KELAS DARING
KELAS XI SEMESTER GENAP 2019/2020
SMK NEGERI 2 BAGOR
NAMA KELAS : XI ATPH - 2, XI ATPH - 1
NAMA GURU :
ANA KUSMA SANTI
JUDUL MATERI : KEGIATAN PEMBELAJARAN 9. MELAKSANAKAN
PENGENDALIAN HAMA TANAMAN BUAH SEMUSIM
MATERI :
1. Jenis hama, Gejala Kerusakan,
dan Cara Pengendalian
Berbagaijenis hama yang menyerang tanaman buah
semusim,dan berbagai kerusakan yang diakibatkan serangan serta cara
pengendalian yang dilakukan akan disajikan berikut ini:
a.
Hama Pemotong Bibit
Pada fase pembibitan sampai seminggu setelah pindah tanam di lahan, tanaman
banyak terserang hama pemotong. Hama ini menyerang dengan cara memotong pangkal
batang dan terdapat luka bekas gigitan serangan. Apabila bibit atau tanaman muda yang terpotong ini
utuh, kemungkinan penyebabnya adalah gangsir (Brachytrypes portentosus Licht.), sedangkan bila
bagian tanaman yang terpotong terlihat dimakan maka kemungkinan penyebabnya adalah
ulat pemotong (cut worm) yang biasa disebut sebagai ulat
tanah (Agrotis ipsilon Hufn.). Intensitas serangan ulat pemotong ini jauh lebih besar daripada gangsir
sehingga dianggap lebih berbahaya.
Cara pengendalaian: Untuk mengendalikan hama pemotong
bibit dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut.
1)
Jaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan semua gulma yang ada.
2) Pembalikan
dan pencacahan tanah pada waktu pengolahan tanah harus dilakukan secara
sempurna agar sisa-sisa kepompong atau imago hama benar-benar musnah.
3) Secara
kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida, misalnya
Decis 2,5 EC (deltamethrin),besarnya
konsentrasi ikuti petunjuk penggunaan
dalam label kemasan.
b. Kutu Trips (Thrips palmi Karny)
Thrips merupakan sejenis serangga berukuran
sangat kecil yaitu hanya 1-2mm. Hama
ini termasuk polyfag, artinya hama ini dapat menyerang berbagai jenis tanaman. Thrips
dewasa bertubuh agak kehitaman dan bertotol merah datau
bergaris sedangkan thrips muda bertubuh agak keputihan atau kekuningan. Thrips
berkembang biak sangat cepat secara parthenogenesis mampu melahirkan keturunan meskipun tanpa kawi). Thrips menyerang semangka dengan menusuk dan mengisap daun pada pucuk-pucuk tanaman. Akibatnya, daun-daun mengkerut dan terpelintir yang biasa disebut
"keriting daun". Thrips
yang menyerang bunga akan menyebabkan buah semangka yang terbentuk terdapat cacat fisik yang khas Hama ini menyerang mulai dari fase pernbibitan sampai tanaman
dewasa. Selain sebagai penyebab keriting daun, hama thrips juga merupakan penular (vektor) penyakit virus. Ciri tanaman
semangka yang terserang
virus, pada daun terdapat bercak-bercak berwarna kuning, tanaman keriting, kerdil, dan tidak
dapat membentuk buah secara normal. Cara pengendalian: Untuk mengendalikan hama thrips
dapat dilakukan usaha berikut.
1)
Jangan menanam tanaman semangka pada lahan yang
terdapat tanaman semangka dewasa; atau tanaman inang lainnya
seperti cabai, terung dan papaya atau jangan menanam di sekitar tanaman sefamili,
seperti blewah, melon, dan timun suri.
2) Tanaman
yang terserang parah, terlebih terserang virus, segera dicabut dan dibakar
agar tidak menular ke tanaman yang sehat.
3) Secara
kkimia dapat digunakan insektisida
Dicarzol 25 SP (formetanat hydrochloride) dandiselingi dengan insektisida
Agrimec 18 EC, besarnya konsentrasi ikuti
petunjuk penggunaan dalam label kemasan.
c. Kumbang daun cucur bitaceae (Aulacophora femoralis Motschulsky)
Petani
biasa menyebut sebagai hama oteng-oteng. Hama ini pada stadia dewasa
berwarna kuning jingga. Daur hidupnya selama 103-203 hari dengan memakan
daun tanaman. Ciri khas luka bekas serangan hama oteng-oteng adalah terdapat
lingkaran pada daun. Perlu diwaspadai bahwa larva hama
oteng-oteng cukup berbahaya karena bisa menyerang jaringan
perakaran sampai pangkal batang. Apabila tanaman muda layu maka
cabutlah dan periksa bagian perakaran. Bila setelah diperiksa
pada bagian perakaran rusak dan penuh dengan larva, dapat
dipastikan penyebabnya larva hama oteng-oteng. Hama
oteng-oteng juga dapat sebagai vektor penyakit layu bakteri. Cara pengendalian: Cara pengendalian hama oteng-oteng antara lain sebagai berikut.
1) Pengendalian
dengan kultur teknis yaitu pengolahan tanah harus benar-benar sempurna
sehingga bila di dalam tanah terdapat telur hama ini, dapat mati sebelum menetas.
2) Pengendalian secara
fisik yaitu lakukan pada waktu pagi atau
sore hari, hama biasanya ada dibawah daun langsung di pegang dan dibunuh.
3) Tanaman
yang layu pada usia dini segera dicabut dan dibakar sehingga larva hama oteng-oteng akan
mati.
4) Secara
khemis dengan penyemprotan insektisida, misalnya Foil OF (Bacilus thuringiensis), besarnya konsentrasi
ikuti petunjuk penggunaan dalam label kemasan.
d. Kutu Aphids sp
Aphids muda berwarna kuning, sedangkan aphids dewasa mempunyai sayap dan
berwarna agak kehitaman. kutu daun atau aphids
berkembang biak dengan cara melahirkan anaknya. Kutu ini bersifat parthenogenesis
yaitusel telur dapat menjadi individu barutanpa dibuahi. Serangan
kutu daun biasanya terjadi pada awal musim kemarau, yaitu pada saatudara kering
dan suhu tinggi. Bagian tanaman biasanya yang akan diserangadalah pucuk tanaman
dan daun muda. Hama ini biasanya hidup menggerombolsehingga mampu menutupi
bagian tanaman tersebut.Akibat dari serangan hama ini ialah tanaman akan
menggerut serta pucuk akanmengering dan melingkar sehingga pertumbuhan tanaman
akan terganggu. Yangsangat menjengkelkan ialah kutu daun tersebut suka
mengeluarkan caira yangmanis seperti madu. Akibatnya semut atau cendawan
berwarna kehitaman yang sering disebut cendawan jelaga. Pada serangan hebat,
selain menjadi keriting,tanamanpun akan tertutupi lapisan hitam yag berupa
cendawan jelaga. Cendawanini tentu akan menghalangi butiran hijau daun
(klorofil) untuk mendapatkansinar matahari. Akibatnya fiotosintesis pada
tanaman akan menjadi tergangguBila hal ini dibiarkan maka tanaman dapat mati. Kutu ini juga sebagai vektor virus.
Cara
pengendalian: Hama aphids antara lain
dapat dikendalikan dengan cara berikut.
1)
Penanaman secara serempak pada satu hamparan agar umur tanaman sama. Bila
selisih penanaman terlalu jauh maka hama
akan berpindah dari tanaman tua ke tanaman muda.
2)
Tanaman yang telah terserang parah dan terjangkit virus segera
dicabut dan dibakar agar tidak menular ke tanaman lain.
3)
Pengendalian secara kimia menggunakanpenyemprotan
insektisida, baik kontak maupun sistemik. Jenis-jenis insektisida yang dapat
dipakai antara lain Tokuthion 500EC, Anthion 33 EC, Dibron 8 EC, Folithin 50 EC
dan Curacron. Perfekthion 400 EC
4) Waktu
penyemprotan harus memperhatikan siklus hidup kutu daun yang hanya memerlukan
waktu 6 hari untuk menjadi dewasa dan beranak. Jadi selang waktu penyemprotan 7
hari sekali, misalnya dapat dijadikan pertimbangan. Namun, bila terjadi hal-hal
di luar kebiasaan, seperti serangan mengganas, selang waktu penyemprotan sebaiknya dilakukan kurang 7 hari.
e.
Tungau Merah
Tungau
(Tetranychus bimaculatus) berbentuk seprti laba-laba, tetapi berukuran dari
1 mm . daur hidup tungau sejak menetas hingga dewasa dan siap berkembangbiak
sekitar 15 hari. Tunggu dewasa berwarna merah dengan mulut putih. Sebagaimana
hama lainnya, ada kemungkinan tungau inipun menjadi vector penyakit virus.
Tungau
merah dapat meyebabkan kerusakan pada daun, pucuk,dan tunas muda. Bagian yang
diserang akan tumbuh tidak normal yang kemudian terjadi perubahan warna.
Selanjutnya daun akan merupuk dan mengkriting. Tanda-tanda adanya tungau pada
daun biasanya tampak dari titik yang sangat kecil berwarna merah, kuning, atau
keputihan. Titik-titik ini akan tampak bergerak lamban di bawah lindungan
sejenis benang sangat halus. Titik-titik inilah yang merupakan tungau tersebut.
Titik yang berwarna merah merupakantungau dewasa, sedangkan berwarna kuning
atau putih merupakan tungau muda atau telur-telur yang belum menetasSebagai
hama, tungaumelakukan serangan mengganas saat musim kering dengan suhu cukup
tinggi. Umumnya hama hama penyebab daun kering sangat peka dengan curah huja
tinggi dan kelembaban tinggi. Cara pengendalian: Pengendalian
hama tungau antara lain sebagai berikut.
1) Dilakukan sanitasi pertanaman, semua gulma
dibersihkan. Tanaman terserang parah dicabut dan dibakar.
2) Penggunaan pestisida yang tepat, yaitu akarisida. Akarisida yang dapat digunakan misalnya Mitac 200 EC (amitraz) dapat juga menggunakan Tokuthion 500EC, Trihion 4
EC atau Omite 57 EC. Besarnya konsentrasi ikuti petunjuk penggunaan di label
kemasan.
f.
Ulat
perusak daun, bunga dan buah
Ulat
yang biasa merusak daun yang menyerang tanaman semangka yaitu Spodoptera sp. dan Palpita sp., sedangkan
ulat perusak buah yaitu Helicoverpa sp.
Ulat Spodoptera sp. atau yang
biasa dikenal dengan sebutan ulat grayak biasa menyerang secara bergerombol terutama pada malam hari.
Serangan ulat ini mengakibatkan daun-daun tanaman meranggas, tinggal tulang daunnya saja, bahkan ulat ini juga
menggerogoti kulit buah semangka. Meskipun tidak mempengaruhi rasa, tetapi buah semangka yang kulit buahnya cacat kena
serangan ulat mempunyai harga yang lebih rendah.
Ulat Palpita sp. merusak tanaman semangka dengan cara menggulung daun. Selain memakan daun, ulat ini
kadang-kadang juga merusak bunga
sehingga menggagalkan pembuahan. Serangga
dewasa dapat meletakkan telur di dedaunan sampai 500 butir telur .
Ulat Helicoverpa sp. lebih populer disebut
sebagai ulat penggorok buah. Ulat ini memakan isi
buah dengan cara menggorok atau membuat
lubang terowongan di dalam buah semangka. Hama ini cukup berbahaya karena
sangat merugikan petani. Bush
yang telah berlubang-lubang karena serangan hama ini praktis
tidak laku dijual. Cara pengendalian: Untuk mengendalikan hama ulat ini dilakukan usaha-usaha sebagai berikut.
1)
Pemangkasan cabang-cabang
sekunder/tertier yang berlebihan.Dengan pemangkasan
ini selain aerasi/pertukaran udara dilingkungan tanaman menjadi lancar juga
serangan hamaulat lebih mudah terkendali.
2) Pemasangan lampu perangkap warna ultra violet untuk menangkap
kupu-kupu yang akan menetaskan telur
sehingga mengurangi populasi ulatnya.
3) Secara kimia dengan penyemprotan insektisida pirethroid sintetis, misalnya Decis 2,51
EC (deltamethrin) besarnya
konsentrasi disesuaikan dengan petunjukkan pada label kemasan. Penyemprotan dilakukan pada saat ulat dalam stadium larva instar awal. Untuk hasil
yang efektif, penyemprotan dapat dilakukan
pada sore hingga malam hari dengan ditambah perekat-perata.
g. Lalat buah (Dacus sp)
Lalat
buah merupakan hama utama dari famili Cucurbitaceae di daerah
tropis dan sub-tropis. Beberapa waktu yang lalu lalat buah (Bactrocera
cucurbitaeCoquilett) lebih dikenal sebagai Dacus cucurbitae. Serangan hama
ini mengganas terutama pada musim
hujan. Lalat buah betina dewasa menusuk buah semangka untuk meletakkan telurnya di dalam buah. Empat
hari kemudian, telur menetas menjadi larva yang memakan isi buah semangka. Buah semangka yang terserang lalat buah
ini menjadi busuk atau bentuknya abnormal.
Cara
pengendalian: Pengendalian hama ini dengan cara antara lain sebagai berikut.
1)
Sanitasi lingkungan pertanaman, buah-buah yang busuk segera dibersihkan dan
dimusnahkan.
2)
Memasang perangkap (sex pheromone) di dalam bekas botol
air mineral. Sex pheromone yang beredar saat ini menggunakan methil eugenol
dipasaran disebut petro genol. Petro genol diteteskan pada kapas ditambah
dengan 1-2 tetes insektisida, kemudian diletakkan di dalam botol. Lalat buah
jantan akan segera masuk dan terperangkap, kemudian mati.
3)
Penyemprotan dengan insektisida dapat dilakukan pada saat
pagi hari, saat masih ada embun, sehingga lalat buah belum terbang. Contoh
insektisida yang dapat digunakan yaitu Decis 2,5 EC (deltamethrin) apabila
sering hujan sebaiknya di
campur dengan perek
2. Hama khusus pada
tanaman stroberi
a.
Kutu
daun (Chaetosiphon fragaefolii)
Kutu berwarna
kuning-kuning kemerahan, kecil (1-2 mm), hidup bergerombol di permukaan bawah
daun. Gejala serangan pucuk/daun keriput, keriting, pembentukan bunga/buah
terhambat. Pengendalian: dengan insektisida Fastac 15 EC dan Confidor 200 LC.
b.
Tungau
(Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.)
Tungau berukuran sangat
kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segi tiga dan telur
kemerah-merahan. Gejala serangan daun berbercak kuning sampai coklat, keriting,
mengering dan gugur. Pengendalian: dengan insektisida Omite 570 EC, Mitac 200
EC atau Agrimec 18 EC.
c.
Kumbang
penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar (Otiorhynchus
rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang (O. sulcatus). Gejala: di bagian
tanaman yang digerek terdapat tepung. Pengendalian: dengan insektisida Decis
2,5 EC, Perfekthion 400 EC atau Curacron 500 EC pada waktu menjelang fase
berbunga.
d.
Kutu
putih (Pseudococcus sp.)
Gejala serangan bagian
tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal. Pengendalian: kimia
dengan insektisida Perfekthion 400 EC atau Decis 2,5 EC.
e.
Hama-hama
yang lainnya
Hama-hama yang sering
timbul dalam lahan pertanaman buah semusim seperti:
1) Siput (Molusca) merusak tanaman bagian daun dan batang.
2) Rayap (Coptotermes curvinatus), merusak perakaran atau batang dengan
membuat lorong-lorong diluar atau di dalam kulit batang
3) Tikus, menyerang tanaman dengan menggigit dan mengerek
4) Babi hutan ada beberapa spesies, antara lain; Sus scrofa, Susvitatus, dan
Susbarbatus, memakan apa saja (omnivora)
3.
Mengidentifikasi Hama
a. Melakukan pengamatan
Hama
Ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk pengamatan/pemantauan/monitoring hama tanaman buah
semusim. Seperti: pengamatan secara teratur dengan menentukan beberapa tanaman
contoh sebagai obyek pengamatan yang mewakili tanaman lainnya, atau secara acak
dimana tanaman contoh tidak ditentukan namun diambil secara acak. Ada beberapa macam cara penentuan tanaman
contoh untuk diamati,
diantaranya secara diagonal
atau acak, yakni tanaman yang diamati berada pada garis diagonal didalam petak/blok
pengamatan yang telah terlebih dahulu ditentukan.
b.
Mengenal
hama tanaman semusim
Ada banyak
jenis golongan hama tanaman yang mengganggu tanaman semusim yang terdiri dari
dua golongan besar yakni; vertebrata (hewan bertulang belakang) dan Invertebrata (hewan tidak bertulang belakang. Hama tanaman dari
kelompok vertebrata yang sering menyerang buah semusim antara lain: Babi hutan, kera, tikus, sedangkan dari kelompok invertebrate
diantaranya : thrip, kutu daun, kumbang, lalat buah, tungau, ulat, kepik, dll.
c.
Mendiagnosa
Gangguan hama
·
Bentuk Kerusakan Tanaman Oleh Sebab Hama
Untuk mendiagnosa gangguan apa yang
ditimbulkan oleh suatu hama tanaman,dapat dilakukan melalui pengetahuan tentang
bagaimana kondisi tanaman yang rusak atau
mengalami gangguan oleh suatu hama tanaman, atau bentuk- bentuk kerusakan dari tanaman dan kotoran yang ditinggalkanoleh
organisme pengganggu tanaman bersangkutan atau juga disebut gejala kerusakan tanaman. Kondisi dari pada tanaman yang terganggu tersebut dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil
tanaman tersebut. Bentuk kerusakan tanaman buah semusim oleh sebab hama tanaman
ditentukan oleh macam/jenis hama tanaman yang mengganggu atau melakukan
pengrusakan, tanaman mejadi porak poranda misalnya olehinjakannya babi hutan.
Bentuk kerusakan tanaman oleh hama tanaman dari kelompok invertebrate terutama
dari golongan serangga banyak ditentukan oleh tipe mulut dari padaserangga yang
melakukan pengrusakan.Setelah jenis hama telah
dikenali demikian pula dengan masalah-masalah yang ditimbulkannya yaitu dalam
bentuk kerusakan.
d. Mengidentifikasi Masalah
Setelah hama dipantau/dimonitor dan jenis-jenis hama dikenali maka
selanjutnya untuk dapat menentukan
tingkat kerusakan tanaman oleh sebab hama tanaman perlu dilakukan identifikasi
masalah yang ditimbulkan oleh hama. Untuk mengenali masalah
apa yang ditimbulkan oleh suatu hama,
dapat dilakukan melalui pengetahuan tentang bagaimana kondisi tanaman yang rusak atau mengalami gangguan oleh
suatu hama, atau bentuk-bentuk kerusakan
dari tanaman dan kotoran yang ditinggalkan oleh organisme pengganggu
tanaman bersangkutan yang biasa juga disebut gejala kerusakan tanaman .
Kondisi tanaman yang terganggu
tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang pada
akhirnya dapat menurunkan hasil tanaman buah semusim
tersebut.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berkembangnya permasalahan hamaadalah Iklim
dan unsur-unsurnya (sinar matahari, curah hujan, kelembaban, dll). Karena
pengaruh unsur-unsur iklim tersebut hama yang bersifat endemis pada suatu daerah biasanya dapat mereda dan menurun populasinya,
atau sebaliknya dapat eksplosif dengan populasinya yang meningkat karena
keadaan alam dapat menyebabkan lingkungan hidup menjadi merosot kindisinya atau
kondisi lingkungan hama menjadi meningkat/lebih baik, disamping itu
faktor-faktor lain seperti cara budidaya (persiapan lahan, penanaman,
pengairan, pemupukan dsb) juga sangat mempengaruhi perkembangan hama.
e. Perhitungan kerusakan akibat serangan
Untuk dapat menghitung prosentase kerusakan tanaman perlu dilakukan
kegiatan pemantauan/monitoring terlebih dahulu agar diperoleh seberapa
banyaknya tanaman yang rusak berbanding dengan banyaknya tanaman yang tidak
rusak.
Prosentase kerusakan tanaman dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
P = A/B X 100%
Keterangan;
P = Prosentase kerusakan tanaman
A = Jumlah tanaman yang diamati
Untuk menghitung Intensitas kerusakan tanaman karena hama dapat digunakan
rumus :
∑ (n x v)
I = ----------------- x 100%
N x V
Keterangan;
I = Intensitras kerusakan tanaman
v = nilai skala pada tiap kategori serangan
V = Nilai skala katagori serangan tertinggi
n = Jumlah daun yang rusak
N = Jumlah daun yang diamati
4. Identifikasi Berbagai Metoda Pengendalian Hama Tanaman
a. Identifikasi
pengendalian secara kultur teknik
1) Menyiapkan dan Mempergunakan Peralatan
Pengendalian Tanpa Kimia/kultur teknis
Peralatan yang digunakan
bergantung kepada cara pengendalian yang
akan dilakukan dan sasaran yang akan dituju.
Pengendalian secara kultur teknis juga fisik-mekanis, menggunakan
peralatan untuk digunakan dalam kegiatan-kegiatan seperti;
a) Pemanasan; misalnya perlakuan benih dengan panas.
b) Pemakaian lampu perangkap
c) Penghalang (barrier) misalnya dengan penanaman tanaman pagar di sekitar
lahan, pembungkusan buah
d) Gropyokan yakni memburu tikus dan memukulnya,
e) Pemasangan perangkap dan pengusiran.
Pengendalian kultur teknis menggunakan peralatan budidaya, dengan membuat
ekosistem yang kurang sesuai bagi perkembangan hama tanaman, seperti; sanitasi lingkungan, pengolahan tanah,
pengelolaan air irigasi dan draenase.
Sehingga peralatan yang diperlukan untuk pengendalian tersebut dapat
berupa; cangkul, garpu tanah, parang, sabit, cungkir/koret. Penggunaan
varietas tahan juga merupakann salah satu cara pengendalian tanpa kimia yang
sering diterapkan pada usaha sayuran.
2)
Menyiapkan perlakuan pengendalian tanpa kimia/kultur teknis
Perlakuan yang
diperlukan untuk pengendalian tanpa kimia seperti; pengendalian secara
fisik-mekanik, dan kultur teknis, biologis disiapkan sesuai sasaran yang akan
dikendalikan
3)
Melakukan perlakuan pengendalian tanpa kimia/kulturan teknis
Setelah peralatan yang
akan digunakan dalam kegiatan-kegiatan seperti; pemanasan, pembakaran,
pemakaian lampu perangkap, penghalang (barrier),
gropyokan, pemasangan perangkap dan pengusiran dan peralatan pengendalian
kultur teknis (peralatan budidaya)
disiapkan serta perlakuan apa yang paling sesuai untuk mengendalikan sasaran
ditentukan, maka perlakuan dapat dilakukan/dilaksanakan bergantung kepada kebutuhan species dari pada tanaman buah semusim.
b. Identifikasi pengendalian
secara fisik
Pengendalian hama secara fisik umumnya dilakukan orang dengan cara mengambil langsung hama atau
bagian tanaman yang terserang hama.
Mengambil atau menangkap hama dilakukan orang dengan
berbagai cara misalnya dengan menggunakan jaring serangga, dengan
penggunaan perangkap. Penggunaan
perangkap hama seperti lalat buah sudah banyak dilakukan orang dengan
menggunakan feromon berbahan aktif methil eugenol yang diteteskan pada kapas
kemudian dimasukkan ke botol perangkap.
Feromon ini sudah banyak dijual di toko-toko pertanian beserta cara
penggunaannya
c. Identifikasi
pengendalian secara biologi
Pengendalian secara biologi dengan penggunan predator atau parasit masih
jarang dilakukan oleh karena diperlukan ketrampilan khusus tentang cara
pemeliharaan predator atau parasit dan cara penggunaannya banyak dipengaruhi
oleh faktor tehadap perkembangan predator atau parasit yang dilepaskan
d. Identifikasi
pengendalian secara kimia
1) Menyiapkan dan Mempergunakan Peralatan
Pengendalian secara kimia
Peralatan yang digunakan
berkaitan langsung dengan bentuk bahan kimia atau pestisida yang digunakan (butiran, cairan, tepung, fumigan), untuk
penyebaran pestisida butiran tidak memerlukan peralatan khusus, cukup
menggunakan ember atau wadah lain yang bisa menampung pestisida. Untuk pestisida cairan biasanya digunakan
penyemprot (sprayer), ada penyemprot
gendong (knapsack sprayer) yang dilengkapi dengan pompa tangan, ada pula yang
menggunakan mesin pompa khusus yang disebut “power sprayer”. Pada prinsipnya yang dikehendaki dari
pestisida bentuk cair adalah bentuk percikannya, maka alat yang digunakan
meliputi pengabut dan pengembus (blower and duster). Disamping
peralatan-peralatan tersebut, perlu juga menyiapkan peralatan pelindung pekerja
seperti; masker, kacamata besar, pakaian lengan panjang dan celana panjang,
sarung tangan, sepatu boot.
2)
Menyiapkan Perlakuan
Menyiapkan
perlakuan pengendalian secara kimia, bahan perlakuan (insektisida, fungisida, bakterisida) disiapkan sesuai jenis sasaran
yang akan dikendalikan kemudian bahan tersebut diukur atau ditimbang sesuai
dengan dosis kebutuhan yang kemudian dibuat menjadi suatu larutan bila akan disemprotkan.
3)
Melakukan perlakuan pengendalian secara kimia
Setelah
peralatan seperti penyemprot dan peralatan pelindung pekerja seperti; masker,
kacamata besar, pakaian lengan panjang dan celana panjang, sarung tangan,
sepatu boot,
bahan dan jenis perlakuan seperti larutan bahan kimia telah disiapkan maka
perlakuan bahan kimia dengan penyemprotan
dapat dilakukan /dilaksanakan.
Perlakuan
secara kimia dapat pula dilakukan melalui infus batang, infus akar, penaburan
bahan kimia/pestisida disekeliling batang tanaman. Semua kegiatan perlakuan
secara kimia bergantung kepada kebutuhan species dari pada tanaman sayuran
dengan meminimalkan kerusakan bukan sasaran
e. Identifikasi
pengendalian secara terpadu
Pengendalian secara terpadu mengintegrasikan dua atau lebih cara
pengendalian dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan, penggunaan
kimia hanya dilakukan apabila cara-cara lain sudah tidak dapat diandalkan lagi
didalam menanggulangi hama sasaran
5.
Menentukan metode Pengendalian
Beberapa
faktor dan potensi yang perlu diperhatian dan mendasari penentuan metoda
pengendalian yang akan diterapkan diantaranya, adalah;
a. Jenis tanaman buah semusim yang terserang e. Kondisi lingkungan lahan tanaman
b. Umur tanaman f. Tenaga kerja yang ada
c. Luas pertanaman g. Peralatan pengendalian yang ada
d. Jenis hama h. Biaya
LINK TUGAS