KELAS DARING
KELAS XI SEMESTER GENAP 2019/2020
SMK NEGERI 2 BAGOR
NAMA KELAS : XI ATPH - 1, 2 DAN 3
NAMA GURU :
ANA KUSMA SANTI
JUDUL MATERI : KEGIATAN PEMBELAJARAN 7. MELAKSANAKAN
PENGENDALIAN GULMA TANAMAN BUAH SEMUSIM
MATERI :
1. Konsep dan Batasan Gulma
Gulma adalah
suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya dalam hal
ini pada tanaman buah semusim, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman
pokok/tanaman buah semusim atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area)
yang tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan
tanaman lain yang ada di dekat atau
disekitar tanaman pokok tersebut (Ashton, 1991 lihat Dody.K ). Karena luasnya penyebaran, gulma mempunyai
berbagai nama sesuai dengan asal daerah dan negaranya seperti Weed (Inggris),
Unkraut (Jerman), Onkruit (Belanda), Tzao (Cina), serta banyak nama yang
lainnya. Pendapat para ahli gulma yang lain mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan
pengganggu, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian.
Oleh karena itu kehadiran gulma pada lahan
pertanian atau pada lahan agribisnis
dapat menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang
ditimbulkan gulma pada lahan tanaman
buah semusim ataupun tanaman pokok adalah sebagai berikut.
a.
Menurunkan
produksi akibat terjadinya kompetisi atau persaingan dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara
di dalam tanah, penangkapan cahaya,
penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.
b.
Menurunkan
mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian-bagian gulma
c.
Sebagian
besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan
zat atau cairan yang bersifat toksin
(racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan
tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah
allelopati.
d.
Menjadi
tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta
dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak
dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman
pokok/tanaman buah semusim.
e.
Mempersulit
pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
f.
Mengganggu
tata guna air
g.
Secara
umum, kehadiran gulma akan meningkatkan biaya usaha tani karena adanya
penambahan dipertanaman.
2.
Sifat-sifat Gulma
secara Umum
Setiap jenis tumbuhan
berpotensi menjadi gulma. Tumbuhan yang berpotensi sebagai gulma cenderung
mempunyai ciri khas tertentu yang memungkinkannya untuk mudah tersebar luas dan
mampu menimbulkan gangguan dan kerugian. Ciri khas dari pada gulma antara lain:
a.
Pertumbuhannya cepat,
b.
Mempunyai daya saing yang kuat dalam
memperebutkan faktor-faktor kebutuhan hidupnya,
c.
Mempunyai toleransi yang besar terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrem.
d.
Gulma dapat bertahan hidup dan tumbuh pada daerah
kering sampai daerah yang lembab bahkan tergenangpun masih dapat bertahan.
e.
Alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui
angin, air, maupun binatang, dan
f.
Bijinya mempunyai sifat dormansi yang
memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi yang kurang
menguntungkan.
3.
Penggolongan Gulma
Gulma dapat dibedakan menjadi beberapa golongan atau kelompok berdasarkan
kepada: bentuk daun, daerah tempat hidup (habitat), daur atau siklus hidup,
sifat morfologi, botani, dan
perkembangbiakan
a.
Pengolongan
gulma berdasarkan bentuk daun
Berdasarkan bentuk daun
dapat dibagi dua yaitu gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit.
1)
Gulma
berdaun lebar
Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun yang lebar
dan luas dan umumnya:
-
mempunyai
lintasan C3
-
nervatio
(pertulangan daun) menyirip
-
dari
kelompok Dicotyledoneae
-
bentuk
helaian membulat, bulat, oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal, dll. Contoh:Amaranthus spinosus L, Ageratum conyzoides
(bandotan), Eupatorium odoratum, Centella asiatica
2)
Gulma
berdaun sempit
Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun sempit dan
memanjang;
-
mempunyai
lintasan C4
-
nervatio
(pertulangan daun) linearis atau garis-garis memanjang.
-
dari
kelompok monocotyledoneae
-
bentuk
daun memanjang seperti pita, jarum, garis dll. contoh:Sprobolus poiretii, Cyperus rotundus, Imperata cylindrical.
b.
Penggolongan
Gulma berdasarkan Habitat
Berdasarkan habitat
atau tempat hidup maka gulma dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan
yaitu:
1)
Gulma
darat (terristerial weed) yaitu semua tumbuhan gulma yang hidup dan tumbuhnya
di darat, seperti: Imperata cylindrical, Melastoma malabathricum, dsb.Pada
gulma darat ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan lahan
atau arealnya seperti:
a)
Gulma
sawah tanaman palawija, contoh: Portulaca oleracea, Cyperus rotundus, dll
b)
Gulma
ladang, contoh: Leersea
hexandra, Imperata cylindrical, dll
c)
Gulma
kebun, contoh: Ageratum
conyzoides, Stachytarpita sp, dll
2)
Gulma
air yaitu semua tumbuhan gulma yang hidup, tumbuh dan berkembang biaknya
terjadi di dalam air, di daerah perairan atau ditempat yang basah dan
tergenang, Contoh: Eichornia crassipes, Hydrilla verticilata, Pistia
stratiotes, Nymphaea sp.
c.
Penggolongan
berdasarkan Daur Hidup
Berdasarkan daur hidup
(siklus hidup), gulma dapat dikelompokkan menjadi:
1)
Annual
(semusim)
Adalah tumbuhan gulma yang mempunyai daur hidup
hanya satu musim atau satu tahunan, mulai dari tumbuh, anakan, dewasa dan
berkembang biak. Contoh gulma semusim
adalah: Ageratum conyzoides, Stachytarpita sp.
2)
Biennial
(dua musim)
Yaitu
tumbuhan gulma yang
mempunyai daur hidup
mulai dari tumbuh, anakan, dewasa dan berkembang biak
selama dua musim tetapi kurang dari dua tahun. Contoh: Lactuca canadensis L.
3)
Perinnial
(gulma musiman atau tahunan)
Adalah tumbuhan gulma yang dapat hidup lebih
dari dua tahun atau lama berkelanjutan bila kondisi memungkinkan. Contoh;
Cyperus rotundus, Imperata cylindrical, dll
d.
Penggolongan
berdasarkan sifat morfologi
Menurut Tjitrosoedirdjo
et. al (1984), berdasarkan sifat morfologi, gulma dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu:
1)
Golongan
rumput-rumputan (grasses)
semua tumbuhan gulma yang berasal dari keluarga
Gramineae (Poaceae). Contoh dari gulma ini
banyak sekali dan ditemukan pada berbagai tempat, baik di areal tanaman
budidaya maupun di daerah yang terbuka, ; Eleusine
indica, Imperata cylindrica, Panicum repens, Leersea hexandra.
2)
Golongan
Teki-tekian (sedges)
Kelompok gulma ini adalah dari keluarga
Cyperaceae. Contohnya: Cyperus rotundus, Cyperus irinaria, dll.
3)
Golongan
gulma berdaun lebar (broad leaf weed)
Kelompok ini terdiri dari gulma yang berdaun
lebar (luas) contoh: Ageratum conyzoides,
Melastoma malabathricum, Phylanthus niruri, dll.
e.
Penggolongan
berdasarkan sifat botani
Menurut Triharso
(1994), berdasarkan sifat-sifat botaninya gulma dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu:
1)
Golongan
gulma Dicotyledoneae (berkeping dua)
contoh: Crotalaria sp, Melastoma malabathricum,
Phyllanthus niruri, Lantana camara
2)
Golongan
gulma Monocotyledoneae (berkeping satu), contoh: Imperata
cylindrical, Panicum repens, Dactyloptenium sp., Eragrostis amabilis, Cynodon
dactylon, cyperus rotundus, dll.
3)
Golongan
gulma Pteridophyta (pakis-pakisan), contoh: Neprolepsis
bisserata.
f.
Penggolongan
berdasarkan Perkembangbiakan Gulma
Berdasasarkan
perkembangbiakan (reproduksi) maka gulma dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu:
1)
Melalui
biji
Sebagian besar
gulma berkembangbiak dengan biji
dan menghasilkan jumlah biji yang sangat banyak seperti biji pada
Amaranthus spino sus, Cynodon dactylon,
Eragrostis amabilis.
2)
Stolon
Adapula gulma yang dapat membentuk individu
baru dengan stolon yaitu bagian batang menyerupai akar
yang menjalar di atas permukaan tanah. Contoh: Paspalum conjugatum, Cynodon dactylon,
dll.
3)
Rhizome
(akar rimpang)
batang beserta bagian-bagiannya yang manjalar
di dalam tanah, bercabang-cabang, tumbuh mendatar dan pada ujungnya atau pada
buku dapat muncul tunas yang membentuk individu baru. Contoh: Imperata cylindrica.
4)
Tuber
(umbi)
Umbi merupakan pembengkakan dari batang atupun akar yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan atau penimbun makanan cadangan, sehingga umbi
tersebut bisa membesar. Pada beberapa bagian dari umbi tersebut terdapat titik
(mata) yang pada saatnya nanti bisa muncul atau keluar tunas yang merupakan
individu baru dari gulma tersebut. Contoh: Cyperus rotundus, Cyperus irinaria,
dst.
5)
Bulbus
(umbi lapis)
Bulbus termasuk umbi yang merupakan tempat
menyimpan makanan cadangan tetapi bentuknya
berlapis-lapis. contoh: Allium veneale (bawang-bawang).
6)
Dengan
daun
Pada beberapa jenis gulma juga dapat
berkembangbiak dengan daunnya yang telah
dewasa. Daun ini berbentuk membulat ataupun oval, pada pinggir daun bergerigi
atau terdapat lekukan yang nantinya tempat muncul tunas menjadi individu baru.
Contohnya: Calanchoe sp (cocor bebek),
Ranunculus bulbasus.
7)
Runner
(Sulur)
Stolon yang keluar dari ketiak daun dimana
internodianya (ruas) sangat panjang, membentuk tunas pada bagian ujung. Contoh:
Eichornia crassipes.
8)
Spora.
Gulma berkembang biak dengan spora, dimana spora ini bila telah matang dapat diterbangkan oleh angin. Contoh gulma
ini kebanyakan dari keluarga paku-pakuan seperti: Nephrolepsis bisserata,
Lygopodiu sp, dll. Dari penggolongan tersebut diatas dapat diketahui suatu
populasi gulma di suatu areal agribisnis tanaman buah semusim biasanya yaitu
melalui identifikasi sebarapa banyak,
dan berapa jenisnya.
4. Perilaku gulma
Kebaradaan gulma disekitar tanaman buah semusim tidak
dapat dihindarkan, apalagi lahan pertanaman buah semusim tersebut tidak
dikendalikan dengan benar maka akan terjadi persaingan. Ada beberapa jenis
persaingan antara lain:
a. Persaingan antara gulma dan tanaman yang dibudidayakan
b. Persaingan untuk Cahaya
c. Persaingan untuk Nutrisi
d. Persaingan untuk Air
e.
Persaingan untuk CO2
5.
Pengamatan Gulma
Pengamatan yang harus dilakukan pada gulma yang
ada dikebun dapat melalui pengamatan morphologis, perkembangbiakan, maupun
siklus hidupnya yaitu melakukan
idenetifikasi terlebih dahulu, baru kemudian menentukan jenis dan jumlah
gulmanya.
Pengamatan bisa dilakukan pada sebuah populasi
atau sampel. Sampel adalah bagian populasi yang terpilih untuk diteliti dimana
ciri dan kharakteristiknya dianggap mewakili populasi tersebut. Ada beberapa
cara penarikan sampel diantaranya adalah pengamatan secara
teratur dengan menentukan beberapa tanaman contoh sebagai obyek pengamatan yang
mewakili tanaman lainnya, atau secara acak (random).
Salah satu cara penentuan tanaman contoh untuk diamati,
adalah secara diagonal, yakni tanaman yang diamati berada pada garis diagonal
didalam petak/blok pengamatan yang telah terlebih dahulu ditentukan. Petak-petak pengamatan
ini dibuat dengan memperhatikan kondisi keseluruhan populasi tempat pengambilan
data sehingga peletakan dari petak-petak pengamatan yang dibuat harus tersebar
pada seluruh areal. Penentuan ukuran petak-petak pengamatan ini dengan
menggunakan kurva spesies area. Ukuran petak contoh yang dibuat sebesar 2 x 2 m
sebanyak 20 plot untuk tiap luasan pertanaman Jeruk.Pengamatan
yang harus dilakukan pada gulma yang ada dikebun dapat melalui pengamatan
morphologis, perkembangbiakan, maupun siklus hidupnya yaitu melakukan idenetifikasi terlebih
dahulu, baru kemudian menentukan jenis dan jumlah gulmanya.
Pelaksanaan kegiatan identifikasi gulma dalam
rangka melihat jenis gulma apa saja yang tumbuh dan berkembang di kebun antara
lain sebagai berikut:
a. Menyiapkan format
pengamatan yang berisi tentang: Nama Latin, Nama Umum, Akar, Batang, Daun,
Bunga, Tinggi, Habitat, Siklus hidup, Perkembangbiakan, Kerugian yang ditimbulkan,
dan gambar gulma (format identifikasi
morfologi gulma)
b. Setelah data morfologi
gulma diperoleh kemudian dicocokkan dengan buku identifikasi gulma. Baru
kemudian kita bisa menentukan nama gulma tersebut
c. Melakukan kegiatan
inventarisasi yaitu: Kegiatan utk melakukan pendataan, pencatatan, dan
pelaporan hasil pendataan gulma, gulma
hasil identifikasi diinventarisasi
dengan format inventarisasi gulma ( Format inventarisasi gulma)
6. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma harus
memperhatikan teknik pelaksanaan di lapangan (faktor teknis), biaya yang
diperlukan (faktor ekonomis), dan kemungkinan dampak negatif yang
ditimbulkannya.
a.
Konsep
Ambang ekonomi
Pengendalian
gulma dilakukan dengan pendekatan konsep ambang ekonomis. Artinya, selama
kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari
biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya maka pengendalian tidak
perlu dilakukan. Untuk mendapatkan hasil pengendalian yang baik, perlu
diterapkan sistem pengendalian terpadu. Hal tersebut dilakukan dengan
pengelolaan populasi gulma yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang
sesuai-sekompatibel mungkin. Hal ini bertujuan untuk mengurangi populasi gulma
dan mempertahankannya di bawah ambang populasi gulma yang dapat mengakibatkan
kerusakan ekonomi.
b.
Cara
dan Waktu Pengendalian
Pengendalaian gulma
dapat dilakukan dengan banyak cara tetapi pada umumnya dibedakan menjadi teknik
pengendalian gulma secara mekanis/fisik, teknik pengendalian gulma secara kimia
dengan menggunakan herbisida, dan pengendalian secara terpadu.
1)
Teknik
pengendalian gulma secara mekanis /fisik
a)
Teknik ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
·
Pengendalian gulma dengan cara dicabut
Pengendalian gulma dengan cara ini biasa jarang
dilakukan di agribisnis besar kecuali pada agribisnis rakyat yang pemilikan
luasan kebunnya relatif sempit. Cara ini dapat dilakukan di sekitar pohon
tanaman buah semusim dan biasanya kombinasi dengan pemakaian alat tangan.
·
Pengendalian dengan cara dikored
Pengendalian gulma dengan cara dikored ini
menggunakan alat berupa kored dan sangat praktis dilakukan pada tempat yang tidak
terjangkau dengan alat berat maupun herbisida terutama di antara barisan
tanaman atau pada bedengan. Pengendalian gulma dengan cara ini juga hanya
efektif pada jenis gulma semusim/setahun atau dua tahunan dan tidak efektif
pada jenis gulma tahunan yang mempunyai organ perbanyakan vegetatif. Cara ini
hanya memotong bagian gulma yang ada di atas tanah, sehingga organ perbanyakan
vegetatif gulma yang berada di dalam tanah dapat tumbuh kembali di lahan
tersebut.
·
Pengendalian gulma
dengan cara dipotong dengan sabit atau dengan mesin pemotong rumput
Pengendalian gulma dengan cara ini hanya
bersifat untuk merapikan tumbuhnya gulma. Pengendalian ini harus dilakukan
secara berulang-ulang dengan interval waktu minimal satu bulan sekali atau 2
minggu sekali terutama pada musim penghujan.
·
Pengendalian gulma dengan cara dicangkul
Pengendalian gulma dengan cara dicangkul atau
dibajak merupakan pengendalian yang cukup praktis pada jenis gulma
semusim/setahun, dua tahun dan tahunan. Pengendalian gulma dengan cara ini dapat
dilakukan pada saat melakukan pembukaan lahan atau pengolahan tanah dan saat
lahan sudah ada tanaman budidaya dapat dilakukuan dapat dengan cara penyiangan menggunakan cangkul
saja. Pengendalian gulma jenis semusim/setahun dengan cara dicangkul atau dibajak
ini cukup dengan mencangkul bagian gulma yang berada di atas tanam saja.
Sedangkan untuk gulma dua tahunan dapat dilakukan dengan mencangkul bagian
gulma yang ada di atas tanah dan mahkotanya. Jenis gulma ini dapat dilakukan
dengan mencangkul bagian gulma yang berada diatas tanah.
b)
Peralatan
yang digunakan
Sebelum kita melakukan
pengendalian gulma baik secara mekanik, hendaknya kita persiapkan semua
peralatan yang dibutuhkan untuk menunjang kelancaran dalam pelaksanaan
pengendalian gulma tersebut. Alat-alat yang dibutuhkan dalam pengendalian
secara mekanis diusahakan alat tersebut dalam keadaan baik dan siap pakai, agar
dalam melakukan kegiatan tidak terajdi kendala yang diakibatkan kurang baiknya
alat yang digunakan. Dalam melaksanakan pengendalian gulma, hendaknya kita mengetahui cara-cara
pelaksanaan pengendalian gulma tersebut seperti: mencabut gulma, mengored
gulma, mencangkul gulma dan mengoperasikan mesin pemotong rumput. Adapun
peralatan mekanik dapat dilihat dalam gambar
berikut
c) Waktu
pengendalian
Pada pertumbuhan tanaman terdapat suatu periode
yang peka terhadap gangguan dari luar, dalam hal ini peka terhadap oleh
gangguan dari guima, periode tersebut dikatakan dengan periode kritis.
Tumbuhnya gulma disekitar tanaman baik dalam jumlah sedikit maupun banyak akan
mempengaruhi sekali terhadap pertumbuhan mau hasil akhir dari tanaman budidaya.
Dengan demikian pada periode kritis tersebut gulma yang tumbuh di sekitar
tanaman budidaya hendaknya dilakukan pengendalian agar tidak memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan. Kita harus mengetahui
saat priode kritis suatu tanaman, agar dapat menentukan saat melakukan
pengendalian gulma yang paling tepat dan mendapat hasil yang sangat efektif.
Periode kritis pada tanaman terbagi dalam beberapa fase diantaranya yaitu awal
pertumbuhan, pembentukan promordia bunga, pembungaan dan pembentukan buah serta
pembesaran buah. Gulma yang menyerang pada awal pertumbuhan akan mengakibatkan
menurunnya laju pertumbuhan tanaman. Pada fase pembentukan promordia bunga,
gulma dapat mengurangi jumlah bunga yang terbentuk, sedangkan pada pembungaan
dan pembentukan buah serta pembesaran buah gulma dapat mempengaruhi terhadap
jumlah bunga yang terbentuk menjadi buah. Pada pembesaran buah, gulma sangat
berpengaruh terhadap kualitas buah yang dihasilkan. Gulma yang tumbuh disekitar
tanaman sangat mempegaruhi sekali dalam fase-fase tersebut, hal ini disebabkan
karena gulma dengan tanaman yang dibudidayakan akan bersaing dalam penerimaan
bebagai unsur, baik itu cahaya, air maupun unsur hara, akibatnya keberadaan
gulma pada periode kritis tanaman budidaya tersebut akan berpengaruh terhadap
keberlangsungan pertumbuhan tanaman. Pengendalian gulma yang dilakukan pada
periode kritis akan memberikan keuntungan diantaranya yaitu, dalam frekuensi
pengendalian gulma akan sangat terbatas pada masa periode kritis tersebut. Hal
ini akan mengurangi dalam biaya produksi untuk pengendalian gulma.
2)
Pengendalian
secara kimia
Pengendalian gulma secara kimia Untuk
tanaman buah semusim jarang dilakukan namun untuk menambah wawasan peserta
didik akan diberikan secara garis besar.
Pengendalian secara kimia biasanya menggunakan
herbisida, cara ini mempunyai kelebihan diantaranya:
· Lebih menghemat dalam
waktu pelaksanaan pengendalian
· Tidak memperlukan
banyak tenaga kerja.
Kelemahannya dari cara
ini antara lain:
· Apabila pengetahuan dan
teknik pengendalian kurang menimbulkan dampak negate terhadap lingkungan
· Terjadinya sifat
ketahanan gulma
· aplikasi herbisida
tidak dapat menjangkau pada tempat tumbuhnya gulma diseputar lubang tanam atau
tajuk tanaman utama.
Herbisida dibagi
menjadi beberapa kelopok antara lain:
a)
Herbisida
berdasarkan cara kerjanya dapat
dibedakan:
-
Herbisida
kontak dan - Harbisida sistemik
b)
Herbisida selektif
-
Selektifitas
Fsiologis - Selektivitas Posisional
-
Selektivitas
Fisik - Selektivitas karena teknik Aplikasi
c)
Herbisida menurut sifat dan
kimiawinya
-
Herbisida
an-organik - Herbisida organik
d)
Dosis
herbisida dan kalibrasi alat semprot
·
Dosis
Dosis herbisida/ha yang digunakan untuk
pengendalian gulma sangat tergantung dari jenis gulma sasaran. Untuk
kepraktisan di lapangan, dosis tersebut harus dikonversi menjadi konsentrasi
dan volume larutan semprot. Untuk keperluan tersebut, terlebih dahulu harus
dilakukan kalibrasi alat semprot, nozel, dan kecepatan jalan untuk mengetahui
kebutuhan volume semprot per ha. Selanjutnya, konsentrasi larutan semprot
dihitung dengan memakai data dosis per ha dan kebutuhan volume larutan semprot
per ha.
·
Kaliberasi
Untuk memperoleh hasil penyemprotan yang
efektif dan efisien, sebelum dilakukan penyemprotan herbisida di lapangan
perlu dilakukan kalibrasi alat. Tujuannya agar diperoleh dosis dan konsentrasi
yang tepat sesuai dengan rekomendasi. Alasan dilakukannya kalibrasi pada alat
ini sebagai berikut.
-
Kecepatan jalan penyemprot sangat dipengaruhi oleh
kondisi areal yang akan disemprot.
-
Alat (terutama nozel) akan mengalami keausan setelah
pemakaian beberapa kali sehingga volume semprot berubah.
Berikut
adalah contoh kalibrasi untuk mengetahui volume semprot (liter/ha blanket).
·
Ukur lebar semprotan rata-rata (m) (=A)
·
Ukur jarak jalan (m) oleh operator selama 1 menit (=B)
·
Ukur output semprot atau flow rate (liter/menit) pada tekanan
pompa optimum (1 kg/cm2) (=C)
Volume semprot (D) diperoleh dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
Contoh perhitungan:
A = rata-rata
lebar semprotan yaitu 1,5 m.
B = rata-rata jarak jalan
operator semprot adalah 8,o m per 10 detik (48,0 m/menit).
C = rata-rata output
semprotan yaitu 1,6 liter/menit.
D = volume semprot (1/ha)
Selanjutnya, kebutuhan bahan herbisida untuk satu tangki
alat semprot (Solo atau RB 15) yang berisi 15 l dapat dihitung bila dosis herbisida
telah ditentukan. Contoh perhitungan:
Pemakaian Amyphosate 480 AS untuk penyemprotan
alang-alang sheet
membutuhkan dosis 6,01/ha blanket, sedangkan volume
semprot 222 lt/ha blanket. Berapakah Amyphosate 480 AS yang dibutuhkan dalam
volume 15 lt(volume isi tangki alat semprot) ?
Kebutuhan Amyphosate 480
AS
= 405 ml
e) Peralatan
dalam Pengendalian Bahan kimia
Pada prinsipnya dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu:
-
Sprayer manual - Sprayer tenaga mesin
f)
Waktu
Aplikasi Herbisida
·
Waktu
aplikasi herbisida pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok sebagai
berikut:
-
Herbisida
pra-tumbuh (pre-emergence herbicides), yakni
herbisida yang diaplikasikan sebelum gulmanya tumbuh
-
Herbisida
pasca-tumbuh (post-emergence herbicides),
yakni herbisida yang diaplikasikan sesudah gulma tumbuh
-
Herbisida
pasca tumbuh awal (early post emergence) yang
diaplikasikan sebelum gulma tumbuh hingga awal pertumbuhan gulma (gulma berdaun
3 - 4 helai)
·
Dilihat
dari tanaman pokoknya, saat aplikasi herbisida antara lain sebagai berikut.
-
Disebut
aplikasi pra-tanam (pre planting) apabila herbisida diaplikasikan sebelum
penanaman dilakukan.
-
Aplikasi
pasca-tanam (post planting) apabila herbisida diaplikasikan di lahan yang sudah
ada tanamannya.
7. Perencanaan Usaha Pengendalian gulma
Perencanaan adalah suatu proses pemilihan dan
pengembangan daripada tindakan yang paling paling baik/menguntungkan untuk
mencapai tujuan. Tujuan dalam usaha pengendalian gulma adalah meminimalkan
kondisi pertanaman buah semusim tidak terjadi persaingan dengan gulma sehingga
pertumbuhan dan hasil tanaman buah semusim diperoleh secara optimal, serta
pelaksanaan pengendalian gulma dapat dilakukan secara efektif dan efiesien
dalam menggunakan sumber daya sehingga secara ekonomis menguntungkan perusahaan
dan secara umum berdapak positip kepada lingkungannya.
Perencanaan usaha pengendalian gulma meliputi
beberapa kegiatan antara lain:
a.
Merencanakan
pengambilan dan pengumpulan data Kualitas dan
kuantitas serangan (seperti:jenis-jenis gulma yang dominan dan berpotensi merugikan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman buah semusim, dan jumlah serangan dari masing-masing jenis
gulma).
b.
Menginventarisasi,
menganalisis dan menetapkan data/informasi tentang kualitas dan kuantitas
serangan gulma
c.
Menentukan
cara, jumlah, waktu, dan metode pemberantasan gulma yang berpotensi merugikan
bagi pertumbuhan dan produksi tanaman buah semusim. (format )
d.
Merencanakan
pelaksanaan pengendalian gulma dengan cara, jumlah, waktu, dan metode pemberantasan gulma yang telah
ditetapkan
e.
Memberikan
perencanaan solusi-solusi apabila terjadi masalah-masalah.
f.
Melakukan
pelaporan hasil perencanaan pengendalian gulma (Format )
g.
Mengevaluasi
perencanaan yang telah dilakukan
8. Pengendalian gulma/menyiang pada tanaman buah semusim
a.
Pengendalian gulma pada tanaman semangka
Pengendalian gulma atau sering disebut menyiang pada
budi daya semangka bisa dibedakan berdasarkan penggunaan MPHP dan tanpa
penggunaan MPHP. Pengendalian gulma/penyiangan pada
lahan yang tanpa menggunakan MPHP biasanya dilakukan dengan kegiatan
pendangiran dengan tujuan menutup dengan tanah pada bagian perakaran
akibat dari erosi
penyiraman dan hujan, selain meningkatkan tanah disekitar perakaran
menjadi lebih gembur.Perlu diperhatikan jangan sampai melakukan pendangiran melukai akar
tanaman karena dapat menyebabkan infeksi bibit penyakit. Pengendalian
gulma/penyiangan dilakukan minimal 2
kali per musim tanam,untuk yang tanpa MPHP frekuensinya relatif lebih tinggi. Gulma yang biasa tumbuh antara lain: bayam duri (Amaranthtus sp.),badotan (Ageratum conyzoides),krokot (Portulaca oleracea), rumput belulang (Eleusine indica), rumput
grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalum sp.), dan
teki (Cyperus sp.).