KELAS DARING
KELAS
XI SEMESTER GENAP 2019 / 2020
SMK
NEGERI 2 BAGOR
NAMA KELAS : XI APHP
NAMA GURU : ARI AYUNANI, SPt
JUDUL MATERI : Memahami penyimpanan penggudangan
pertanian
MATERI :
TIPE-TIPE PENYIMPANAN
Capaian
pembelajaran pada mata kegiatan tipe-tipe penyimpanan adalah:
1. Calon guru mampu menjelaskan klasifikasi
penyimpanan sementara
2. Calon guru mampu menjelaskan klasifikasi tipe
penyimpanan didasarkan pada waktu
3. Calon guru mampu mengaplikasikan perawatan
barang selama penyimpanan
1. Menjelaskan klasifikasi penyimpanan
sementara
2. Menjelaskan klasifikasi tipe penyimpanan
didasarkan pada waktu
3. Mengaplikasikan Perawatan barang selama penyimpanan
1. Klasifikasi penyimpanan sementara
2. Klasifikasi tipe penyimpanan didasarkan pada
waktu
3. Perawatan barang selama penyimpanan
1.
Klasifikasi penyimpanan sementara
Penyimpanan dilakukan untuk mempertahankan daya
simpan komoditi dan melindungi produk dari kerusakan serta terkait erat dengan
kebijakan distribusi dan pemasaran seperti pengangkutan, pengeringan, penjualan
dan pengolahan. Selama proses tersebut, produk mengalami penyimpanan sementara
maupun untuk jangka waktu lama. (Soesarsono, 2007).
Berikut adalah penyimpanan sementara:
1. Penyimpanan di Lapangan
Dalam beberapa hal, hasil panen tidak dapat
langsung dibawa ke tempat petani atau memang perlu dibiarkan (disimpan) untuk
beberapa waktu dilapangan. Jenis penyimpanan ini dikenal sebagai penyimpanan
lapangan. Penyimpanan di lapangan kadang-kadang juga dilakukan dalam keadaan
darurat, misalnya jumlah pemasokan yang besar, sementara gudang pengumpul telah
penuh. Penyimpanan di lapangan (terbuka) dapat menghemat biaya ruang atau
bangunan, namun relatif lebih sulit dalam pengawasan dan pengamanannya. Penutup
kalis air (waterproof) diperlukan
untuk menyelimuti komoditas dan sistem keamanannya perlu diperketat.
2. Penyimpanan Tingkat Petani
Setelah sampai
di rumah petani, hasil panen itu akan diperlakukan sesuai dengan tujuan dan
jenis komoditas bersangkutan. Setelah perlakuan itu selesai maka hasil panen
itu mungkin untuk dijual atau dikonsumsi kemudian hari. Penyimpanan di tingkat
ini disebut penyimpanan tingkat petani. Penyimpanan pada tingkat petani umumnya
hanya berlangsung sekitar satu musim. Petani umumnya juga menyimpan dalam
jumlah terbatas. Mereka lebih senang langsung menjual hasil panennya dan hanya
menyimpan sebagian saja untuk keperluan sendiri atau untuk kebutuhan yang telah
dicadangkan.
3. Penyimpanan Tingkat Pengumpul
Para pedagang pengumpul dapat membeli komoditas
pertanian langsung dari hasil panen di lapangan atau dari persediaan milik
petani. Para pedagang pengumpul ini umumnya berprinsip tidak akan menahan
komoditas tersebut terlalu lama. Oleh karena itu, penyimpanan pada tingkat
pengumpul ini umumnya hanya sebentar, bahkan mungkin hanya bersifat transit.
Lama penyimpanan pada tingkat ini dipengaruhi, antara lain oleh faktor bisnis
(kontrak), daya tahan komoditas, pencapaian target pengumpulan, situasi
permintaan dan pemasokan.
4. Penyimpanan Tingkat Pengolah
Penyimpanan
pada tingkat pengolah dapat berlangsung lama dan dapat pula
hanya
sebentar bergantung pada jumlah yang ditangani dan perputaran yang terjadi.
Para pengolah juga berprinsip tidak akan menahan atau menyimpan stok terlalu
banyak dan terlalu lama karena hal itu dapat membebani ongkos yang tinggi.
Penyimpanan diperlukan oleh para pengolah untuk menjaga agar stok bahan baku
tetap terjamin dan produksi tetap lancar.
5. Penyimpanan Tingkat Distributor
Penyimpanan pada tingkat ini mungkin dalam
jumlah yang sangat besar dan dalam jangka waktu lama, mungkin pula dalam jumlah
kecil dan sebentar. Pedagang besar atau grosir umumnya merupakan distributor
yang menangani satu atau beberapa jenis komoditas. Pedagang pengekspor dapat
juga digolongkan distributor. Distributor membeli dan mengumpulkan barang dari
pedagang pengumpul dan dari pengolah, menyimpannya sebentar sampai beberapa
waktu, kemudian menjualnya ke agen atau mengekspornya ke luar negeri.
Penyimpanan dalam jumlah yang sangat besar dan
agak lama dilakukan untuk tujuan stok nasional. Di Indonesia Badan Urusan
Logistik (BULOG) diserahi tugas tersebut. Setiap tahun tidak kurang dari
2.500.000 ton gabah dan beras disimpan untuk stok nasional. Waktu penyimpanan
sampai dua tahun atau lebih. Pada tingkat ini kemungkinan serangan hama dan
kerusakan yang terjadi adalah sangat besar karena jumlah akumulasi komoditas
yang besar dan waktu penyimpanan yang relatif juga lama. Oleh karena itu,
perhatian dan kewaspadaan pada tingkat harus benar-benar tinggi.
6.
Penyimpanan Tingkat Agen dan Pengecer
-TIPE PENYIMPANAN
Komoditas pertanian umumnya tidak lama disimpan
pada tingkat ini dan jika tersimpan umumnya juga bercampur-baur dengan jenis
komoditas lain. Pada tingkat ini komoditas tersebut mungkin sebagian telah
terkontaminasi hama, mungkin pula pada tingkat ini mulai terserang hama
walaupun tidak terlihat.
7.
Penyimpanan Tingkat Konsumen Akhir
Konsumen akhir umumnya menyimpan dalam jumlah
dan waktu relatif singkat. Penyimpanan pada tingkat ini umumnya berlangsung
dalam beberapa hari sampai satu bulan. Walaupun waktu penyimpanan relatif
singkat, namun sering konsumen menemukan bahwa komoditas yang akan
dikonsumsinya telah terserang hama, misalnya kutu pada beras. Gentong atau
pendaringan adalah tempat menyimpan beras yang umum digunakan orang pada masa
lalu, namun kini tergeser oleh “Cosmos” tempat penyimpan beras untuk konsumsi keluarga
sehari-hari.
2.
Klasifikasi tipe penyimpanan dapat didasarkan waktu
1)
Klasifikasi berdasarkan lama penyimpanan
Sistem
penyimpanan diklasifikasikan berdasarkan lama penyimpanan yaitu : a) Jangka
pendek
Penyimpanan
jangka pendek biasanya dilakukan tidak lebih dari 6 bulan. Bahanbahan yang
mudah rusak misalnya telur, daging, dan produk susu umumnya
-TIPE PENYIMPANAN
disimpan
unuk jangka pendek. Kehilangan kualitas yang cukup tinggi dikaitkan dengan
resiko kerusakan produk yang cukup tinggi dari suatu penyimpanan produk kecuali
adanya penggunaan sistem kontrol.
b) Jangka menengah
Penyimpanan
jangka menengah bertujuan untuk menjaga kualitas produk yang disimpan hingga
mencapai 12 bulan tanpa kerusakan yang nyata. Kualitas produk yang disimpan
tidak dapat dijamin hingga lebih dari 18 bulan.
c) Jangka panjang
Penyimpanan
jangka panjang dapat menjaga kualitas hingga mencapai 5 tahun. Beberapa sistem
penyimpanan dikenal untuk melestarikan kelangsungan hidup dan karakteristik
bahan yang disimpan selama beberapa dekade.
2)
Klasifikasi berdasarkan skala penyimpanan
Sistem penyimpanan diklasifkasikan dari segi
ukuran atau skala penyimpanan meliputi :
a) Penyimpanan skala kecil
Sistem
penyimpanan skala kecil kapasitasnya tidak lebih dari 1 ton dan biasanya
dilakukan oleh petani.
b) Penyimpanan skala menengah
Penyimpanan
skala menengah dapat menampung bahan yang disimpan hingga kisaran 100 ton.
Kebanyakan skala penyimpanan ini memiliki kapasitas antara 2-50 ton dan sangat
sedikit yang mencapai lebih dari 50 ton. Penyimpanan skala menengah ini
digunakan dalam pabrik untuk penyimpanan sementara biji-bijian.
c) Penyimpanan skala besar
Penyimpanan
skala besar kapasitas penyimpanannya antara 100-1000 ton. Hal ini digunakan
baik untuk penyimpanan sementara atau penyimpanan secara permanen dari jumlah
yang sangat besar berbagai produk pertanian. Penyimpanan skala besar ini
membutuhkan biaya awal sangat besar namun secara umum akan mengurangi biaya
operasional produksi.
3)
Klasifikasi penyimpanan berdasarkan prinsip sistem operasi penyimpanan Sistem
penyimpanan dapat diklasifikasikan berdasarkan prinsip operasinya yang meliputi
:
a)
Penyimpanan fisik
Penyimpanan
fisik menggunakan prinsip-prinsip fisika untuk mencapai penyimpanan dan
pengawetan kualitas produk yang disimpan. Lingkungan fisik yang meliputi kadar
air, suhu, dan kelembaban relatif dalam sistem penyimpanan umumnya dikontrol
dan dimanipulasi untuk memperlambat dari aktivitas-aktivitas penyebab kerusakan
atau juga untuk mencegah kerusakan. Cara yang dilakukan misalnya dengan
penyimpanan dingin atau melakukan kontrol lingkungan.
b) Penyimpanan kimia
Penyimpanan
kimia menggunakan bahan-bahan kimia untuk menghentikan atau memperlambat
aktivitas penyebab kerusakan. Penggunaan bahan kimia misalnya lilin, atelic
atau serbuk atau tablet phosphosene untuk mencegah respirasi atau juga
investasi serangga dalam produk yang disimpan. Beberapa bahan kimia yang
ditambahkan pada proses penyimpanan bersifat racun dan dalam penggunaannya
harus dikontrol secara ketat.
c) Penyimpanan biologi
Penyimpanan
biologi menggunakan agen biologi khususnya mikroorganisme untuk menghentikan
atau memperlambat aktivitas penyebab kerusakan atau memperpanjang umur simpan
produk. Hal ini merupakan suatu cara yang baik sebagai aplikasi bioteknologi
dalam bidang pertanian.
3.
Perawatan Barang Selama Penyimpanan
Selain merawat barang sesuai dengan jenis
bahnnya agar barng tetap dalm kualitas yang baik maka banyak hal yang perlu
dierhatikan. Adapun hal – hal yg perlu diperhatikan, antara lain :
a. Melakukan pengecekan barang dan melakukan
perawatan secara periodik. Hal ini dimaksudkan agar barng tidak mengalami
kerusakan yang parah. Jika dilakukan pengecekan secara berkala maka jika
terdapat sedikit kerusakan dapat segera diperbaiki. Selain itu pemeliharaan
secara berkala sangatlah penting.
b. Menjaga gudang dari kebocoran atap. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga gudang dari berbagai ancaman cuaca baik itu panas
matahari maupun hujan. Biasanya ada barang-barang tertentu yang sangat sensitif
dengan air maupun panas matahari maka dari itu sangatlah perlu untuk menjaga
atap gudang tetap dalam keadaan semestinya.
c. Menghindari penempatan barang yang dapat
mempengaruhi kualitas maupun kerusakan barang. Yang dimaksud barang yang dapat
mempengaruhi kualitas barang lain di sini, misalnya ada barang yang harus
dihindarkan dari bau yang tajam seperti durian, alkohol, maupun bahan kimia
lain. Hal ini dkarenakan akan merusak kualitas barang tersebut.
d. Mengecek instalasi listrik secara periodik. Hal
ini bertujuan untuk menghindari terjadinya konsleting listrik yang
sewaktu-waktu dapat terjadi. Konsleting mungkin dapat disebabkan adanya kabel
yang terkelupas oleh tikus yang akan mengakibatkan arus pendek sehingga akan
berakibat fatal yaitu kebakaran.
e. Gunakan metode FIFO untuk menghindari
kadaluwarsa dan kerusakan barang. Metode FIFO telah dijelaskan sebelumnya bahwa
metode penyimpanan barang yaitu mengeluarkan barang yang pertama masuk.
f. Menyediakan alat pemadam kebakaran. Kebakaran
merupakan suatu hal yang tidak terduga. Kebakaran dapat disebabkan oleh
konsleting listrik maupun kelalaian manusia itu sendiri. Maka dari itu
sangatlah penting jika di gudang disediakan alat pemadam kebakaran dan letak
alat pemadam kebakaran ini haruslah mudah dijangkau.
g. Mengatur aliran temperatur udara. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga suhu ruangan karena ada beberapa barang yang mungkin
akan terbakar atau bahkan meledak pada suhu-suhu tertentu.
h. Memberi alas untuk setiap barang agar terhindar
dari kelembaban. Barangbarang seperti almari kayu haruslah tetap kering agar
tidak dimakan rayap. Oleh karena itu sangatlah perlu untuk menjaga agar barang
tetap kering untuk setiap barang yang terbuat dari kayu maupun triplex diberi
alas berupa kain maupun kardus.
i. Barang berat dan besar di bagian bawah, barang
ringan dan kecil di atas. Hal ini berkaitan dengan penyusunan barang yang
bertujuan untuk menjaga kualitas barang.
j. Barang – barang kecil yang sejenis dan mudah
dicuri diletakkan ditempat khusus yang aman atau terkunci. Barang-barang
seperti berkas-berkas penting haruslah disimpan di tempat yang aman, serta
tidak mudah terbakar atau bisa terlindung dari air.
Aspek
lain yang tidak kalah penting dalam pemeliharaan barang agar barang dapat siap
digunakan kapan saja adalah dengan adanya pengawasan (stock opname). Maka dari itu perlulah beberapa cara untuk
memudahkan pengawasan.
Barang-barang
disimpan menurut jenisnya, oleh karenanya dalam penyimpanan harus dikelompokan,
dengan memperhatikan prosedur sebagai berikut: a. Mengelompokan golongan barang
b. Mengelompokan jenis barang
c. Mengelompokan
sub golongan barang
d. Mengelompokan article
e. Mengelompokan merek atau cap gudang