Minggu, 19 April 2020

PEND. AGAMA ISLAM KELAS XI ( PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN, MAKMUR S.PdI )


KELAS DARING
KELAS XI SEMESTER GENAP 2019/2020
SMK NEGERI 2 BAGOR


KELAS                       :           XI 
NAMA GURU           :           MAKMUR, S.Pd.I
JUDUL MATERI       : PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN
           
MATERI                     :
A.     Awal Berdirinya Bani Abbasiyah
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awal 132 H.[1][1]
Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pasukan Marwan ibn Muammad (pasukan Dinasti Umayyah) melawan pasukan Abdul Abbas.  Pemberontakan tersebut terjadi akibat ketidak puasan mereka tehadap khalifah-khalifah sebelumnya. Dan akhirnya di menangkan oleh pasukan Abbas.   Pasukan pemberontak terdiri dari kalangan Khawarij, Syi’ah, Mawali, dan Bani Abbas.
            Para Mawali bekerja sama dengan Bani Abbas, komando tertinggi gerakan Bani Abbas tidak menyisakan keluaga Umayah, karena perburuannya terhadap keluarga Umayyah itu, ia dijuluki dengan As-Safah yang berarti”yang menumpahka darah”.
          Abu Abbas kemudian didaulat menjadi khalifah pertama Bani Abbasiyah. Tahun 750 M diproklamasikan berdirinya pemerintahan Bani Abbasiyah di Kufah. Khalifah petamanya adalah Abu Abbas Ash Shaffah yang di baiat di Masjid Kufah.[2][2]
B.     Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan
Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.[3][3]
          Pemerintah Bani Abbasiyah berkuasa selama 5 abad, yaitu dari tahun 750-1258 M. Pada awalnya pusat pemerintahan di kota kufah kemudian pindah ke Hira lalu ke Abar (Hasyimiyah) dan akhirnya ke Baghdad. Baghdad adalah ibu kota pemerintah Bani Abbasiyah yang paling strategis, kota ini di bangun oleh Abu ja’far al Mansur dengan bentuk bulat, arsitek pembangunan adalah Hajjaj bin Art dan Amron bi Wahdah. Baghdad menjadi kota internasional dan disebut sebagai kota seribu malam.
           Ahli sejarah membagi pemerintahan bani Abbasiyah menjadi 5 priode yang didasarkan pada kondisi politik pemerintahan.
1.      Periode Pertama (tahun 750 – 847 M)
        Pada periode ini terdapat pengaruh persia yaitu masuknya keluarga Barmak dalam pemerintahan Bani Abbasiyah dan dalam bidang ilmu pengetahuan. Puncak kejayaan terjadi pada periode ini yaitu ketika di pinpin oleh khalifah Harun Al Rasyid. Semua sektor perekonomian maju, ilmu pengetehuan berkembang pesat sehingga rakyat menjadi sejahtera.
2.      Periode kedua (tahun 874 – 945 M)
         Bangsa Turki yang menjadi tentara mulai mendominasi pemerintahan Bani Abbasiyah. Mereka memilih dan menentukan khalifah sesuai dengan kehendaknya. Pada masa ini Bani Abbasiyah mulai mengalami kemunduran.
3.      Periode ketiga (tahun 945 – 1055 M)
        Pada masa Bani Abbasiyah di bawah kekuasaan Bani Buwaihi. Khalifah posisinya makin lemah hanya seperti pegawai yang digaji saja karena Bani Buwaihi berpaham Syi’ah sedangkan Bani Abbasiyah berpaham Sunni.
4.      Periode keempat (tahun 1055 – 1199 M)
        Periode ini ditandai dengan masuknya Bani Saljuk dalam pemerintahan Bani Abbasiyah karena telah mengalahkan Bani Buwaihi. Keadaan khalifah mulai membaik terutama bidang agama karena Bani Saljuk dengan Bani Abbasiyah sama-sama sepaham Sunni.
5.      Periode kelima (tahun 1199 – 1258 M)
        Pemerintahan Bani Abbasiyah tidak berada di bawah kekuasaan siapapun tetapi wilayah kekuasaannya hanya tinggal Baghdad dan sekitarnya. Pada tahun 1258 M, tentara Mongol dipinpin oleh Hulagu Khan masuk kota Baghdad menghancurleburkan kota Baghdad dan isinya, sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah.[4][4]
           Sebenarnya zaman keemasan Bani Abbasiyah telah dimulai sejak pemerintahan pengganti Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur yaitu pada masa Khalifah Al-Mahdi (775-785 M) dan mencapai puncaknya di masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Di masa-masa itu para Khalifah mengembangkan berbagai jenis Kesenian, terutama kesusastraan pada khususnya dan kebudayaan pada umumnya. Berbagai buku bermutu diterjemahkan dari peradaban India maupun Yunani. Dari India misalnya, berhasil diterjemahkan buku-buku Kalilah dan Dimnah maupun berbagai cerita Fabel yang bersifat anonim.
              Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya pada bidang sastra dan seni saja juga berkembang Ilmu-ilmu Naqli dan Ilmu Aqli. Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar dalam sejarah ilmu pengetahuan, dalam ilmu bahasa muncul antara lain Ibnu Malik At-Thai seorang pengarang buku nahwu yang sangat terkenal Alfiyah Ibnu malik, dalam bidang sejarah muncul sejarawan besar Ibnu Khaldun serta tokoh-tokoh besar lainnya yang memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.[5][5]

C.    Bidang Perkembangan/Keemasan Islam Pada Zaman Abbasiyah.
1.      Perkembangan Intelektual.
Secara garis besar Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid. Hal ini dapat dilihat dari adanya gerakan penerjemahan buku dari berbagai bangsa dan bahasa. Sehingga dengan gerakan penerjemahan buku tersebut, lahirlah para tokoh Islam sesuai dengan keahliannya.
a. Ilmu Umum
1) Ilmu Filsafat
v  Al-Kindi atau Abu Yusuf Ya’qub Bin Ishak ( 809-873 M), seorang filsuf bangsa  Arab.
v  Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
v  Ibnu Maskawai (wafat tahun 523 H).
v  Ibnu Shina ( 980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa,   Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain
v  Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al-Munqizh Minadl-Dlalal ,Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin, dan lain-lain.
v  Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya: Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah, dan lain-lain.
2)  Bidang Kedokteran
v  Ali bin Rabban At Torabi. Merupaka dokter pribadi khalifah Al Mutawakkil yang menulis buku Firdaus.
v  Ali bin Abbas Al Majusi, salah satu karyanya adalah Al kitab Al Maliki.
v  Ibnu Sina, ia disebut oleh kaum muslimin sebagai pangeran dokter.
v  Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.[6][6]
3)  Bidang Matematika
v  Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
v  Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).
4)  Bidang Astronomi
v  Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang terkenal dalam perbintangan ini seperti :
v  Al Farazi : pencipta Astro lobe
v  Al Gattani/Al Betagnius
v  Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
v  Al Farghoni atau Al Fragenius.

2.   Perkembangan Peradaban di Bidang Fisik
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upaya-upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari bangunan – bangunan yang berupa:
a)   Kuttab
b)  Majlis Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
c)    Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.
d)  Masjid
e)   Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.

3.      Perkembangan peradaban di bidang politik dan pemerintahan
Dalam menjalankan roda pemerintahan Khalifah Dinasti Abbasiyah mengangkat menteri (wasir) dan membentuk kementrian (wizarat). Menteri adalah pembantu utama khalifah, ia berhak mengangkat dan memecat pegawai. Khalifah juga mengangkat hakim yang bertugas menyelesaikan masalah muamalah. Untuk membantu lancarnya kepemerintahan dibentuklah Diwanul Kitabah (Sekertariat Negara) dengan dibantu oleh : katibur Rasail, katibul Kharraj, katibul Jund, katibul Syurthan, katibul Qada’.
Selain itu, juga dibentuk departemen-departemen yang dikepalai oleh menteri, departemen-departemen itu antara lain : diwan al kharraj, diwan az-Ziman, diwan al jund, diwan barid, diwan ar Rasail. Dalam pemerintahan dinasti Umayyah ada juga yang disebut hajib, yang bertugas mengawasi dan memberikan persetujuan terhadap program kerja menteri. Wilayah Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi beberapa provinsi yang dinamakan imarat, gubernurnya bergelar Amir.

4.   Bidang Militer
Militer Dinasti Abbasiyah terdiri atas tiga bagian, yaitu pasukan pemanah, pasukan infanteri, dan pasukan berkuda/kavaleri. Pasukan pemanah bersentakan anak panah dan busurnya, tugas pasukan ini adalah mengacaukan musuh dari jarak jauh. Pasukan invanteri bersenjatakan pedang, tombak, helm, dan tamengya. Mereka bertugas memukul mundur pasukan musuh pada pertempuran jarak dekat. Pasukan berkuda bersenjatakan pedang dan lembing, mereka bertugas mengobrak-abrik pertahanan lawan melalui depan, samping, dan belakang. Selain pasukan-pasukan di atas ada lagi pasukan pengawal khalifah, mereka ini pasukan elite yang bergaji tinggi.
          Angkatan bersenjata Dinasti Abbasiyah didominasi oleh orang Arabdan Persiah pada awalnya, namun pada tahun-tahun selanjutnya didominasi oleh Arab, Turki, dan persiah. Dan masa sebelum berakhir daulat ini pasukan bersenjatanya didominasi oleh Persiah dan Turki.[7][7]


Masa kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya dan menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum muslimin.[8][8]
Adapun sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan meliputi :
1. Kurikulum
           Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya sekedar rencana pelajaran, tetapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
           Kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam pada mulanya berkisar pada bidang studi tertentu. Namun seiring perkembangan sosial dan cultural, materi kurikulum semakin luas. Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah al-Quran dan agama, membaca, menulis, dan berenang. Sedangkan untuk anak-anak amir dan penguasa,
           Kurikulum tingat rendah sedikit berbeda. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya pengajaran ,ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti al-Quran, syair, dan fiqih. Setelah usai menempuh pendidikan rendah, siswa bebas memilih bidang studi yang ingin ia dalami di tingkat tinggi.
            Ilmu-ilmu agama mendominasi kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid, dengan al-Quran sebagai intinya. Ilmu-ilmu agama harus dikuasai agar dapat memahami dan menjelaskan secara terperinci makna al-Quran yang berfungsi sebagai fokus pengajaran.
2. Metode Pengajaran
           Dalam proses belajar mengajar, metode pengajaran merupakan salah satu aspek pengajaran yang penting untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada para pelajar. Metode pengajaran yang dipakai dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu lisan, hafalan, dan tulisan. Metode lisan bisa berupa dikte, ceramah, dan diskusi. Metode menghafal merupakan ciri umum dalam sistem pendidikan Islam pada masa ini. Untuk dapat menghafal suatu pelajaran, murid-murid harus membaca berulang-ulang sehingga pelajaran melekat di benak mereka. Sedangkan metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama.
3. Rihlah Ilmiyah
            Salah satu ciri yang paling menarik dalam pendidikan Islam di masa itu adalah sistem Rihlah Ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu[9][9].



[1][1]  A Hasjmi. Sejarah Kebudayaan Islam. ( Jakarta : PT.Bulan Bintang, 1997 ), h. 212
[2][2]  A’la Subki.  Sejarah Kebudayaan Islam. ( Klaten : CV. Gema Nusa, 2010), h. 37
[3][3]  A. Hasjmi. Op.Cit. ha. 210
 [4][4]  Miqdad Nur Fajri. Sejarah Kebudayaan Islam. ( Bandung : Pustaka Furqon, 2010), h. 7-8
[5][5]  A. Hasjmi. Op.Cit, h. 213
[6][6]  Migdad Nur Fajri. Op.Cit. h. 35
[7][7]  A’la Subki. Op. Cit. 38
               [8][8]  E. Abdul Aziz Tirbisi. Sejarah Perkembangan Peradaban Islam. (Tangerang: Usaha Nasional,2007), ha. 395
[9][9]  Dr. MA. Badrim Yatim. Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Abbasiyah. ( Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2006), h. 101-102


SUSULAN PAS GANJIL 2020/2021 KELAS X SELASA 15 DESEMBER 2020

  KERJAKAN SOAL SUSULAN PAS SESUAI DENGAN MATA PELAJARAN BELUM KALIAN IKUTI, JANGAN MEMAKAI UCBROWSER JIKA MENGERJAKAN PAS, KARENA NILAI TID...