KELAS
DARING
KELAS
XI SEMESTER GENAP 2019/2020
SMK
NEGERI 2 BAGOR
NAMA
KELAS : XI ATPH – 3
NAMA
GURU : ANA
KUSMA SANTI
JUDUL
MATERI : KEGIATAN PEMBELAJARAN 17. PENENTUAN
KOMODITAS TANAMAN BUAH SEMANGKA YANG AKAN DIUSAHAKAN
MATERI :
URAIAN MATERI
1.
Kelayakan
teknis
Untuk menentukan tanaman yang akan dipilih
sebagai sarana agribisnis salah satu pertimbangan yang digunakan adalah hasil
studi aspek teknis, aspek ini sebagian
besar adalah kondisi riil yang ada di
alam dan merupakan daya dukung untuk
kegiatan agrisbis tersebut, antara lain meliputi;
a. Lokasi
1) Letak
lokasinya apakah di Pulau jawa atau di luar jawa? Kalau dipulau jawa, seperti kalau memilih lokasi di jawa tengah
dan jawa timur yang relatif padat
penduduknya akan mempengaruhi luasan yang akan diusahakan dan ini akan
berpengaruh pada hasil akhirnya, biasanya yang dipilih
cenderung termasuk tanaman buah semusim seperti semangka, melon, timun suri, dll.
2) Elevasi
tanah/permukaan tanah dari atas permukaan laut harus
diukur dengan benar karena tanaman
tertentu memperlukan persyaratan tersebut, seperti tanaman buah stroberi
membutuhkan ketinggian diatas 1000 meter
di atas permukaan laut (dpl).
3) Topografi areal ialah keadaan muka bumi pada suatu daerah juga dapat
mempengaruhi pemilihan jenis tanaman seperti pada tanaman buah semusim
membutuhkan areal yang relatif datar sehingga penanganannya mudah dan lancar.
b.
Iklim
Tanaman
menuntut jenis iklim tertentu. Tidak semua tanaman dapat ditanam di sembarang
tempat pada iklim yang berbagai macam. Sebaliknya pada iklim tertentu (yang
sama) tidak semua jenis tanaman dapat hidup/produktif ditempat tersebut. Untuk
menyelesaikan lingkaran hidupnya, tanaman membutuhkan jumlah panas dan jumlah
air sesuai dengan kebutuhannya. Setiap jenis dan
varietas harus disesuaikan dengan panjang penyinaran seperti tanaman melon atau
semangka membutuhkan panjang penyinaran ± 11 jam dibanding tanaman yang lain.
Dan kebutuhan jumlah airnya tinggi tetapi apabila pada jumlah curah hujannya
yang tinggi tanaman tersebut justru kurang baik karena proses pertumbuhannya
lambat dan waktu panennya juga akan mundur.
Suatu
tempat, walaupun tanah dan pemeliharaannya sama, belum tentu hasil setiap
tahunnya akan sama, hal ini semata-mata disebabkan karena keadaan cuaca saja.
Kurang lebih 30% produksi panenan tergantung dari keadaan cuaca, kadang bahkan
panenan bisa gagal total hanya karena akibat cuaca buruk, termasuk banjir,
erosi dan lain sebagainya. Cuaca tidak hanya
mempengaruhi kuantitas produksi (jumlahnya) melainkan juga kualitas produksi
(mutunya). Karena perbedaan cuaca itulah, dalam satu tahun, tidak semua
produksi tanaman kuantitas/kualitasnya sama baik/buruknya hal ini akan saling
berbeda. Cuaca tidak hanya mempengaruhi
produksi secara langsung, melainkan ada yang tidak langsung, misalnya akan
timbul hama dan penyakit.
Seperti yang
telah dilakukan pada kegiatan studi
kelayakan, data-data iklim seperti suhu, sinar matahari, curah hujan, angin, kelembaban dan tingkat penguapan pada
calon areal agribisnis buah semusim yang telah diperoleh sebagai dasar untuk
memberikan alternatif-alternatif jenis
komoditas yang akan ditanam. Selain itu dapat juga diberikan gambaran jenis
komoditas mana yang resikonya kecil dan besar, komoditas mana yang
menguntungkan dan sangat menguntungkan, keuntungan dapat dilihat dari aspek
profit maupun sosial.
c.
Keadaan lahan/tanah
Lahan
merupakan media tempat tumbuh bagi tanaman. Lahan adalah alat produksi untuk
menghasilkan hasil pertanian/buah, tanpa lahan tanaman buah tidak akan ekonomis
untuk diusahakan secara komersial. Sebegai alat produksi maka lahan dalam hal
ini tanah sebagai tempat tegak tanaman, tempat untuk persediaan unsur-unsur makanan tanaman, tempat persediaan air bagi
tanaman dan udara sehingga akar dapat bernapas dan menghisap makanan dari dalam
tanah. Oleh sebab itu lahan harus
disediakan sesuai peruntukkannya. Informasi dan kondisi riil tanah merupakan
faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu tanaman yang akan
diusahakan. Informasi tersebut bisa dilakukan dengan pengamatan langsung
seperti kondisi topografi, geografi, dll,
namun untuk melihat sifat fisik, kimia dan biologi tanah (kedalaman
solum, ketinggian muka air tanah, tekstur, struktur, konsistensi,
permeabilitas, dan keasaman) perlu adanya penelitian laboratorium. Selain itu
diperlukan juga persyaratan tanaman mengenai kondisi lahan yang diinginkan,
apakah tanah tersebut dalam katagori baik, kurang baik, atau tidak baik untuk
tanaman yang dipilih. Dapat juga disajikan dengan kriteria kesesuaian lahan
seperti kesesuaiannya tinggi,
sedang, terbatas dan tidak sesuai
Setiap
pengusaha tanaman pasti ingin mencari hasil kuantitas dan kualitas yang
setinggi-tingginya. Pengaruh faktor lingkungan seperti iklim khususnya jumlah
curah hujan per tahun dan keadaan tanah sangat dominan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman.
2.
Aspek Pasar
Setiap usaha yang akan dijalankan harus
memiliki pasar yang jelas. Dalam aspek pasar dan pemasaran, hal-hal yang perlu
dicermati adalah;
·
Ada-tidaknya
pasar (konsumen)
·
Seberapa
besar pasar yang ada
·
Peta
kondisi pesaing, terutama untuk produk yang sejenis
·
Perilaku
konsumen
·
Strategi
yang dijalankan untuk memenangkan persaingan dan merebut pasar
yang ada.
Untuk mengetahui ada tidaknya pasar dan
seberapa besarnya pasar, serta perilaku konsumen, maka perlu dilakukan
pengamatan pasar, dengan cara:
-
Melakukan survey dengan terjun langsung ke
pasar untuk melihat kondisi pasar yang ada. Dalam hal ini untuk mengetahui
jumlah pembeli dan pesaing.
-
Melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang
dianggap memegang peranan. Dalam hal ini melakukan wawancara kepada pesaing
secara diam-diam.
-
Menyebarkan kuesioner ke berbagai calon
konsumen untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen saat ini. Dalam hal
ini untuk mengetahui jumlah konsumen, daya beli dan selera. (Lihat Form
kuesioner aspek pasar di bagian lembar
kerja ini)
Permintaan pasar pada dasarnya menunjukkan
besarnya kuantitas permintaan konsumen atas produk, segmentasi pasar juga
merupakan bagian penting dalam menetukan
golongan konsumen yang potensial,
dan persaingan dari perusahaan lain, merupakan unsur -unsur yang penting
dalam menetukan perilaku pasar dalam hal
ini sebagai pertimbangan untuk menentukan produk komoditas yang akan ditawarkan.
3.
Kelayakan
Ekonomis
Tujuan utama dari suatu usaha adalah memperoleh keuntungan atau laba finansial. Karena itu,
penentuan layak tidaknya suatu rencana usaha akan ditentukan oleh
perhitungan-perhitungan dalam analisis ekonomis. Apabila analisis kelayakan
dilakukan dengan benar dan hasilnya menunjukkan layak untuk dilaksanakan, maka
pelaksanaannya jarang mengalami kegagalan. Kecuali analisis kelayakan usaha
dilakukan dengan data yang tidak benar
dan atau karena adanya faktor- yang tidak terkontrol misalnya terjadi bencana alam.
a. Pembiayaan, biaya dikelompokkan menjadi :
1) Fixed Cost (biaya tetap), yaitu biaya yang besarnya tidak berubah walaupun
terjadi penambahan pada volume produksi, contohnya : gaji dan tunjangan, peralatan/perlengkapan (sprayer, cangkul, bak
penampung air, gembor dsb), biaya penyusutan (depreciation), biaya perawatan
mesin dan gedung, biaya perijinan, bunga kredit, asuransi, pajak perusahaan,
dan biaya tak terduga, dan lain-lain.
2) Variabel Cost (biaya tidak tetap), yaitu: biaya yang besarnya berubah
sesuai dengan penambahan dari volume produksi.
Contohnya : sarana produksi (bibit, pupuk dan obat -obatan) dan Upah harian tenaga kerja.
3) Modal investasi, yaitu modal yang dipergunakan untuk keperluan pengadaan
atau pembelian fasilitas yang tidak langsung habis pakai, namun apablia akan
digantipun dalam waktu relatif lama. Termasuk kedalam kelompok
modal investasi adalah: tanah, bangunan, mesin, peralatan pabrik, perijinan,
pengadaan alat-alat transportasi, peralatan kantor, perabot kantor, instalasi
air dan listrik dan lain lain.
4) Modal kerja, yaitu: modal yang dipergunakan untuk membiayai keseluruhan
kegiatan agar usaha berjalan lancar sesuai dengan rencana setelah investasi
dianggap memadai. Termasuk kedalam kelompok modal kerja antara lain: bahan
baku, bahan penolong, bahan bakar dan bahan pelumas, bahan pembungkus
(packing), bahan untuk pembersih air (zat kimia), gaji, lembur, biaya
administrasi, dan lain-lain.
b. Pendapatan
Pendapatan suatu usaha
meliputi semua produk atau unsur yang dapat dijual dari kegiatan usaha
tersebut. Produk atau unsur yang dapat dijual tidak hanya produk utama, namun
dapat juga produk afkir atau produk ikutan yang dapat berupa limbah. Untuk
dapat menghitung pendapatan haruslah mampu menghitung harga pokok per unit dan
harga jual. Perkiraan Laba Perusahaan
Biaya Overhead, meliputi:
-
Bahan penolong/pembantu - Biaya
tenaga kerja tak langsung
-
Biaya pemeliharaan - Biaya penyusutan (Depresiasi)
Kapasitas Normal,
diperkirakan 10% lebih kecil dari hasil yang diramalkan.
Pada tahun pertama
sejak beroperasi komersial misalkan mula-mula perusahaan bekerja dengan
kapasitas 50% untuk triwulan pertama, 75% untuk triwulan kedua dan 100%
untuk keempat dan seterusnya.
Laba untuk pertama,
pajak pendapatan = X%
= (75% ramalan) (% pajak)
(Harga jual - Harga pokok)
Laba untuk tahun kedua
dan seterusnya.
= (kapasitas normal) (%
pajak) (Harga jual - Harga pokok).
c. Penyusutan (Depresiasi)
Untuk berjalannya suatu
kegiatan usaha diperlukan pengadaan fasilitas kantor, peralatan, gedung ataupun
lainnya yang sejenis. Fasilitas-fasilitas tersebut pada waktu tertentu habis
masa pakainya karena usang/rusak, sehingga harus diganti. Untuk itu sebelum
saatnya diganti, perlu menyisihkan dana setiap bulan untuk pengadaan fasilitas.
d. Bagaimana kita menilai kelayakan usaha yang direncanakan?
Untuk menilai apakah suatu
usaha yang direncanakan layak (feasible) atau tidak dilaksanakan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui analisis
ekonomis/finansial. Ada beberapa kriteria yang umumnya digunakan, seperti : Break
Event Point (BEP) dan net benefit cost ratio (Net B/C).
Break Even Point (BEP) atau titik pulang pokok,
yaitu suatu keseimbangan di mana pada titik tersebut jumlah hasil penjualan
sama dengan jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga perusahaan yang
bersangkutan pada tingkat omzet dan biaya-biaya tersebut di atas tidak
memperoleh laba maupun rugi.
Analisis net B/C merupakan
perbandingan antara presen value dari arus kas bersih dengan present value
investasi yang dikeluarkan. Net B/C sering juga disebut sebagai profitability
indeks. Kriteria penilaian dilakukan sebagai berikut: jika net B/C .> 1,
maka usaha yang direncanakan layak untuk dilaksanakan, dan jika net B/C < 1
maka usaha yang direncanakan tidak layak untuk dilaksanakan.
4.
Aspek Hukum
Aspek yang tidak kalah penting dari tahapan
analisis dalam studi kelayakan agribisnis adalah aspek hukum.
Usaha, dalam bentuk apa pun, memerlukan keabsahan legalitas karena
faktor ini yang menentukan keberlanjutan hidupnya. Sebaik apa pun prospek
bisnis, secanggih apa pun teknologi produksi dan operasi, seprofesional apa pun
personalia, dan sesolid apa pun sumber keuangannya, namun jika legalitas usaha
tidak ada atau tidak dapat diperoleh dari otoritas pemerintah melalui
instansi/departemen terkait, usaha tersebut tidak akan dapat beroperasi secara
berkelanjutan Sebelum melakukan investasi di suatu daerah/wilayah secara
simultan, pada saat menganalisis aspek-aspek studi kelayakan di awal
pra-studi, terlebih dahulu dilakukan
identifikasi tentang peraturan hukum dan ketentuan-ketentuan
legalitas/perizinan yang berlaku di daerah/wilayah tersebut, seperti: bentuk
usahanya perorangan, koperasi, firma, atau perseroan; legalitas usaha dan
proses perijinannya; pengelolaan lingkungan dan lain lain. Dari berbagai
analisis tersebut diatas (teknis, pasar, ekonomis, dan hukum) diharapkan dapat mengantarkan pemilihan atau
penentuan jenis tanaman yang lebih akurat sehingga dalam melakukan agribisnis
lebih maksimal hasilnya.