk, pengendalian hama dan
penyakit dan sebagainya. Selain
itu pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi jumlah tanaman dalam luasan lahan.
Jika jumlah tanaman sudah seimbang dengan kondisi lahan, maka persaingan
penguapan unsur hara, air, cahaya dan udara akan terhindar, efesien penggunaan
cahaya yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Kompetisi antara
tanaman dalam mengguankan air dan unsur hara serta tingkat produksi yang
dicapai.
Dalam pemilihan dan
penggunaan jarak tanam dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Jenis tanaman yang akan ditanam c. Kesuburan tanah
b. Tujuan produksi d. Musim tanam
Jarak tanam yang dipilih
dapat disiapkan pada akhir pengolahan tanah setelah pemberian pupuk dasar atau
setelah pemasangan mulsa atau jarak tanam dapat disiapkan pada waktu besamaan
dengan kegiatan penanaman apabila tidak menggunakan mulsa plastik.
4.
Waktu tanam
Waktu penanaman ditentukan berdasarkan keadaan
cuaca, waktu penanaman yang baik adalah pagi dan sore. Apabila penanaman dilakukan
pada pagi hari, bibit di beri penutup dari pelepah pisang, untuk
menjaga tanaman tidak terlalu panas terkena sinar matahari. Ketersedian
air dan keadan cuaca sangat menentukan waktu tanam yang tepat. Karena
hal ini akan menentukan mati hidupnya suatu tanaman setelah ditanam. Dengan
laju transpirasi yang rendah akan mempercepat pemulihan kerusakan dan
stres tanaman pada saat dipindahkan. Keadaan tersebut akan tercapai pada keadaan
cuaca seperti suhu rendah, intensitas cahaya rendah, udara sejuk, tidak
berangin dan kelembaban tinggi. Atas pertimbangan diatas dan untuk memperoleh
kondisi tersebut, maka disarankan sebaiknya penanaman dilakukan pada
sore hari. Sebelum bibit ditanam harus disiram terlebih dahulu, dimaksudkan
agar tidak terjadi plasmolisa dan lebih memudahkan
dalam melepaskan media dari pot/polybag dan akar tanaman tidak menjadi
rusak/stres.
5.
Pembuatan
Lubang Tanam
Lubang tanam harus dibuat
sebelum bibit dipindahkan ke lapangan pembuatan lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yang ditentukan. Setelah itu,
areal penanaman disiram secara massal supaya tanah siap ditanami bibit sampai menggenangi areal sekitar ¾
tinggi bedengan. Kemudian
tanah bagian bawahnya diambil agar terbentuk lubang tanam yang besarnya sesuai
dengan besar media tumbuh bibit yang digunakan siap untuk mempermudah pekerjaan
sebelum penggalian lubang tanam terlebih dahulu dilakukan penyiraman pada areal
penanaman. Untuk
pembuatan lubang tanam tanpa MPHP
dilakukan setelah
bedengan terbentuk, dibuat lubang tanam. Jarak
antarlubang tanamsama dengan yang menggunakan MPHP 80-100 cm. Lubang tanam berupa koakan dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 40
cm, dan tinggi 30 cm. Pada saat lubang tanam terbentuk,
segera diberi kapur pertanian sebanyak 50 g per lubang atau 175
kg per hektar (semangka non-biji dan berbiji). Campur secara
merata, kemudian
sirami dengan 2 gayung air agar kapur segera bereaksi.
6. Cara Menanam Bibit
a.
Menanam Bibit Semangka
Bibit yang akan ditanam diseleksi terlebih dahulu agar bibit yang dihasilkan benar-benar Bibit yang sehat bebas
dari hama dan penyakit langsung bibit dibawa kelahan. Cara penanamannya : media tanah dipadatkan lebih dulu agar tidak pecah,
batang bibit dijepit antara jari telunjuk dan jari tengah. dibalik, kemudian
plastik polibag ditarik sehingga lepas dari media tanah. Bibit dimasukkan ke
dalam lubang tanam yang telah disiapkan di lapangan. Kedalaman pembenaman
bibit dalam lubang tanam sebatas leher akar media semai. Kemudian
celah-celah lubang tanam yang tersisa ditutup dengan tanah sambil ditekan
condong ke arah akar, sehingga akar dapat berhubungan langsung dengan tanah, kemusian media tanam segera disiram air setelah selesai
penanaman.
7.
Penyulaman
Penyulaman pada bibit yang
ditanam di lapangan sebaiknya dilakukan seawal mungkin. Adapun perlunya
dilakukan penyulaman untuk memenuhi jumlah tanaman di lapangan sesuai dengan
harapan. Tiga hari setelah
penanaman, bibit mulai beradaptasi dengan lingkungan baru. Identifikasi dan catat
jumlah bibit yang mengalami kelainan atau mati karena serangan hama, penyakit, maupun terbakar
karena menempel di MPHP. Kemudian, siapkan bibit sulaman yang siap ditanam. Perbedaan masa tanam antara tanaman
sulaman dengan tanaman penanaman pertama tidak lebih dari 10 hari, agar pertumbuhan tanaman secara keseluruhan seragam.
8.
Pemberian Jerami/seresah
Sebelum percabangan tanaman tumbuh melebar dan
memanjang sesegera lahan hamparan calon cabang dan calon tempat buah di beri
alas jerami/serasah. Apabila terlambat maka
akan mempersulit menempatkan jerami tersebut.