KELAS
DARING
KELAS
XI SEMESTER GENAP 2019/2020
SMK
NEGERI 2 BAGOR
KELAS : XI
NAMA
GURU : MAKMUR, S.Pd.I
JUDUL
MATERI : PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN
MATERI :
A.
Awal Berdirinya Bani Abbasiyah
Kekuasaan
Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.
Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah
keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia
dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada
tanggal 3 Rabiul awal 132 H.[1][1]
Pada abad ketujuh
terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pasukan Marwan ibn Muammad (pasukan
Dinasti Umayyah) melawan pasukan Abdul Abbas.
Pemberontakan tersebut terjadi akibat ketidak puasan mereka tehadap
khalifah-khalifah sebelumnya. Dan akhirnya di menangkan oleh pasukan
Abbas. Pasukan pemberontak terdiri dari
kalangan Khawarij, Syi’ah, Mawali, dan Bani Abbas.
Para Mawali
bekerja sama dengan Bani Abbas, komando tertinggi gerakan Bani Abbas tidak
menyisakan keluaga Umayah, karena perburuannya terhadap keluarga Umayyah itu,
ia dijuluki dengan As-Safah yang berarti”yang menumpahka darah”.
Abu Abbas kemudian didaulat menjadi
khalifah pertama Bani Abbasiyah. Tahun 750 M diproklamasikan berdirinya
pemerintahan Bani Abbasiyah di Kufah. Khalifah petamanya adalah Abu Abbas Ash
Shaffah yang di baiat di Masjid Kufah.[2][2]
B.
Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan
Masa
Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah
‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan,
baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah
berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya
penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian
yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai
inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.[3][3]
Pemerintah
Bani Abbasiyah berkuasa selama 5 abad, yaitu dari tahun 750-1258 M. Pada
awalnya pusat pemerintahan di kota kufah kemudian pindah ke Hira lalu ke Abar
(Hasyimiyah) dan akhirnya ke Baghdad. Baghdad adalah ibu kota pemerintah Bani
Abbasiyah yang paling strategis, kota ini di bangun oleh Abu ja’far al Mansur
dengan bentuk bulat, arsitek pembangunan adalah Hajjaj bin Art dan Amron bi
Wahdah. Baghdad menjadi kota internasional dan disebut sebagai kota seribu malam.
Ahli sejarah
membagi pemerintahan bani Abbasiyah menjadi 5 priode yang didasarkan pada
kondisi politik pemerintahan.
1. Periode Pertama (tahun 750 –
847 M)
Pada periode
ini terdapat pengaruh persia yaitu masuknya keluarga Barmak dalam pemerintahan
Bani Abbasiyah dan dalam bidang ilmu pengetahuan. Puncak kejayaan terjadi pada
periode ini yaitu ketika di pinpin oleh khalifah Harun Al Rasyid. Semua sektor
perekonomian maju, ilmu pengetehuan berkembang pesat sehingga rakyat menjadi
sejahtera.
2. Periode kedua (tahun 874 –
945 M)
Bangsa Turki
yang menjadi tentara mulai mendominasi pemerintahan Bani Abbasiyah. Mereka
memilih dan menentukan khalifah sesuai dengan kehendaknya. Pada masa ini Bani
Abbasiyah mulai mengalami kemunduran.
3. Periode ketiga (tahun 945 –
1055 M)
Pada masa Bani
Abbasiyah di bawah kekuasaan Bani Buwaihi. Khalifah posisinya makin lemah hanya
seperti pegawai yang digaji saja karena Bani Buwaihi berpaham Syi’ah sedangkan
Bani Abbasiyah berpaham Sunni.
4. Periode keempat (tahun 1055
– 1199 M)
Periode ini
ditandai dengan masuknya Bani Saljuk dalam pemerintahan Bani Abbasiyah karena
telah mengalahkan Bani Buwaihi. Keadaan khalifah mulai membaik terutama bidang
agama karena Bani Saljuk dengan Bani Abbasiyah sama-sama sepaham Sunni.
5. Periode kelima (tahun 1199 –
1258 M)
Pemerintahan
Bani Abbasiyah tidak berada di bawah kekuasaan siapapun tetapi wilayah
kekuasaannya hanya tinggal Baghdad dan sekitarnya. Pada tahun 1258 M, tentara
Mongol dipinpin oleh Hulagu Khan masuk kota Baghdad menghancurleburkan kota
Baghdad dan isinya, sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah.[4][4]
Sebenarnya zaman keemasan Bani
Abbasiyah telah dimulai sejak pemerintahan pengganti Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur
yaitu pada masa Khalifah Al-Mahdi (775-785 M) dan mencapai puncaknya di masa
pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Di masa-masa itu para Khalifah
mengembangkan berbagai jenis Kesenian, terutama kesusastraan pada khususnya dan
kebudayaan pada umumnya. Berbagai buku bermutu diterjemahkan dari peradaban
India maupun Yunani. Dari India misalnya, berhasil diterjemahkan buku-buku
Kalilah dan Dimnah maupun berbagai cerita Fabel yang bersifat anonim.
Kemajuan
ilmu pengetahuan bukan hanya pada bidang sastra dan seni saja juga berkembang
Ilmu-ilmu Naqli dan Ilmu Aqli. Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar
dalam sejarah ilmu pengetahuan, dalam ilmu bahasa muncul antara lain Ibnu Malik
At-Thai seorang pengarang buku nahwu yang sangat terkenal Alfiyah Ibnu malik,
dalam bidang sejarah muncul sejarawan besar Ibnu Khaldun serta tokoh-tokoh
besar lainnya yang memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan ilmu
pengetahuan selanjutnya.[5][5]
C.
Bidang Perkembangan/Keemasan Islam Pada Zaman Abbasiyah.
1.
Perkembangan Intelektual.
Secara
garis besar Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid. Hal ini dapat dilihat dari
adanya gerakan penerjemahan buku dari berbagai bangsa dan bahasa. Sehingga
dengan gerakan penerjemahan buku tersebut, lahirlah para tokoh Islam sesuai
dengan keahliannya.
a. Ilmu Umum
1) Ilmu Filsafat
v Al-Kindi atau Abu Yusuf Ya’qub Bin Ishak (
809-873 M), seorang filsuf bangsa Arab.
v Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80
tahun.
v Ibnu Maskawai (wafat tahun 523 H).
v Ibnu Shina ( 980-1037 M). Karangan-karangan
yang terkenal antara lain: Shafa,
Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain
v Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai
Hujjatul Islam, karangannya: Al-Munqizh Minadl-Dlalal ,Tahafutul Falasifah,
Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin, dan lain-lain.
v Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya:
Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah, dan lain-lain.
2) Bidang Kedokteran
v Ali bin Rabban At Torabi. Merupaka dokter
pribadi khalifah Al Mutawakkil yang menulis buku Firdaus.
v Ali bin Abbas Al Majusi, salah satu
karyanya adalah Al kitab Al Maliki.
v Ibnu Sina, ia disebut oleh kaum muslimin
sebagai pangeran dokter.
v Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan
yang terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.[6][6]
3) Bidang Matematika
v Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek
Pembangunan kota Baghdad.
v Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al
Jabar), penemu angka (0).
4) Bidang Astronomi
v Berkembang subur di kalangan umat Islam,
sehingga banyak para ahli yang terkenal dalam perbintangan ini seperti :
v Al Farazi : pencipta Astro lobe
v Al Gattani/Al Betagnius
v Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari
bulan
v Al Farghoni atau Al Fragenius.
2. Perkembangan Peradaban di Bidang Fisik
Perkembangan
peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upaya-upaya
dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari
bangunan – bangunan yang berupa:
a) Kuttab
b) Majlis
Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga
untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
c) Darul
Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan
perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.
d) Masjid
e) Pada masa
Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi:
pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah
Mansyur.
3.
Perkembangan peradaban di bidang politik dan pemerintahan
Dalam
menjalankan roda pemerintahan Khalifah Dinasti Abbasiyah mengangkat menteri
(wasir) dan membentuk kementrian (wizarat). Menteri adalah pembantu utama
khalifah, ia berhak mengangkat dan memecat pegawai. Khalifah juga mengangkat
hakim yang bertugas menyelesaikan masalah muamalah. Untuk membantu lancarnya
kepemerintahan dibentuklah Diwanul Kitabah (Sekertariat Negara) dengan dibantu
oleh : katibur Rasail, katibul Kharraj, katibul Jund, katibul Syurthan, katibul
Qada’.
Selain
itu, juga dibentuk departemen-departemen yang dikepalai oleh menteri,
departemen-departemen itu antara lain : diwan al kharraj, diwan az-Ziman, diwan
al jund, diwan barid, diwan ar Rasail. Dalam pemerintahan dinasti Umayyah ada
juga yang disebut hajib, yang bertugas mengawasi dan memberikan persetujuan
terhadap program kerja menteri. Wilayah Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi
beberapa provinsi yang dinamakan imarat, gubernurnya bergelar Amir.
4. Bidang Militer
Militer
Dinasti Abbasiyah terdiri atas tiga bagian, yaitu pasukan pemanah, pasukan infanteri,
dan pasukan berkuda/kavaleri. Pasukan pemanah bersentakan anak panah dan
busurnya, tugas pasukan ini adalah mengacaukan musuh dari jarak jauh. Pasukan
invanteri bersenjatakan pedang, tombak, helm, dan tamengya. Mereka bertugas
memukul mundur pasukan musuh pada pertempuran jarak dekat. Pasukan berkuda
bersenjatakan pedang dan lembing, mereka bertugas mengobrak-abrik pertahanan
lawan melalui depan, samping, dan belakang. Selain pasukan-pasukan di atas ada
lagi pasukan pengawal khalifah, mereka ini pasukan elite yang bergaji tinggi.
Angkatan
bersenjata Dinasti Abbasiyah didominasi oleh orang Arabdan Persiah pada
awalnya, namun pada tahun-tahun selanjutnya didominasi oleh Arab, Turki, dan
persiah. Dan masa sebelum berakhir daulat ini pasukan bersenjatanya didominasi
oleh Persiah dan Turki.[7][7]
Masa
kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam
yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan
madrasah-madrasah formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan
Islam. Pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan,
budaya dan menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek
budaya kaum muslimin.[8][8]
Adapun sistem
pendidikan Islam pada masa kejayaan meliputi :
1. Kurikulum
Kurikulum
adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa.
Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya sekedar rencana pelajaran, tetapi semua
yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Kurikulum
dalam lembaga pendidikan Islam pada mulanya berkisar pada bidang studi
tertentu. Namun seiring perkembangan sosial dan cultural, materi kurikulum
semakin luas. Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah
tingkat rendah adalah al-Quran dan agama, membaca, menulis, dan berenang.
Sedangkan untuk anak-anak amir dan penguasa,
Kurikulum
tingat rendah sedikit berbeda. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya
pengajaran ,ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, disamping
ilmu-ilmu pokok seperti al-Quran, syair, dan fiqih. Setelah usai menempuh
pendidikan rendah, siswa bebas memilih bidang studi yang ingin ia dalami di
tingkat tinggi.
Ilmu-ilmu
agama mendominasi kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti
masjid, dengan al-Quran sebagai intinya. Ilmu-ilmu agama harus dikuasai agar
dapat memahami dan menjelaskan secara terperinci makna al-Quran yang berfungsi
sebagai fokus pengajaran.
2. Metode Pengajaran
Dalam proses
belajar mengajar, metode pengajaran merupakan salah satu aspek pengajaran yang
penting untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada
para pelajar. Metode pengajaran yang dipakai dapat dikelompokkan ke dalam tiga
macam, yaitu lisan, hafalan, dan tulisan. Metode lisan bisa berupa dikte,
ceramah, dan diskusi. Metode menghafal merupakan ciri umum dalam sistem
pendidikan Islam pada masa ini. Untuk dapat menghafal suatu pelajaran,
murid-murid harus membaca berulang-ulang sehingga pelajaran melekat di benak
mereka. Sedangkan metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama.
3. Rihlah Ilmiyah
Salah satu
ciri yang paling menarik dalam pendidikan Islam di masa itu adalah sistem
Rihlah Ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu[9][9].
[9][9] Dr. MA. Badrim Yatim. Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Abbasiyah. ( Jakarta : PT.
Grafindo Persada, 2006), h. 101-102