Selasa, 07 April 2020

ATB KELAS XI ( KP 9 MELAKSANAKAN PENGENDALIAN HAMA TANAMAN BUAH SEMUSIM, ANA KUSMA SANTI, SE )


KELAS DARING
KELAS XI SEMESTER GENAP 2019/2020
SMK NEGERI 2 BAGOR

NAMA KELAS            :    XI ATPH - 2, XI ATPH - 1
NAMA GURU             :    ANA KUSMA SANTI
JUDUL MATERI         :    KEGIATAN PEMBELAJARAN 9. MELAKSANAKAN PENGENDALIAN HAMA TANAMAN BUAH SEMUSIM

MATERI                    :
1.     Jenis hama, Gejala Kerusakan, dan Cara Pengendalian
Berbagaijenis hama yang menyerang tanaman buah semusim,dan berbagai kerusakan yang diakibatkan serangan serta cara pengendalian yang dilakukan akan disajikan berikut ini:
a.     Hama Pemotong Bibit
Pada fase pembibitan sampai seminggu setelah pindah tanam di lahan, tanaman banyak terserang hama pemotong. Hama ini menyerang dengan cara memotong pangkal batang dan terdapat luka bekas gigitan serangan. Apabila bibit atau tanaman muda yang terpotong ini utuh, kemungkinan penyebabnya adalah gangsir (Brachytrypes portentosus Licht.), sedangkan bila bagian tanaman yang terpotong terlihat dimakan maka kemungkinan penyebabnya adalah ulat pemotong (cut worm) yang biasa dise­but sebagai ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.). Intensitas serangan ulat pemotong ini jauh lebih besar daripada gangsir sehingga dianggap lebih berbahaya.
Cara pengendalaian: Untuk mengendalikan hama pemotong bibit dapat dilaku­kan hal-hal sebagai berikut.
1)    Jaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan semua gulma yang ada.
2)   Pembalikan dan pencacahan tanah pada waktu pengolahan tanah harus dilakukan secara sempurna agar sisa-sisa kepompong atau imago hama benar-benar musnah.
3)    Secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida, misalnya Decis 2,5 EC (deltamethrin),besarnya konsentrasi  ikuti petunjuk penggunaan dalam label kemasan.
b.     Kutu Trips (Thrips palmi Karny)
Thrips merupakan sejenis serangga berukuran sangat kecil yaitu hanya 1-2mm. Hama ini termasuk polyfag, artinya hama ini dapat menyerang berbagai jenis tanaman. Thrips dewasa bertubuh agak kehitaman dan bertotol merah datau bergaris      sedangkan  thrips          muda bertubuh  agak     keputihan            atau kekuningan. Thrips berkembang biak sangat cepat secara parthe­nogenesis mampu melahirkan keturunan meskipun tanpa ka­wi). Thrips menyerang semangka dengan menusuk dan mengi­sap daun pada pucuk-pucuk tanaman. Akibatnya, daun-daun mengkerut dan terpelintir yang biasa disebut "keriting daun". Thrips yang menyerang bunga akan menyebabkan buah se­mangka yang terbentuk terdapat cacat fisik yang khas Hama ini menyerang mulai dari fase pernbibitan sampai tanaman dewasa. Selain sebagai penyebab keriting daun, hama thrips juga merupakan penular (vektor) penyakit virus. Ciri tanaman se­mangka yang terserang virus, pada daun terdapat bercak-bercak berwarna kuning, tanaman keriting, kerdil, dan tidak dapat membentuk buah secara normal. Cara pengendalian: Untuk mengendalikan hama thrips dapat dilakukan usaha berikut.
1)    Jangan menanam tanaman semangka pada lahan yang terdapat tanaman semangka dewasa; atau tanaman inang lainnya seperti cabai, terung dan papaya atau jangan menanam di sekitar tanaman sefamili, seperti blewah,  melon, dan timun suri.
2)  Tanaman yang terserang parah, terlebih terserang virus, se­gera dicabut dan dibakar agar tidak menular ke tanaman yang sehat.
3)    Secara kkimia  dapat digunakan insektisida Dicarzol 25 SP (formetanat hydrochloride) dandiselingi dengan insektisida Agrimec 18 EC, besarnya konsentrasi  ikuti petunjuk penggunaan dalam label kemasan.
c.     Kumbang daun cucur bitaceae (Aulacophora femoralis Motschulsky)
Petani biasa menyebut sebagai hama oteng-oteng. Hama ini pada stadia dewasa berwarna kuning jingga. Daur hidupnya selama 103-203 hari dengan memakan daun tanaman. Ciri khas luka bekas serangan hama oteng-oteng adalah ter­dapat lingkaran pada daun. Perlu diwaspadai bahwa larva hama oteng-oteng cukup berbahaya karena bisa menyerang jaringan perakaran sampai pangkal batang. Apabila tanaman muda layu maka cabutlah dan periksa bagian perakar­an. Bila setelah diperiksa pada bagian perakaran rusak dan pe­nuh dengan larva, dapat dipastikan penyebabnya larva hama oteng-oteng. Hama oteng-oteng juga dapat sebagai vektor pe­nyakit layu bakteri. Cara pengendalian: Cara pengendalian hama oteng-oteng antara lain sebagai berikut.
1)    Pengendalian dengan kultur teknis yaitu pengolahan tanah harus benar-benar sempurna sehingga bila di dalam tanah terdapat telur hama ini, dapat mati sebelum menetas.
2)    Pengendalian secara fisik yaitu  lakukan pada waktu pagi atau sore hari, hama biasanya ada dibawah daun langsung di pegang dan dibunuh.
3)    Tanaman yang layu pada usia dini segera dicabut dan dibakar sehingga larva hama oteng-oteng akan mati.
4)    Secara khemis dengan penyemprotan insektisida, misalnya Foil OF (Bacilus thuringiensis), besarnya konsentrasi  ikuti petunjuk penggunaan dalam label kemasan.
d.     Kutu Aphids sp
Aphids muda berwarna kuning, sedangkan aphids dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. kutu daun atau aphids berkembang biak dengan cara melahirkan anaknya. Kutu ini bersifat parthenogenesis yaitusel telur dapat menjadi individu barutanpa dibuahi. Serangan kutu daun biasanya terjadi pada awal musim kemarau, yaitu pada saatudara kering dan suhu tinggi. Bagian tanaman biasanya yang akan diserangadalah pucuk tanaman dan daun muda. Hama ini biasanya hidup menggerombolsehingga mampu menutupi bagian tanaman tersebut.Akibat dari serangan hama ini ialah tanaman akan menggerut serta pucuk akanmengering dan melingkar sehingga pertumbuhan tanaman akan terganggu. Yangsangat menjengkelkan ialah kutu daun tersebut suka mengeluarkan caira yangmanis seperti madu. Akibatnya semut atau cendawan berwarna kehitaman yang sering disebut cendawan jelaga. Pada serangan hebat, selain menjadi keriting,tanamanpun akan tertutupi lapisan hitam yag berupa cendawan jelaga. Cendawanini tentu akan menghalangi butiran hijau daun (klorofil) untuk mendapatkansinar matahari. Akibatnya fiotosintesis pada tanaman akan menjadi tergangguBila hal ini dibiarkan maka tanaman dapat mati. Kutu ini juga sebagai vektor virus.
Cara pengendalian:  Hama aphids antara lain dapat dikendalikan dengan cara berikut.
1)    Penanaman secara serempak pada satu hamparan agar umur tanaman sama. Bila selisih penanaman terlalu jauh maka hama akan berpindah dari tanaman tua ke tanaman muda.
2)   Tanaman yang telah terserang parah dan terjangkit virus se­gera dicabut dan dibakar agar tidak menular ke tanaman lain.
3)   Pengendalian secara kimia menggunakanpenyemprotan insektisida, baik kontak maupun sistemik. Jenis-jenis insektisida yang dapat dipakai antara lain Tokuthion 500EC, Anthion 33 EC, Dibron 8 EC, Folithin 50 EC dan Curacron. Perfekthion 400 EC
4)    Waktu penyemprotan harus memperhatikan siklus hidup kutu daun yang hanya memerlukan waktu 6 hari untuk menjadi dewasa dan beranak. Jadi selang waktu penyemprotan 7 hari sekali, misalnya dapat dijadikan pertimbangan. Namun, bila terjadi hal-hal di luar kebiasaan, seperti serangan mengganas, selang waktu penyemprotan sebaiknya dilakukan kurang 7 hari.
e.     Tungau Merah
Tungau (Tetranychus bimaculatus) berbentuk seprti laba-laba, tetapi berukuran dari 1 mm . daur hidup tungau sejak menetas hingga dewasa dan siap berkembangbiak sekitar 15 hari. Tunggu dewasa berwarna merah dengan mulut putih. Sebagaimana hama lainnya, ada kemungkinan tungau inipun menjadi vector penyakit virus.
Tungau merah dapat meyebabkan kerusakan pada daun, pucuk,dan tunas muda. Bagian yang diserang akan tumbuh tidak normal yang kemudian terjadi perubahan warna. Selanjutnya daun akan merupuk dan mengkriting. Tanda-tanda adanya tungau pada daun biasanya tampak dari titik yang sangat kecil berwarna merah, kuning, atau keputihan. Titik-titik ini akan tampak bergerak lamban di bawah lindungan sejenis benang sangat halus. Titik-titik inilah yang merupakan tungau tersebut. Titik yang berwarna merah merupakantungau dewasa, sedangkan berwarna kuning atau putih merupakan tungau muda atau telur-telur yang belum menetasSebagai hama, tungaumelakukan serangan mengganas saat musim kering dengan suhu cukup tinggi. Umumnya hama hama penyebab daun kering sangat peka dengan curah huja tinggi dan kelembaban tinggi. Cara pengendalian: Pengendalian hama tungau antara lain sebagai berikut.
1)    Dilakukan sanitasi pertanaman, semua gulma dibersihkan. Tanaman terserang parah dicabut dan dibakar.
2)    Penggunaan pestisida yang tepat, yaitu akarisida. Akarisida yang dapat digunakan misalnya Mitac 200 EC (amitraz) dapat juga menggunakan Tokuthion 500EC, Trihion 4 EC atau Omite 57 EC. Besarnya konsentrasi ikuti petunjuk penggunaan di label kemasan.
f.      Ulat perusak daun, bunga dan buah
Ulat yang biasa merusak daun yang menyerang tanam­an semangka yaitu Spodoptera sp. dan Palpita sp., sedangkan ulat perusak buah yaitu Helicoverpa sp. Ulat Spodoptera sp. atau yang biasa dikenal dengan sebutan ulat grayak biasa menyerang secara bergerombol terutama pada malam hari. Serangan ulat ini mengakibatkan daun-daun tanaman meranggas, tinggal tu­lang daunnya saja, bahkan ulat ini juga menggerogoti kulit buah semangka. Meskipun tidak mempengaruhi rasa, tetapi buah semangka yang kulit buahnya cacat kena serangan ulat mempunyai harga yang lebih rendah.
Ulat Palpita sp. merusak tanaman semangka dengan cara menggulung daun. Selain memakan daun, ulat ini kadang-kadang juga merusak bunga sehingga menggagalkan pembuahan. Serangga dewasa dapat meletakkan telur di dedaunan sampai 500 butir telur .
Ulat Helicoverpa sp. lebih populer disebut sebagai ulat penggorok buah. Ulat ini memakan isi buah dengan cara meng­gorok atau membuat lubang terowongan di dalam buah semang­ka. Hama ini cukup berbahaya karena sangat merugikan petani. Bush yang telah berlubang-lubang karena serangan hama ini praktis tidak laku dijual. Cara pengendalian: Untuk mengendalikan hama ulat ini dilakukan usaha-usaha sebagai berikut.
1)    Pemangkasan cabang-cabang sekunder/tertier yang berlebihan.Dengan pemangkasan ini selain aerasi/pertukaran udara dilingkungan tanaman menjadi lancar juga serangan hamaulat lebih mudah terkendali.
2)    Pemasangan lampu perangkap warna ultra violet untuk menangkap kupu-kupu yang akan menetaskan telur   sehingga mengurangi populasi ulatnya.
3)    Secara kimia dengan penyemprotan insektisida pirethroid sintetis, misalnya Decis 2,51 EC (deltamethrin) besarnya konsentrasi disesuaikan dengan petunjukkan pada label kemasan. Penyemprotan dilakukan pada saat ulat dalam stadium larva instar awal. Untuk hasil yang efek­tif, penyemprotan dapat dilakukan pada sore hingga malam hari dengan ditambah perekat-perata.
g.     Lalat buah (Dacus sp)
Lalat buah merupakan hama utama dari famili Cucurbi­taceae di daerah tropis dan sub-tropis. Beberapa waktu yang lalu lalat buah (Bactrocera cucurbitaeCoquilett) lebih dikenal sebagai Dacus cucurbitae. Serangan hama ini mengganas terutama pada mu­sim hujan. Lalat buah betina dewasa menusuk buah semangka untuk meletakkan telurnya di dalam buah. Empat hari kemu­dian, telur menetas menjadi larva yang memakan isi buah se­mangka. Buah semangka yang terserang lalat buah ini menjadi busuk atau bentuknya abnormal.
Cara pengendalian: Pengendalian hama ini dengan cara antara lain sebagai berikut.
1)    Sanitasi lingkungan pertanaman, buah-buah yang busuk se­gera dibersihkan dan dimusnahkan.
2)   Memasang perangkap (sex pheromone) di dalam bekas botol air mineral. Sex pheromone yang beredar saat ini menggunakan methil eugenol dipasaran disebut petro genol. Petro genol diteteskan pada kapas ditambah dengan 1-2 tetes insektisida, kemudian diletakkan di dalam botol. Lalat buah jantan akan segera masuk dan terperangkap, kemudian mati.
3)    Penyemprotan dengan insektisida dapat dilakukan pada saat pagi hari, saat masih ada embun, sehingga lalat buah belum terbang. Contoh insektisida yang dapat digunakan yaitu Decis 2,5 EC (deltamethrin) apabila sering hujan sebaiknya di campur dengan perek
2.     Hama khusus pada  tanaman stroberi
a.     Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)
Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil (1-2 mm), hidup bergerombol di permukaan bawah daun. Gejala serangan pucuk/daun keriput, keriting, pembentukan bunga/buah terhambat. Pengendalian: dengan insektisida Fastac 15 EC dan  Confidor 200 LC.
b.     Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.)
Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segi tiga dan telur kemerah-merahan. Gejala serangan daun berbercak kuning sampai coklat, keriting, mengering dan gugur. Pengendalian: dengan insektisida Omite 570 EC, Mitac 200 EC atau Agrimec 18 EC.
c.     Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar (Otiorhynchus rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang (O. sulcatus). Gejala: di bagian tanaman yang digerek terdapat tepung. Pengendalian: dengan insektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 EC atau Curacron 500 EC pada waktu menjelang fase berbunga.
d.     Kutu putih (Pseudococcus sp.)
Gejala serangan bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal. Pengendalian: kimia dengan insektisida Perfekthion 400 EC atau Decis 2,5 EC.
e.     Hama-hama yang lainnya
Hama-hama yang sering timbul dalam lahan pertanaman buah semusim seperti:
1)    Siput (Molusca) merusak tanaman bagian daun dan  batang.
2)    Rayap (Coptotermes curvinatus), merusak perakaran atau batang dengan membuat lorong-lorong diluar atau di dalam kulit batang
3)    Tikus, menyerang tanaman dengan menggigit dan mengerek
4)    Babi hutan ada beberapa spesies, antara lain; Sus scrofa, Susvitatus, dan Susbarbatus, memakan apa saja (omnivora)
3.     Mengidentifikasi Hama
a.     Melakukan pengamatan Hama
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengamatan/pemantauan/monitoring hama tanaman buah semusim. Seperti: pengamatan secara teratur dengan menentukan beberapa tanaman contoh sebagai obyek pengamatan yang mewakili tanaman lainnya, atau secara acak dimana tanaman contoh tidak ditentukan namun diambil secara acak. Ada beberapa macam cara penentuan tanaman contoh untuk diamati, diantaranya secara diagonal atau acak, yakni tanaman yang diamati berada pada garis diagonal didalam petak/blok pengamatan yang telah terlebih dahulu ditentukan.
b.     Mengenal hama tanaman semusim
Ada banyak jenis golongan hama tanaman yang mengganggu tanaman semusim yang terdiri dari dua golongan besar yakni; vertebrata (hewan bertulang belakang) dan Invertebrata (hewan tidak bertulang belakang.  Hama tanaman            dari kelompok vertebrata yang sering menyerang buah semusim antara lain:  Babi hutan, kera, tikus,  sedangkan dari kelompok invertebrate diantaranya : thrip, kutu daun, kumbang, lalat buah, tungau, ulat, kepik, dll.
c.     Mendiagnosa Gangguan hama
·         Bentuk Kerusakan Tanaman Oleh Sebab Hama
Untuk mendiagnosa gangguan apa yang ditimbulkan oleh suatu hama tanaman,dapat dilakukan melalui pengetahuan tentang bagaimana kondisi tanaman yang rusak atau mengalami gangguan oleh suatu hama tanaman, atau bentuk- bentuk kerusakan dari tanaman dan kotoran yang ditinggalkanoleh organisme pengganggu tanaman bersangkutan atau juga disebut gejala kerusakan tanaman. Kondisi dari pada tanaman yang terganggu tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil tanaman tersebut. Bentuk kerusakan tanaman buah semusim oleh sebab hama tanaman ditentukan oleh macam/jenis hama tanaman yang mengganggu atau melakukan pengrusakan, tanaman mejadi porak poranda misalnya olehinjakannya babi hutan. Bentuk kerusakan tanaman oleh hama tanaman dari kelompok invertebrate terutama dari golongan serangga banyak ditentukan oleh tipe mulut dari padaserangga yang melakukan pengrusakan.Setelah jenis hama telah dikenali demikian pula dengan masalah-masalah yang ditimbulkannya yaitu dalam bentuk kerusakan.
d.     Mengidentifikasi Masalah
Setelah hama dipantau/dimonitor dan jenis-jenis hama dikenali maka selanjutnya untuk  dapat menentukan tingkat kerusakan tanaman oleh sebab hama tanaman perlu dilakukan identifikasi masalah yang ditimbulkan oleh hama. Untuk mengenali masalah apa yang ditimbulkan oleh suatu hama,   dapat dilakukan melalui pengetahuan tentang bagaimana kondisi tanaman yang rusak atau mengalami gangguan oleh suatu hama, atau bentuk-bentuk kerusakan dari tanaman dan kotoran yang ditinggalkan oleh organisme pengganggu tanaman  bersangkutan yang biasa  juga disebut gejala kerusakan tanaman .  Kondisi  tanaman yang terganggu tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil tanaman buah semusim tersebut.
Faktor-faktor  yang  berpengaruh terhadap  berkembangnya permasalahan hamaadalah Iklim dan unsur-unsurnya (sinar matahari, curah hujan, kelembaban, dll). Karena pengaruh unsur-unsur iklim tersebut hama yang bersifat endemis pada suatu daerah   biasanya dapat mereda dan menurun populasinya, atau sebaliknya dapat eksplosif dengan populasinya yang meningkat karena keadaan alam dapat menyebabkan lingkungan hidup menjadi merosot kindisinya atau kondisi lingkungan hama menjadi meningkat/lebih baik, disamping itu faktor-faktor lain seperti cara budidaya (persiapan lahan, penanaman, pengairan, pemupukan dsb) juga sangat mempengaruhi perkembangan hama.
e.     Perhitungan kerusakan akibat serangan
Untuk dapat menghitung prosentase kerusakan tanaman perlu dilakukan kegiatan pemantauan/monitoring terlebih dahulu agar diperoleh seberapa banyaknya tanaman yang rusak berbanding dengan banyaknya tanaman yang tidak rusak.
Prosentase kerusakan tanaman dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
P = A/B X 100%
Keterangan;
P = Prosentase kerusakan tanaman
A = Jumlah tanaman yang diamati
Untuk menghitung Intensitas kerusakan tanaman karena hama dapat digunakan rumus :
 
        ∑ (n x v)
I = ----------------- x 100%
                               N x V
Keterangan;
I       =    Intensitras kerusakan tanaman
v      =    nilai skala pada tiap kategori serangan
V     =    Nilai skala katagori serangan tertinggi
n      =    Jumlah daun yang rusak
N     =    Jumlah daun yang diamati
4.     Identifikasi Berbagai  Metoda Pengendalian Hama Tanaman
a.     Identifikasi  pengendalian secara kultur teknik
1)    Menyiapkan dan Mempergunakan Peralatan Pengendalian Tanpa Kimia/kultur teknis
Peralatan yang digunakan bergantung kepada cara pengendalian  yang akan dilakukan dan sasaran yang akan dituju.  Pengendalian secara kultur teknis juga fisik-mekanis, menggunakan peralatan untuk digunakan dalam kegiatan-kegiatan seperti;
a)    Pemanasan; misalnya perlakuan benih dengan panas.
b)    Pemakaian lampu perangkap 
c)     Penghalang (barrier) misalnya dengan penanaman tanaman pagar di sekitar lahan, pembungkusan buah 
d)    Gropyokan yakni memburu tikus dan memukulnya,
e)    Pemasangan perangkap dan pengusiran.
Pengendalian kultur teknis menggunakan peralatan budidaya, dengan membuat ekosistem yang kurang sesuai bagi perkembangan hama tanaman, seperti; sanitasi lingkungan, pengolahan tanah, pengelolaan air irigasi dan draenase.  Sehingga peralatan yang diperlukan untuk pengendalian tersebut dapat berupa; cangkul, garpu tanah, parang, sabit, cungkir/koret. Penggunaan varietas tahan juga merupakann salah satu cara pengendalian tanpa kimia yang sering diterapkan pada usaha sayuran.
2)    Menyiapkan perlakuan pengendalian tanpa kimia/kultur teknis
Perlakuan yang diperlukan untuk pengendalian tanpa kimia seperti; pengendalian secara fisik-mekanik, dan kultur teknis, biologis disiapkan sesuai sasaran yang akan dikendalikan
3)    Melakukan perlakuan pengendalian tanpa kimia/kulturan   teknis 
Setelah peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan-kegiatan seperti; pemanasan, pembakaran, pemakaian lampu perangkap, penghalang (barrier), gropyokan, pemasangan perangkap dan pengusiran dan peralatan pengendalian kultur teknis  (peralatan budidaya) disiapkan serta perlakuan apa yang paling sesuai untuk mengendalikan sasaran ditentukan, maka perlakuan dapat dilakukan/dilaksanakan bergantung kepada kebutuhan species dari pada tanaman buah semusim. 
b.     Identifikasi  pengendalian secara fisik
Pengendalian hama secara fisik umumnya dilakukan  orang dengan cara mengambil langsung hama atau bagian tanaman yang terserang hama.
Mengambil atau menangkap hama dilakukan orang dengan berbagai cara misalnya dengan menggunakan jaring serangga, dengan penggunaan perangkap.  Penggunaan perangkap hama seperti lalat buah sudah banyak dilakukan orang dengan menggunakan feromon berbahan aktif methil eugenol yang diteteskan pada kapas kemudian dimasukkan ke botol perangkap.  Feromon ini sudah banyak dijual di toko-toko pertanian beserta cara penggunaannya
c.     Identifikasi  pengendalian secara biologi
Pengendalian secara biologi dengan penggunan predator atau parasit masih jarang dilakukan oleh karena diperlukan ketrampilan khusus tentang cara pemeliharaan predator atau parasit dan cara penggunaannya banyak dipengaruhi oleh faktor tehadap perkembangan predator atau parasit yang dilepaskan
d.     Identifikasi  pengendalian secara kimia
1)    Menyiapkan dan Mempergunakan Peralatan Pengendalian    secara kimia
Peralatan yang digunakan berkaitan langsung dengan bentuk bahan kimia atau pestisida yang digunakan (butiran, cairan, tepung, fumigan), untuk penyebaran pestisida butiran tidak memerlukan peralatan khusus, cukup menggunakan ember atau wadah lain yang bisa menampung pestisida.  Untuk pestisida cairan biasanya digunakan penyemprot (sprayer), ada penyemprot gendong (knapsack sprayer) yang dilengkapi dengan pompa tangan, ada pula yang menggunakan mesin pompa khusus yang disebut “power sprayer”.  Pada prinsipnya yang dikehendaki dari pestisida bentuk cair adalah bentuk percikannya, maka alat yang digunakan meliputi pengabut dan pengembus (blower and duster). Disamping peralatan-peralatan tersebut, perlu juga menyiapkan peralatan pelindung pekerja seperti; masker, kacamata besar, pakaian lengan panjang dan celana panjang, sarung tangan, sepatu boot.
2)    Menyiapkan Perlakuan
Menyiapkan perlakuan pengendalian secara kimia, bahan perlakuan (insektisida, fungisida, bakterisida) disiapkan sesuai jenis sasaran yang akan dikendalikan kemudian bahan tersebut diukur atau ditimbang sesuai dengan dosis kebutuhan yang kemudian dibuat menjadi suatu larutan bila akan disemprotkan.
3)    Melakukan perlakuan pengendalian secara kimia
Setelah peralatan seperti penyemprot dan peralatan pelindung pekerja seperti; masker, kacamata besar, pakaian lengan panjang dan celana panjang, sarung tangan, sepatu boot, bahan  dan jenis perlakuan seperti larutan bahan kimia telah disiapkan maka perlakuan bahan kimia dengan penyemprotan dapat dilakukan /dilaksanakan.
Perlakuan secara kimia dapat pula dilakukan melalui infus batang, infus akar, penaburan bahan kimia/pestisida disekeliling batang tanaman. Semua kegiatan perlakuan secara kimia bergantung kepada kebutuhan species dari pada tanaman sayuran dengan meminimalkan kerusakan bukan sasaran
e.     Identifikasi  pengendalian secara terpadu
Pengendalian secara terpadu mengintegrasikan dua atau lebih cara pengendalian dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan, penggunaan kimia hanya dilakukan apabila cara-cara lain sudah tidak dapat diandalkan lagi didalam menanggulangi hama sasaran
5.     Menentukan metode Pengendalian
Beberapa faktor dan potensi yang perlu diperhatian dan mendasari penentuan metoda pengendalian yang akan diterapkan diantaranya, adalah;
a.    Jenis tanaman buah semusim yang terserang                     e.  Kondisi lingkungan lahan tanaman
b.    Umur tanaman                                                                  f.   Tenaga kerja yang ada
c.     Luas pertanaman                                                              g.  Peralatan pengendalian yang ada
d.    Jenis hama                                                                       h.  Biaya


LINK TUGAS

SUSULAN PAS GANJIL 2020/2021 KELAS X SELASA 15 DESEMBER 2020

  KERJAKAN SOAL SUSULAN PAS SESUAI DENGAN MATA PELAJARAN BELUM KALIAN IKUTI, JANGAN MEMAKAI UCBROWSER JIKA MENGERJAKAN PAS, KARENA NILAI TID...